Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Balun: Desa Unik, Desa Pancasila
17 Juni 2023 19:21 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Rifatus Sholihah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Desa Balun, sebuah desa yang berada di Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan ini memiliki sebutan desa unik dan desa Pancasila. Di desa ini terdapat masyarakat pemeluk agama Islam, Hindu dan juga Kristen.
ADVERTISEMENT
Desa Balun ini di ambil dari sebuah nama seorang tokoh masyarakat yang di kenal dengan sebutan Mbah Alun sehingga daerah tersebut di beri nama Desa Balun. Ada pun kini makam Mbah Alun masih sering di kunjungi oleh masyarakat sekitar dan menjadi tempat ziarah dan juga tempat wisata.
Uniknya lagi di desa ini terdapat tiga tempat ibadah dari tiga agama yang letaknya berdampingan. Hanya dipisahkan oleh lapangan dan jalan desa. Ketiga tempat tersebut yaitu Majid Miftahul Huda yang berdiri di sebelah barat lapangan, kemudian hanya terpisah oleh jalan kampung selebar empat meter berdirilah Pura Sweta Maha Suci, dan tepat di depan masjid (seberang masjid) hanya berjarak kurang lebih 50 meter berdirilah Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Lamongan Wilayah Balun.
Toleransi di desa ini sangatlah besar sehingga terciptalah kerukunan di desa tersebut dan juga tidak ada perbedaan satu sama lain. Toleransi antar warganya sudah tidak dragukan lagi. Pada saat penduduk agama Hindu mempersiapkan perayaan Hari Raya Nyepi, penganut agama lain juga ikut bertoleransi. Upacara Pengrupukan yang dilakukan oleh penduduk beragama Hindu tidak hanya diramaikan oleh mereka yang beragama Hindu saja, tetapi semua penduduk berkumpul, bahkan dari luar desa semuanya ikut terlibat.
ADVERTISEMENT
Biasanya warga membuat pawai ogoh-ogoh. Pada saat pawai tersebut masyarakat setempat juga ikut memeriahkannya dan juga biasanya banyak didatangi oleh warga dari luar desa.
Toleransi yang disematkan di desa tersebut tidak hanyalah sebuah nama, tetapi tindakan dan julukan juga berbanding lurus. Selain keterlibatan seluruh masyarakat di pawai ogoh-ogoh, ketika tetangga pemeluk muslim menggelar hajatan pemeluk agama lain juga hadir dengan menggunakan sarung dan juga kopyah, kerudung juga bisa digunakan oleh pemeluk agama lain ketika ada hajatan. Hal itu dilakukan sebagai rasa hormat mereka terhadap umat muslim.
Di Desa Balun ini makam Islam dan juga Hindu menjadi satu. Makam tersebut berada diantara Masjid Miftakhul Huda dan Pura Sweta Maha Suci. Orang Hindu juga tidak di Aben/di bakar ketika ada yang meninggal tetapi dikuburkan. Bahkan penyesuaian jadwal ibadah juga sangat diperhatikan.
ADVERTISEMENT
Seperti pada ibadah kliwonan umat Hindu yang biasanya dilakukan tepat pada pukul 19.00 WIB di desa ini dilakukan setelah sholat maghrib dan sebelum sholat isya’. Umat Islam juga akan mematikan pengeras suara masjid saat pemeluk agama Hindu melaksanakan Hari Raya Nyepi. Ketika membersihkan makam leluhur juga dilakukan bersama-sama. Bahkan ketika Hari Raya Idul Adhah pelaksanaan kurban juga di bantu oleh agama lain.
Maka dari itu desa Balun ini disebutlah sebagai desa Pancasila. Bupati Lamongan sendiri yaitu Bapak Yuhronur Efendi merasa kagum akan tingginya toleransi di Desa Balun. Pak Yuhronir Effendi juga mengungapkan bahwa Desa Balun ini merupakan salah satu desa yang mampu dan berhasil secara alamiah bisa melestarikan nilai-nilai keberagaman. Hal itu bisa menjadikan harmonisasi sosial yang sangat luar biasa, dan dilaksanakan dalam kesehariannya tanpa adanya rekayasa apapun. Maka inilah sesungguhnya Desa Pancasila, yang mampu merajut Kebhinekaan dari berbagai perbedaan.
ADVERTISEMENT