Konten dari Pengguna

Komunikasi dan Empati dalam Pelayanan Kesehatan Hewan

Ridho Dwi Puji Astuti
mahasiswa Universitas Airlangga
29 Desember 2024 14:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ridho Dwi Puji Astuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa sedang mengamati dan mendengarkan penjelasan Dokter Hewan. Sumber (original)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa sedang mengamati dan mendengarkan penjelasan Dokter Hewan. Sumber (original)
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang mahasiswa Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Airlangga tentunya harus paham sejak dini mengenai bagaimana pelayanan kesehatan dalam praktik dokter hewan ataupun klinik hewan yang benar, serta pentingnya cara berkomunikasi yang baik. Sebagai dokter hewan, tentunya mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi terhadap pasien, yakni hewan yang sedang ditangani. Maka dari itu, dokter hewan harus membangun komunikasi yang efektif terhadap klien, si pemilik hewan. Komunikasi yang baik merupakan kunci utama dari pelayanan kesehatan di praktik dokter hewan ataupun klinik hewan. Selain untuk memastikan perawatan yang optimal bagi hewan, komunikasi yang efektif juga berfungsi dalam memastikan pemilik hewan sudah paham akan kondisi kesehatan hewan kesayangannya.
ADVERTISEMENT
Pertama, komunikasi yang baik dimulai dengan mendengarkan. Tidak hanya sekadar mendengarkan, dokter hewan harus mendengarkan secara aktif. Aktif yang dimaksud adalah memberikan perhatian penuh kepada klien dan memahami serta merespons dengan tepat apa yang dikatakan klien. Menyediakan waktu untuk mendengarkan kekhawatiran atau keluhan serta pertanyaan dari pemilik hewan dapat membangun kepercayaan. Hal ini juga dapat membantu dokter hewan dalam memperoleh informasi yang diperlukan mengenai kondisi hewan dan memberikan saran dengan lebih tepat dan relevan.
Kedua, penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pikiran serta tujuan kepada orang yang kita ajak berkomunikasi. Sebagai dokter hewan, penggunaan bahasa yang mudah dipahami adalah hal yang krusial. Dalam menyampaikan sebuah informasi penting kepada pemilik hewan, mulai dari gejala, diagnosis penyakit, prosedur pengobatan, dan cara perawatan harus disampaikan dengan bahasa yang jelas dan mudah dicerna. Istilah medis yang rumit juga harus disampaikan dengan bahasa yang sederhana agar pemilik hewan dapat mengerti kondisi serta perawatan yang akan dibutuhkan untuk hewan kesayangan mereka.
ADVERTISEMENT
Ketiga, perasaan empati dalam komunikasi. Empati memainkan peran penting dalam berkomunikasi, mengakui perasaan kekhawatiran pemilik hewan dan memberikan dukungan secara emosional, seperti bersikap tenang dan penuh perhatian dapat membantu mengurangi kecemasan mereka. Misalnya, ketika sedang memberikan berita buruk tentang kesehatan hewan, seorang dokter hewan harus menyampaikannya dengan tindakan dan bahasa yang lembut. Kemudian, berikan waktu kepada klien untuk mencerna informasi dan merespons berita tersebut. Pastikan klien merasa didukung dan yakinkan bahwa Anda akan mendampingi klien di setiap langkah perawatan yang diambil untuk kesehatan hewan mereka. Kontak mata, ekpresi wajah, dan nada bicara juga harus menunjukkan sikap empati dan penuh pengertian.
Komunikasi yang efektif di klinik hewan ataupun praktik dokter hewan merupakan kunci untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dengan mendengarkan secara aktif, menggunakan bahasa yang sederhana, dan menunjukkan perasaan empati, seorang dokter hewan dapat membangun hubungan yang baik dengan klien dan dapat memastikan kesejahteraan hewan kesayangan mereka. Selain itu, dengan komunikasi yang baik, dokter hewan dapat memberikan perawatan yang lebih optimal, informasi yang lebih jelas dan bermanfaat, dan klien akan merasa didukung dalam perjalanan perawatan kesehatan hewan mereka. Hal ini dapat meningkatkan pengalaman klien di tempat klinik Anda dan membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif dan suportif untuk kesehatan hewan mereka.
ADVERTISEMENT
Ridho Dwi Puji Astuti, mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam Universitas Airlangga.