Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Generasi Milenial dan Inovasi di Era Keunggulan Informasi
4 Maret 2018 21:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Rifana Indira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif World Economic Forum (WEF), Klaus Schwab, dalam pidatonya di Davos menjelaskan bahwa dunia tengah mengalami Revolusi Industri ke-4 (Fourth Industrial Revolution) yang akan menjadikan dunia semakin terdigitalisasi. Revolusi industri ini tidak lagi hanya mencakup aspek internet, tetapi penggunaan Artificial Intelligence (AI), big data, teknologi robotik, cloud computing dan berbagai bentuk algoritma kompleks lainnya yang akan merubah total wajah dunia.
ADVERTISEMENT
Revolusi ini bertumpu pada digitalisasi kehidupan manusia yang secara bertahap akan merubah masyarakat dari yang saat ini merupakan information society menjadi knowledge society. Perubahan paradigma sosial ini didorong oleh semakin terintegrasinya sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan AI ke dalam kehidupan manusia secara seamless dan realtime.
Caption: Dari Revolusi Industri I menuju Revolusi Industri ke-4. Foto: engineersjournal.ie
Tentu saja, kecepatan, akurasi, dan efisiensi menjadi ukuran prestise baru dalam tatanan ini. Pihak-pihak yang cepat mengambil peluang dan menguasai teknologi majulah yang akan menjadi pemain global utama.
Bagaimana dengan Indonesia? Secara lebih khusus bagaimana dengan kaum mudanya? Penduduk berusia muda di Indonesia pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai 69,4 juta. Jumlah populasi Indonesia yang didominasi oleh generasi milenial tentunya perlu menaruh perhatian khusus untuk menghadapi perubahan ini. Apalagi dikatakan, revolusi industri ke-4 akan semakin mengurangi keterlibatan langsung operator manusia dalam industri. Artinya, generasi milenial adalah generasi yang di satu sisi terkoneksi secara digital, namun di sisi lain menghadapi tantangan kehilangan banyak lapangan kerja karena alasan yang sama. Saat ini pun, Indonesia masih memiliki tingkat pengangguran sebesar 5,5% dari angka tenaga kerja, yang meskipun angka ini sudah mengalami perkembangan positif, namun masih belum mencapai target 5%.
ADVERTISEMENT
Contoh simpel yang dapat diambil adalah dengan penerapan kartu e-toll atau e-ticket yang mengurangi jumlah petugas yang bertugas pada loket jalan bebas hambatan misalnya. Meskipun awalnya banyak pro-kontra khususnya karena kekuatiran pengurangan pekerjaan, namun tuntutan zaman dan berbagai pertimbangan lainnya membuat langkah kebijakan ini toh tetap terlaksana. Pada kasus ini, pemerintah memang berupaya mengalihkan para pekerja tersebut ke back office dan membekali mereka dengan peningkatan kapasitas.
Lantas, apa yang harus dipersiapkan oleh para muda-mudi milenial? Apa yang harus dimiliki setiap individu untuk dapat terus mempertahankan eksistensinya tanpa tergerus oleh roda persaingan globalisasi ini? Pertama, tentu saja profesionalisme. Kedua, inovasi.
Caption: Budayakan berpikir kreatif dan inovatif Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Apa kata yang terbersit dalam benak ketika disebutkan istilah inovasi? Baru? Ya, inovasi memang identik dengan hal baru. Inovasi bukan berarti selalu terkait dengan penciptaan barang baru (invention), sebagaimana Alexander Graham Bell yang menemukan pesawat telepon. Namun inovasi dapat juga berarti hasil penyesuaian mekanisme, cara kerja, proses terhadap suatu hal yang sudah ada.
Untuk menjadi inovatif, seseorang harus memiliki beberapa aspek antara lain:
1. Motivasi. Pastikan anda memiliki tujuan atau cita-cita yang ingin diraih.
2. Ilmu pengetahuan dan kapabilitas. Wawasan yang luas dan keahlian di suatu bidang sangat penting untuk jadi kekhususan seseorang dibutuhkan oleh perusahaan atau lembaga tertentu. Penguasaan teknologi tentunya juga menjadi salah satu keharusan.
ADVERTISEMENT
3. Kreatif. Berpikir tidak hanya dengan otak kiri yang rasional, namun perlu juga mengasah otak kanan secara optimal, untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang tidak konvensional atau berbeda dari yang ada sebelumnya. Ketika anda memiliki pemikiran-pemikiran yang berbeda sebagai hasil thinking out of the box, jangan ragu untuk menyampaikannya secara terbuka.
4. Berdaya juang tinggi. Jangan mudah mengeluh karena kadang kala kita bisa mendapatkan hal yang baru atau peluang dari kegagalan yang kita alami.
5. Kepribadian yang baik. Pola berpikir, emosi, perilaku dan karakter seseorang juga menentukan seseorang bekerja secara profesional.
Jadi, siap berkompetisi di era revolusi industri ke-4 kan? Yuk kita bekali diri.