Konten dari Pengguna

Kuliah : Penting atau Enggak Penting?

Rima Maulana
Mahasiswa - S1 Pendidikan Kimia (Universitas Sebelas Maret)
23 Januari 2024 7:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rima Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dua mahasiswi yang sedang diwisuda. Foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Dua mahasiswi yang sedang diwisuda. Foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Education is the most powerful weapon to change everything in this world.
ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah segala sesuatu di dunia ini. Namun, proses berpendidikan dan mendapatkan ilmu, belajar, membentuk pola pikir yang akhirnya termanifestasi menjadi karakter di zaman sekarang bisa jadi berbeda dengan proses pendidikan di zaman orang tua kita dahulu. Kecepatan informasi, teknologi, infrastruktur beserta digitalisasi menjadi faktor utama berubahnya pemaknaan kuliah dan pendidikan saat ini.
Apa Makna dari Pendidikan Itu?
Belajar adalah proses kita mengajar dan memperoleh pengetahuan, keterampilan atau makna dari apa yang kita pelajari yang pada akhirnya seseorang akan berproses dalam mengembangkan sikap, kemampuan dan nilai praktis untuk mencapai kompetensi sosial dan perkembangan individu yang optimal.
Hal yang paling mendasar dari pendidikan ada dua yakni kompentensi sosial dan bertumbuh. Kompetensi sosial sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan sekitar, sedangkan bertumbuh ialah proses menjadikan versi diri sendiri se-optimal mungkin untuk terus lebih baik. Dua hal ini tidak hanya bisa diukur dengan angka-angka saja atau sekedar nilai hitam diatas putih.
ADVERTISEMENT
Bukan berarti nilai akademis tidak penting, akademis itu penting karena otomatis akan melengkapi portofolio untuk kepentingan masa kini dan masa mendatang. Namun itu bukan tujuan akhir dari proses pendidikan yang sebenarnya, rasanya terlalu mengerdilkan makna pendidikan kalau hanya melihat kemampuan, kelayakan, kompetensi sosial, tanggung jawab, relasi bahkan literasi seseorang hanya berdasarkan “Dia lulusan mana?” “Nilainya berapa?” “Tepat waktu atau tidak?”
Ada banyak hal yang jauh lebih dalam dan jauh lebih besar untuk dibicarakan dalam memaknai dan diskusi tentang pendidikan.
Proses pengajaran di kelas saat perkuliahan berlangsung. Foto : Pixabay
Kenapa Kuliah Itu Penting?
Bukan Pengetahuan
Alasan utama kuliah itu penting bukan karena pengetahuan, di zaman sekarang di mana teknologi semakin canggih sehingga pengetahuan bisa didapat darimana saja dan kapan saja. Justru yang paling penting adalah struktur berpikir, khususnya dalam menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya ujung dari literasi adalah problem solving, maka otomatis proses berpendidikan termasuk pendidikan tinggi yakni proses membentuk struktur berpikir.
“Apalah arti berpikir…
Jika tidak menyelesaikan masalah yang ada di sekitar” (W.S. Rendra)
Salah satu ujian akhir sebelum lulus kuliah adalah skripsi yang di dalamnya berisi latar belakang masalah, fakta lapangan, dasar teori, analisis data beserta solusi dan rekomendasi yang ditawarkan. Semua itu sebenarnya adalah proses berlatih seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di sekitar.
Being Open Minded
“Education’s purpose is to replace an empty mind with an open one” (Malcolm Forbes)
Tujuan pendidikan adalah untuk menggantikan, mensubstitusikan pikiran kita dari yang sebelumnya kosong atau tidak tahu menjadi lebih terbuka. Di bangku perkuliahan akan menciptakan relasi dari berbagai latar belakang suku, agama, kepercayaan, pikiran dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu bagi teman-teman yang saat ini sedang menjalankan pendidikan, baik itu formal maupun non formal jangan terlalu cepat menutup diri pada kesempatan, karena kita tidak tahu kesempatan mana yang akan mengantarkan kita pada level selanjutnya.
Social Change
Pendidikan tinggi atau kuliah bukan melulu tentang memperoleh tingkat pengetahuan yang lebih tinggi tetapi bisa mendorong seseorang untuk ambil bagian dan melakukan perubahan minimal dalam diri sendiri.
Pendidikan tinggi dapat merangsang seseorang dalam berinovasi, pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, partisipasi politik dan juga kepedulian pada lingkungan bisa jadi iklim yang akhir-akhir ini gencar disuarakan.
Saat Jepang dahulu luluh lantah karena bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, profesi pertama yang paling dicari saat itu adalah guru, karena guru adalah profesi yang paling dekat dengan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Caranya Agar Kuliah Kita Tidak Sia-Sia?
Foto kelulusan mahasiswa dan mahasiswi. Foto : Pixabay
1. Tentukan tujuannya.
Memiliki target dan tujuan sama pentingnya dengan proses dalam menikmati perjalanan serta proses dalam bertumbuh. Tanpa ada tujuan maka tidak ada yang namanya produktivitas. Menggambarkan diri sendiri 10 tahun kedepan ingin menjadi apa? Akan menggeluti bidang apa di masa depan? Butuh spesifikasi ilmu dan kemampuan dalam bidang yang mana?
Kurang lebihnya ini akan mengarahkan kita untuk mengambil keputusan dan pilihan sikap selama kuliah ingin berorganisasi atau tidaknya. Tujuan yang dimiliki akan memungkinkan kalian semakin terarah dan semakin bermakna.
2. Pilih jurusan yang tepat.
Riset dahulu kampus dan jurusan apa yang akan dipelajari dan menjadi bagian di dalamnya. Informasi sekarang didapatkan dengan sangat cepat dan mudah, komunikasi sekarang juga bisa dilakukan tanpa batas. Namun perlu diingat bahwasannya tidak ada jaminan jika karir harus sesuai dengan jurusan kuliah.
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan pendidikan formal yang tidak harus berprofesi dengan latar belakang keilmuan formal yang dimiliki. Namun jika sudah selama tiga sampai empat tahun menginfestasikan waktu, uang, tenaga dan fokus alangkah lebih baiknya jika ilmu, pemahaman, dan pengalaman selama itu benar-benar dipakai dalam dunia tempat untuk berkarya dan bekerja, dengan kata lain kita yang mengarahkan bukan kita yang diarahkan oleh lingkungan, kondisi dan situasi.
3. Membangun relasi.
Relasi adalah harta karun yang paling berharga. Walaupun terkadang impact nya tidak dapat dirasakan secara langsung, namun menjaga hubungan baik cepat atau lambat akan membawa kita pada lingkungan yang menentukan siapa kita, bagaimana cara kita berpikir dan menyelesaikan masalah. Bangun relasi atas dasar ketulusan apa adanya bukan berdasar kepentingan atau sekedar ketertarikan. Kalau memang tujuan akhirnya adalah proses pembentukan karakter, maka bangun relasinya dari sekarang.
ADVERTISEMENT
4. Mengasah kemampuan.
Kalau sukses didefinisikan sebagai bertumbuh dan berprogres ke target, maka kuliah tinggi tidak akan menjamin kesuksesan. Saat mempunyai kemampuan maka kekuatan akan ada di tangan kita. Pendidikan itu bukan hanya untuk menciptakan robot industrialisasi yang dengan ijasahnya kemudian berbondong-bondong melamar kerja. Mereka yang punya skill sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh zamannya akan menciptakan kesempatan, bukan menunggu kesempatan.
5. Mengikuti perkembangan terbaru.
Hidup di abad-21, era dimana perubahan terjadi secara cepat bahkan besar-besaran, zaman dimana kecanggihan teknologi terus terjadi dan mengikuti perkembangan teknologi adalah sebuah keharusan, hal ini menjadikan seseorang paham akan kemampuan seperti apa yang harus diasah dan disiapkan untuk menghadapi tantangan-tantangan kedepan. Mereka yang bertahan adalah mereka yang bersiap. Bersiap dengan skill, mental, pengalaman, pengetahuan dan pengendalian ego.
ADVERTISEMENT
Waktu tidak bisa diulang dan waktu tidak akan menunggu seseorang sampai siap, maka mari kita yang bersiap dan kita yang memaksimalkan diri kita supaya semuanya tidak sia-sia dan tidak terjadi penyesalan di hari depan.