Melepaskan Diri dari Jerat Self Sabotage

Rifaa Khairunnisa
Mahasiswi Jurusan Sistem Informasi, Universitas Pembangunan Jaya.
Konten dari Pengguna
28 Juli 2023 5:45 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifaa Khairunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

"Semua tindakan kita dapat menunjukkan cinta pada diri sendiri atau menghancurkan diri sendiri," —Sharon Salzberg.

Ilustrasi. Foto: iStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Foto: iStock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah kamu mengalami situasi di mana segala sesuatu tampak berjalan dengan baik, namun tiba-tiba kamu merasa terdorong untuk membuat keputusan yang berakhir merugikan diri sendiri?
ADVERTISEMENT
Atau, mungkin kamu merasa takut akan kemungkinan berhasil sehingga tanpa kamu sadari menemukan cara untuk mengacaukan segalanya? Jika iya, kamu mungkin telah merasakan dampak dari self-sabotage.

Apa Itu Self-Sabotage?

Self-sabotage merujuk pada pola perilaku atau keputusan yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan untuk menghalangi pencapaian tujuan maupun kesejahteraan pribadi. Shirani Pathak, psikolog berlisensi dari Carlifonia mengatakan, self-sabotage sering kali dilakukan oleh seseorang tanpa disadari atau secara tidak sengaja.
Shirani juga menambahkan bahwa self-sabotage terjadi ketika seseorang mengalami sesuatu yang mengancam dirinya atau seseorang tersebut sedang berada di kondisi asing sehingga memicu sistem internal tubuh mengirimkan sinyal bahaya, kemudian otak memberikan perintah untuk melakukan tindakan yang dapat membuat diri aman.
Meskipun tampak kontradiktif, banyak orang mengalami self-sabotage pada berbagai aspek kehidupan, termasuk karier, hubungan, kesehatan, dan pengembangan pribadi. Semua bentuk self-sabotase mengakibatkan kita tidak mencapai potensi penuh dalam kehidupan dan berdampak negatif pada kesejahteraan fisik dan mental kita.
Ilustrasi. Foto: Shutter Stock

Apa Tanda-Tanda Self-Sabotage?

Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., yang seorang psikolog, mengatakan bahwa dalam hal ini self-sabotage sering kali menghalangi atau membatasi hal baik untuk diri seseorang. Hal tersebut membuat seseorang lebih sering merasakan tekanan, kesedihan, dan kebingungan.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa contoh self-sabotage yang dialami oleh seseorang, yaitu sebagai berikut.

1. Prokrastinasi

Self-sabotage sering kali terlihat dalam kebiasaan menunda-nunda pekerjaan atau tanggung jawab yang sebenarnya harus segera diselesaikan. Meskipun menyadari konsekuensi buruk dari penundaan, seseorang mungkin merasa sulit untuk memulai atau menyelesaikan tugas tersebut.

2. Pola Pikir Negatif

Individu yang mengalami self-sabotage sering kali memiliki pola pikir negatif tentang diri sendiri dan kemampuan mereka. Mereka meragukan diri sendiri secara berlebihan dan merasa bahwa mereka tidak layak mencapai keberhasilan atau bahkan takut mencoba hal-hal baru karena keyakinan diri yang rendah.

3. Menghindari Peluang

Meskipun terdapat kesempatan untuk maju atau mengambil langkah maju, individu yang melakukan self-sabotage mungkin menolak peluang tersebut karena takut akan perubahan atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi sehingga menghambat perkembangan pribadi mereka.
ADVERTISEMENT

4. Rendahnya Motivasi

Kehilangan semangat atau motivasi untuk mencapai tujuan karena merasa putus asa, lelah, atau tidak percaya diri. Ketika seseorang merasa terpuruk oleh rasa malas dan kelelahan yang berkepanjangan, mereka cenderung menunda-nunda untuk mengambil langkah maju dan mengatasi tantangan.

5. Ketidakmampuan Mengambil Keputusan

Seseorang yang mengalami self-sabotage mungkin sering kali merasa terjebak dalam ketidakpastian dan kesulitan untuk membuat keputusan yang dapat menghambat kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan.

Akar Permasalahan Self-Sabotage

Ilustrasi. Foto: Shutter Stock
Dalam perjalanan hidup, sering kali seseorang dihadapkan pada situasi yang mengharuskan kita untuk mengambil keputusan, menghadapi tantangan, atau mencapai tujuan. Namun, terkadang kita merasa terhambat atau tidak dapat mencapai potensi penuh kita.
Beberapa akar permasalahan tersebut dapat berasal dari trauma emosional, pola perilaku yang dipelajari, kurangnya rasa percaya diri, perasaan takut gagal, hingga kurangnya kemampuan untuk menghadapi kegagalan.
ADVERTISEMENT
Dengan mengenali dan mengatasi akar permasalahan ini, kita dapat membuka pintu menuju pertumbuhan pribadi, kebahagiaan, dan kesuksesan yang lebih besar dalam hidup.

Bagaimana Cara Mengatasi Self-Sabotage?

Mengatasi self-sabotage adalah proses yang memerlukan kesadaran diri, komitmen, dan kerja keras. Tidak hanya itu, seseorang juga perlu mengidentifikasi situasi tertentu yang sering memicu perilaku merugikan diri sendiri tersebut.
Ketika sudah mengenali situasi-situasi tersebut, maka seseorang dapat mempersiapkan diri dengan strategi untuk menghadapinya lebih baik. Lalu, bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi self-sabotage?

1. Kenali Pola Self-Sabotage

Inisiasi dalam mengatasi self-sabotage dimulai dengan kesadaran bahwa perilaku tersebut merugikan diri sendiri. Selanjutnya, teliti asal-usul perilaku tersebut dan apa yang memicunya. Setelah mengidentifikasi akarnya, langkah berikutnya adalah mengalihkan perilaku self-sabotage ke arah yang lebih positif.
ADVERTISEMENT

2. Menantang Pola Pikir Negatif

Ketika merasa tidak mampu, cobalah mengubahnya menjadi sikap positif yang mendukung, "Saya bisa mencoba dan belajar dari pengalaman ini". Dengan cara ini, kamu tidak hanya menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri, tetapi juga membuka peluang untuk pertumbuhan dan pembelajaran.

3. Berusaha Menerima Kegagalan

Salah satu strategi untuk lebih lapang dada menghadapi kegagalan adalah mengelola ekspektasi dengan bijaksana sehingga kita tidak terlalu terpukul dan tergoda untuk melakukan sabotase diri.
Dengan mengurangi ekspektasi yang terlalu tinggi, kita dapat lebih menghargai proses pembelajaran dari setiap kegagalan dan menggunakan pengalaman tersebut untuk tumbuh dan berkembang.

4. Berkomitmen dengan Diri Sendiri untuk Keluar dari Siklus tersebut

Membuat komitmen dengan diri sendiri untuk keluar dari siklus self-sabotage merupakan langkah kuat dan menentukan. Selalu ingat untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri dan menghargai proses perubahan.
ADVERTISEMENT
Berikan dirimu kesempatan untuk tumbuh dan belajar dari setiap kegagalan. Sebab, setiap langkah menuju perubahan adalah langkah berharga.
Maka dari itu, ingatlah, mengatasi self-sabotage bukanlah proses yang instan, tetapi dengan kesadaran, komitmen, dan kerja keras. Kamu dapat menciptakan perubahan positif dalam hidup. Kamu adalah kreator hidupmu sendiri serta memiliki kekuatan untuk mengubah diri dan masa depanmu.
Lepaskan diri dari jerat self-sabotage dan biarkan dirimu tumbuh dan mencapai potensi penuh dalam meraih kesuksesan, kebahagiaan, dan kesejahteraan yang lebih besar dalam hidup ini.
Kamu pantas untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Dan langkah pertama adalah melepaskan diri dari belenggu self-sabotage. Percayalah, kamu dapat melakukannya!