Pengaruh Trump terhadap Teknologi AS

Ricky Suwarno
CEO dan Pendiri Karoomba Asia. Anggota Asosiasi untuk Kecerdasan Buatan China (CAAI)
Konten dari Pengguna
30 September 2019 17:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ricky Suwarno Foto: Dimas Prahara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ricky Suwarno Foto: Dimas Prahara/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengaruh Trump terhadap Teknologi AS akan membawa ke arah yang lebih baik, paling tidak menurut para pemujanya. Namun, sebaliknya para pegiat teknologi Silicon Valley justru sangat pesimis. Mereka kini sedang berduka. Pasalnya, Trump dianggap tak memenuhi syarat untuk membawa sektor teknologi menjadi lebih baik.
Trump yang dianggap amatir oleh para pegiat teknologi Silicon Valley telah menghambat perkembangan teknologi AS.
Bahkan Co-founder Hyperloop One, Shervin Pishevar, mengusulkan California tempat Silicon Valley bernaung untuk memisahkan diri dari Amerika Serikat. Trump selain sebagai Usahawan yang sukses, selebihnya dianggap sebagai orang awam atau amatir yang tidak mengerti teknologi sama sekali.
ADVERTISEMENT

Pengaruh Trump Terhadap Teknologi AS

Dari kata-kata dan segala perbuatan Trump, dia dinilai sebagai musuh oleh para pegiat teknologi Silicon Valley. Sebagai contoh, Trump percaya bahwa vaksin konvensional untuk anak-anak dapat menyebabkan autisme. Demikian pula Ketua Komite Keamanan Vaksin dan Integritas Ilmiah yang dipilih Trump, juga memiliki pendapat yang sama.
Contoh lainnya, Trump secara terbuka mencurigai Teori pemanasan global atau perubahan iklim Dunia. Di samping itu, Menteri energi yang ditunjuknya, Rick Perry, juga percaya bahwa teori pemanasan global adalah suatu penipuan. Perry juga mengatakan bahwa Kementerian Energi harus dicabut. Orang-orang pilihan Donald Trump sangat mirip dengan Trump. Mereka semua memiliki karakteristik "anti-intelektual", Anti Silicon Valley. Sejak terpilihnya Trump sebagai Presiden AS tiga tahun yang lalu, Trump mungkin tidak pernah menginjakkan kakinya ke Silicon Valley.
ADVERTISEMENT
Namun menurutku, meski Trump tampaknya amatir tentang teknologi, tetapi bukan berarti orang awam tidak bisa memimpin Pemimpin Teknologi. Ini cuma masalah pemahaman. Tugas seorang Presiden bukanlah untuk memimpin pekerjaan penelitian ilmiah baik secara langsung maupun tidak langsung.
Inti dari politik adalah pihak mana yang akan mendapatkan apa. Singkatnya, adalah membagi uang. Mendistribusikan uang negara. Sederhananya, adalah memutuskan berapa banyak uang atau dana negara dibagi ke dalam sains dan teknologi, dan berapa banyak dibagi untuk bidang di luar sains. Tugas penasihat teknologi adalah menyarankan berapa banyak uang penelitian ilmiah akan didistribusikan ke bidang ini, dan berapa banyak akan diberikan ke bidang lainnya.
Karena Trump bukan teman para ilmuwan, dan mungkin tidak memiliki persahabatan atau belas kasihan bagi para ilmuwan. Ini jelas berita buruk bagi sains AS. Namun bagi AS secara keseluruhan, itu belum tentu berita buruk. Para ilmuwan selalu berharap negara menginvestasikan lebih banyak uang dalam sains.
ADVERTISEMENT
Misalnya, beberapa waktu lalu para ilmuwan di China pernah meributkan untuk membangun akselerator besar. Para ilmuwan yang sependapat bahkan berdiri dan menentang jika pemerintah tidak membangunnya, China akan kekurangan daya saing dan mundur menjadi negara kelas dua. Mereka mengira untuk menjadi negara superpower, pemerintah harus membangun akselerator.
Ya, memang untuk bisa bersaing dan menjadi negara maju, pemerintah memang harus mendukung penelitian ilmiah. Tetapi dalam pembelanjaan nasional, negara harus menghitung hal yang cocok dan menghemat biaya.
Namun, Jika dana yang dihabiskan pemerintah jauh lebih banyak daripada hasil yang diperoleh, maka pemerintah berhak mempertimbangkan investasi uang negara di tempat yang lebih efisien, seperti memopulerkan pendidikan tinggi, meningkatkan teknologi sipil, mengembangkan senjata baru, atau menjelajahi ruang angkasa.
ADVERTISEMENT
Donald Trump sedang meningkatkan pemotongan pajak. Sehingga, pendapatan fiskal AS akan menurun. Jika para ilmuwan hanya menuntut pemerintah harus menjamin biaya penelitian, apakah Trump harus memotong dana kesejahteraan? Atau memotong dana pengeluaran untuk pendidikan?
Akan tetapi, dari perspektif distribusi laba, Trump sebagai orang awam juga memiliki keunggulan alami. Yaitu, Trump sukses terpilih sebagai presiden semuanya mengandalkan pendanaannya sendiri. Jadi, Trump tidak berutang budi pada kelompok kepentingan manapun. Sehingga, ia tidak perlu memberikan perawatan khusus terhadap kelompok apapun.
Pada masa jabatan pertama Barack Obama, Menteri Energi Obama adalah ilmuwan keturunan China bernama Zhu Xiwen. Seorang pemenang penghargaan Nobel. Pada dasarnya, sebagai seorang Menteri Energi harus memiliki pemikiran keseluruhan terhadap negara tersebut. Tetapi, Zhu Xiwen tidak demikian.
Sejak Trump menjadi presiden hampir tidak pernah menginjakkan kakinya ke Silicon Valley
Menteri Zhu Xiwen sebelumnya bertanggung jawab dalam bidang bahan bakar biologi, jadi dia lebih bias dalam bidang ini setelah menjadi Menteri Energi. Padahal, prospek bahan bakar biologi sangat terbatas. Mereka tidak bisa menyelesaikan masalah pemanasan global, atau menyelesaikan masalah kekurangan energi. Bahkan sebaliknya, pemborosan lahan dalam jumlah besar.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, yang bisa memecahkan masalah energi adalah tenaga nuklir. Tetapi, Menteri Energi Zhu Xiwen memiliki pandangan negatif terhadap tenaga nuklir. Karena itu, dalam posisi sebagai Menteri Energi, orang awam mungkin tidak dapat memimpin orang professional.