Rahasia Kesuksesan Silicon Valley

Ricky Suwarno
CEO dan Pendiri Karoomba Asia. Anggota Asosiasi untuk Kecerdasan Buatan China (CAAI)
Konten dari Pengguna
12 Juni 2019 18:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Ricky Suwarno
12 Juni 2019
Saya sangat berterima kasih kepada lingkungan kerja, maupun lingkaran teman di masa lalu. Sehingga, saya memiliki peluang akses ke orang-orang pintar dari seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Banyak dari mereka memiliki pandangan yang sangat unik tentang dunia. Pandangan ini mungkin tidak terbaca di media. Sehingga, saya berharap bisa membagikan pengalaman dan pengetahuan ini kepada teman-teman di Tanah Air.
Silicon Valley adalah hasil dari berbagai tabrakan budaya
Momen pertama kalinya saya ke AS adalah untuk mengikuti kelompok studi. Di antaranya dari para insinyur ke pejabat pemerintah, maupun dari pelajar sampai ke pengusaha. Tidak ada yang meminta untuk mengunjungi Wal-Mart atau Exxon Mobil. Sebaliknya, mereka yang datang ke AS adalah untuk memperdalam ilmu.
Walaupun kebanyakan dari mereka bukan praktisi di industri IT, tetapi perusahaan yang paling ingin mereka kunjungi adalah Apple, Amazon, Microsoft, Google, dan Facebook. Dan tentu saja, saya adalah salah satu di antaranya. Alasannya, karena perusahaan-perusahaan inilah yang menentukan arah masa depan.
ADVERTISEMENT
Apple adalah perusahaan dalam satu dekade ini yang membawa dunia memasuki era baru. Sebenarnya, kecerdasan buatan telah muncul sejak 60 tahun yang lalu. Meskipun AI telah membawa banyak hasil penelitian terus menerus, namun perhatian global baru sepenuhnya terfokus, yakni pada saat Alpha Go mengalahkan pecatur Go nomor satu dunia, Lee Sedol, pada tahun 2016.
Demikian pula, VR yang sudah berusia 30 tahunan. Karena akuisisi Facebook terhadap Oculus VR menjadikannya sebagai topik yang memanas kembali.
Menurut Piero Scaruffi, penulis buku The Hundred Years of Silicon Valley, menyimpulkan salah satu rahasia kesuksesan Silicon Valley adalah membangun merek global di waktu sangat awal. Dan memperoleh pengakuan konsumen di seluruh dunia.
Setiap perusahaan yang diakui oleh konsumen di seluruh dunia pasti memiliki banyak pengikut. Seiring meningkatnya banyak pengikut, ada harapan merealisasikan hal-hal yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Karena itu, perusahaan Indonesia harus memperhatikan pembangunan merek kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan kedua yang disimpulkan oleh Scaruffi agak mengejutkan. Dia percaya bahwa keberhasilan Lembah Silikon adalah karena sifat melawan atau memberontak dari kenyataan. Misalnya, perusahaan induk semikonduktor dunia “Fairchild semiconductor” didirikan oleh delapan pelawan. Sedangkan perusahaan Intel juga berasal dari salah satu pendiri Fairchild.
Sebenarnya, sebelum Silicon Valley terbentuk, ada sebagian ilmuwan yang tidak puas dengan status quo. Mereka melarikan diri ke Silicon Valley, karena bisa menjauhi pusat politik, budaya, dan finansial AS di bagian timur, termasuk Eropa.
Mereka yang tidak menyukai budaya tradisional Amerika Serikat akan pergi ke Wilayah Teluk San Francisco (Silicon Valley masih belum terbentuk saat itu). Atau melalui bentuk karya sastra (hippies), maupun melalui bentuk-bentuk politik (protes) untuk mewujudkan impian mereka mengubah dunia.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, ide-ide aneh ini tidak berhasil. Tetapi beberapa dari mereka adalah pakar teknologi. Setiap hari memikirkan cara subversi atas industri yang telah ada.
Dan pada akhirnya setelah perusahaan Fairchild semikonductor, mereka berhasil mendirikan satu per satu perusahaan kecil yang berbasis inovasi. Dan, teknologi adalah alat bagi para inovator ini dalam mengubah dunia.
Seperti yang disimpulkan oleh Scaruffi, keberhasilan Silicon Valley adalah hasil dari berbagai tabrakan budaya. Sangatlah menginspirasi buat saya. Serta meningkatkan pemahaman saya. Kita mungkin sering mendengar tentang kebebasan akademik, masing-masing orang mengekspresikan pendapat yang berbeda, dapat mendorong kemajuan akademik. Saya rasa ini adalah salah satu contohnya.
Demikian pula, dalam kehidupan kita sehari-hari. Seandainya kita mendengar pendapat yang berbeda dan memikirkan rasionalitasnya dan menjadikannya sebagai bagian dari pengetahuan kita, maka secara otomatis juga meningkatkan kognitif kita.
ADVERTISEMENT
Itulah sebabnya, mengapa Steve Jobs, Elon Musk, Bill Gates, maupun Sergey Brin berpikir untuk mengubah dunia setiap hari. Karena ini adalah tujuan hidup mereka yang sebenarnya.
Tentu saja, saya rasa kita, Indonesia tidak perlu mereplikasi Silicon Valley seperti yang dilakukan oleh Sinar Mas. Atau China sendiri yang memiliki ribuan perusahaan startup. Mereka juga meniru Silicon Valley. Mereka kebanyakan tidak sukses, tetapi juga tidak gagal. Karena mereka telah berevolusi dengan caranya sendiri seperti Beijing Zhong Guancun.
Just like grandma says, mereplikasi Silicon Valley, ibarat Papua mau meniru Jakarta. Jakarta adalah pusat bisnis dan politik. Membangun kota yang identik dan meninggalkan politik, tidak menjadikan Papua menjadi Jakarta.
Saya selalu percaya bahwa seseorang, sekolah, daerah maupun suatu pemerintahan tidak boleh kehilangan diri sendiri. Menemukan jalan yang paling sesuai dengan diri kita sendiri adalah jalan yang tepat untuk pertumbuhan dan kemajuan.
ADVERTISEMENT
Di masa depan, saya akan terus berbagi ide-ide dan hal-hal baru dari pengalaman hidup saya. Pandangan saya mungkin kurang benar, tetapi paling tidak bisa menjadi referensi. Sebab, banyak orang di dunia yang berbeda ide maupun pikiran dari kita. Mengenali mereka dapat memperkaya pengalaman hidup kita dan menjadikan diri kita lebih dewasa dan sempurna.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang perkembangan teknologi terkini, bisa menelusuri: https://artificialintelligenceindonesia.com/