Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Lebih Halus Penyebutan yang Mana, "Tunarungu" atau "Tuli"?
17 Desember 2020 10:44 WIB
Tulisan dari Rima Syukhria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Saat ini ungkapan tunarungu di pandang halus oleh orang kebanyakan, ketimbang dengan ungkapan tuli. Hal ini dikarenakan kata tersebut terdengar lebih halus dan sopan sih, katanya. Namun ternyata arti dari dua kata itu sendiri berbeda, loh. Menurut KBBI, tunarungu berarti tidak dapat mendengar dan tuli juga berarti tidak dapat mendengar (karna rusak pendengarannya); pekak; tunarungu.
ADVERTISEMENT
Lalu, antara sebutan Tuli dan tunarungu, manakah sebutan yang lebih halus dan disarankan sebenarnya?
Mayoritas dari kita banyak berasumsi bahwa penyebutan tunarungu lebih baik dan enak didengar. Namun, benarkah mereka lebih senang jika disebut tunarungu dari pada Tuli? Pertanyaan tersebut akhirnya terjawab oleh pernyataan M. Najmil Suryo (20), mahasiswa Pendidikan Disabilitas dan tergabung dalam komunitas orang-orang yang peduli dengan teman-teman disabilitas.
Kepada saya, Najmil mengatakan “Teman-teman yang tidak bisa mendengar lebih suka jika disebut dengan Tuli ketimbang tunarungu, hal ini dikarenakan sebutan itu sendiri mereka anggap sebagai sebuah identitas komunitas orang-orang yang kurang bisa mendengar, namun belajar untuk berkomunikasi bersama orang lain menggunakan bahasa isyarat. Penggunaan bahasa isyarat oleh teman-teman Tuli ini sebagai bentuk usaha mereka dalam menyeimbangkan komunikasi dengan orang lain dan tidak mau hanya dibilang tidak bisa mendengar yang otomatis tidak bisa berbicara.”
ADVERTISEMENT
"Teman-teman Tuli juga mampu berkomunikasi layaknya orang normal, yaitu dengan menggunakan bahasa isyarat atau bahasa tubuh," tutur Najmil secara langsung saat ditemui di Istiqlal (11/12/2020). Sementara itu, kata tunarungu lebih merujuk kepada seseorang dengan keterbatasan fisik dalam mendengar dan berbicara.
Banyak orang dari kita menganggap bahwa Tuli dan tunarungu mempunyai makna yang sama. Padahal kedua istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda, mulai dari kata “tunarungu” hingga penyebutan “Tuli”. Fenomena ini disebut dengan eufemisme.
Abdul Chaer (2018:143) menyatakan bahwa dalam pembicaraan mengenai penghalusan atau eufemisme ini kita akan berhadapan dengan gejala ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus, atau lebih sopan dari pada kata yang akan digantikan tersebut. Masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan dalam menghaluskan makna kata. Misalnya juga pada kata pemecatan (dari pekerjaan) diganti dengan kata pemutusan hubungan kerja (PHK), kata babu diganti dengan pembantu rumah tangga dan sekarang diganti lagi menjadi pramuwisma. Tidak juga terlebih yang sedang kita bahas ini, kata tuli diganti menjadi tunarungu.
ADVERTISEMENT
Padahal nyatanya masyarakat Indonesia yang cenderung dalam menghaluskan makna kata ini tidak semuanya benar-benar halus penggunaannya ketika kita telusuri makna yang sebenarnya. Penghalusan di sini ternyata, berlaku bagi orang kebanyakan di telinga mereka yang mana walaupun aslinya adalah lebih kasar, namun karna masyarakat Indonesia menganggap kata tersebut lebih halus, maka dipergunakanlah kata itu di kehidupan sehari-hari. Kebanyakan masyarakat Indonesia menganggap penyebutan tuli adalah kasar terdengar di telinga mereka. Padahal makna kata itu lebih halus dan orang yang kurang bisa mendengarpun juga lebih suka disebut Tuli dari pada tunarungu. Makyu subuki di dalam bukunya yang berjudul Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa menuturkan bahwa perubahan makns atau pergeseran, terjadi karna dua factor, yaitu bersifat kebahasaan dan non-kebahasaan.
ADVERTISEMENT
Mengutip perkataan Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati Somantri, 1996:74) mengatakan bahwa: “Seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).” Situs Universitas Sanata Darma mengungkapkan bahwa, “Secara penulisan, kata Tuli dengan huruf kapital T menurut komunitas Tuli dipandang lebih sopan dan ternyata mereka lebih nyaman dipanggil dengan sapaan kata Tuli ketimbang dengan sapaan tunarungu. Karena kata Tuli dengan huruf kapital T dan sapaan Tuli menunjukkan bahwa jati diri orang Tuli sebagai sebuah kelompok masyarakat yang mempunyai identitas, memiliki bahasa, dan budayanya tersendiri,” jelas situs tersebut.
Jadi, setelah membaca pemaparan di atas, apa kalian masih akan memanggil tunarungu ketimbang Tuli ke teman-teman yang tidak bisa mendengar? Jangan lagi, ya. Karena kamu sekarang sudah tahu, yuk, jangan jadikan eufemisme masyarakat Indonesia menganggap tunarungu lebih halus dibadingkan tuli.
ADVERTISEMENT
Mulai sekarang belajar memanggil mereka dengan sebutan tuli ya, bukan tunarungu.
REFERENSI
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia [Daring]. Diakses 16 Desember 2020 pukul 9.13 WIB
Putri, Amelia. Februari 2020. Sebutan “Tuli” atau “Tunarungu”, Mana yanga Lebih Disarankan.? Retrieved dari Orami.co.id
Subuki, Makyun. 2011. Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta: Transpustaka.