Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
5 Stages of Griefs: Odise Terhadap Penerimaan dan Penyembuhan
1 Agustus 2024 14:31 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Rifaa Khairunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kehilangan merupakan salah satu pengalaman yang paling menyakitkan dalam kehidupan manusia. Entah itu kehilangan orang tercinta, pekerjaan, kesehatan, atau bahkan impian, perasaan duka yang mendalam sering kali menyelimuti dan mengguncang fondasi emosional kita.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia psikologi, proses ini dikenal dengan istilah "grief" atau berduka. Elisabeth Kübler-Ross, seorang psikiater Swiss-Amerika, memperkenalkan konsep "5 Stages of Grief" atau "Lima Tahap Kesedihan" dalam bukunya terkenal "On Death and Dying" (1969), yang membantu kita memahami proses emosional yang dialami seseorang ketika menghadapi kehilangan.
Mengenal Lebih Jauh Grief
Grief atau berduka adalah reaksi alami emosional yang muncul akibat kehilangan sesuatu yang bernilai dalam hidup seseorang. Grief bukan hanya tentang kesedihan, namun mencakup spektrum luas emosi, termasuk kebingungan, kemarahan, rasa bersalah, dan bahkan ketidakpercayaan.
Reaksi ini dapat bervariasi antara individu satu dengan yang lain, tergantung pada kepribadian, pengalaman hidup, serta kehilangan itu sendiri. Beberapa orang mungkin mengalami grief dalam bentuk serangan kecemasan, sementara yang lain mungkin merasa kebas atau mati rasa terhadap emosi.
ADVERTISEMENT
Selama proses grief, individu mungkin mengalami perubahan perilaku seperti menarik diri dari interaksi sosial, kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya disukai, atau mengalami kesulitan dalam menjalankan rutinitas sehari-hari. Fisik pun tidak luput dari dampaknya kelelahan, gangguan tidur, dan perubahan nafsu makan adalah gejala umum yang sering dialami.
Grief juga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang, seperti kesulitan berkonsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan. Pikiran tentang kehilangan tersebut mungkin terus-menerus muncul, mengganggu fokus dan produktivitas sehari-hari. Dalam beberapa kasus, grief yang tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih serius, seperti depresi atau kecemasan kronis.
Dampak Grief dalam Kehidupan Sehari-hari
Grief dapat menjadi berkepanjangan dan muncul kembali kapan saja, bahkan ketika seseorang tampaknya sedang tidak mengalami masalah apa pun. Perasaan duka yang berkepanjangan ini dikenal sebagai "prolonged grief" atau "complicated grief", di mana individu tidak dapat menerima atau mengatasi kehilangan dalam jangka waktu yang wajar. Pemicu-pemicu kecil, seperti mendengar lagu tertentu, melihat foto, atau mengunjungi tempat yang memiliki kenangan khusus, dapat membangkitkan kembali perasaan duka yang intens meskipun waktu telah berlalu sejak kehilangan itu terjadi.
ADVERTISEMENT
Grief yang berkepanjangan bisa mengganggu keseharian dan kualitas hidup seseorang, membuat mereka merasa terjebak dalam kesedihan yang mendalam. Memahami bahwa grief adalah respons alami terhadap kehilangan dapat membantu individu lebih menerima dan menghargai proses emosional yang mereka alami. Dukungan dari keluarga dan teman dapat memainkan peran penting dalam membantu seseorang melewati masa-masa sulit ini dan menuju penyembuhan yang sehat.
5 Stages of Grief
Elisabeth Kübler-Ross, seorang psikiater Swiss-Amerika, memperkenalkan konsep "5 Stages of Grief" dalam bukunya yang terkenal, "On Death and Dying" (1969). Konsep ini membantu kita memahami proses emosional yang dialami seseorang ketika menghadapi kehilangan. Tahapan-tahapan ini tidak selalu dialami dalam urutan yang sama dan setiap individu mungkin mengalaminya secara berbeda.
ADVERTISEMENT
1. Denial (Penolakan)
Pada tahap ini, individu sulit menerima kenyataan kehilangan. Mereka mungkin merasa syok dan kebingungan, serta mencoba menyangkal fakta bahwa kehilangan itu terjadi. Denial berfungsi sebagai mekanisme pertahanan awal yang membantu mengurangi dampak emosional dari kehilangan.
2. Anger (Kemarahan)
Setelah penolakan mulai memudar, rasa sakit dari kehilangan muncul dan sering kali diekspresikan melalui kemarahan. Individu bisa merasa marah pada diri sendiri, orang lain, atau situasi yang dianggap bertanggung jawab atas kehilangan tersebut. Kemarahan ini adalah bentuk pelampiasan emosi yang sebenarnya merupakan bagian dari proses penyembuhan.
3. Bargaining (Tawar-Menawar)
Dalam tahap ini, individu mencoba mencari cara untuk menghindari kenyataan kehilangan. Mereka mungkin berusaha membuat kesepakatan dengan diri sendiri atau dengan kekuatan yang lebih tinggi, berharap untuk mendapatkan kembali apa yang telah hilang. Tawar-menawar adalah upaya untuk mendapatkan kembali kontrol atas situasi yang dirasa di luar kendali.
ADVERTISEMENT
4. Depression (Depresi)
Tahap ini ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam, putus asa, dan kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya menyenangkan. Depresi merupakan reaksi alami terhadap kehilangan yang signifikan. Individu mungkin merasa kesepian dan terisolasi, serta mengalami kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari.
5. Acceptance (Penerimaan)
Pada akhirnya, individu mencapai tahap penerimaan, di mana mereka mulai menerima kenyataan kehilangan dan belajar untuk hidup dengan perubahan yang terjadi. Penerimaan tidak berarti kebahagiaan, tetapi lebih pada menerima kenyataan dan bergerak maju dengan hidup.
Penyembuhan dan Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan
1. Mengakui dan Menerima Emosi
Langkah pertama dalam penyembuhan dari grief adalah mengakui dan menerima emosi yang muncul. Banyak orang cenderung menekan perasaan mereka atau merasa bersalah karena merasakan emosi negatif. Namun, penting untuk memahami bahwa semua perasaan, termasuk kesedihan, kemarahan, dan kebingungan, adalah bagian alami dari proses berduka. Mengizinkan diri untuk merasakan dan mengekspresikan emosi ini dapat menjadi langkah awal yang penting menuju penyembuhan.
ADVERTISEMENT
2. Mendapatkan Dukungan Sosial
Dukungan dari keluarga atau teman dapat sangat membantu dalam proses penyembuhan. Berbicara dengan orang-orang yang peduli dan mengerti situasi Anda dapat memberikan kenyamanan dan rasa tidak sendirian dikarenakan berbagi pengalaman dengan orang lain yang sedang menghadapi situasi serupa, yang dapat memberikan perspektif dan dukungan emosional yang berharga.
3. Praktikkan Kesabaran dan Kasih Sayang Terhadap Diri Sendiri
Penyembuhan dari grief adalah proses yang memerlukan waktu. Penting untuk bersabar dengan diri sendiri dan tidak menetapkan tenggat waktu untuk "sembuh." Setiap orang berduka dengan caranya sendiri dan dalam waktunya sendiri. Memberikan diri izin untuk berduka dan merawat diri dengan kasih sayang dapat membantu dalam proses penyembuhan.
Grief adalah perjalanan emosional yang penuh tantangan, namun memahami dan menerima setiap tahapnya dapat membantu proses penyembuhan. Dengan dukungan yang tepat dan kesabaran, kita dapat menemukan kekuatan dalam duka untuk memulai babak baru dalam hidup. Seperti yang dikatakan Heike Mertins, "Grief is thought on loss, struggle, and new beginnings."
ADVERTISEMENT