Cara Diplomat Menawar Durian (Bagian 2)

Rina Komaria S
Menulis untuk berbagi
Konten dari Pengguna
25 Maret 2021 0:59 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rina Komaria S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam tulisan bagian pertama, saya telah menjelaskan tentang langkah-langkah menyusun argumen yang baik. Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari teknik berdebat yang dapat membantu kita memperoleh harga yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Terdapat 5 teknik berdebat yang bisa kita praktikkan dalam dunia tawar-menawar. Kelima teknik ini adalah Refutation; Countering; Comparing; Questioning the tone dan Ad Hominem.
Untuk mempermudah kita memahaminya, yuk kita ikuti perjuangan fiktif Bu Eva dalam menawar buah durian medan yang diidam-idamkannya.
Ilustrasi buah durian, Image by truthseeker08 from Pixabay
1. Refutation (sanggahan)
Refutation merupakan kasta tertinggi dari teknik debat. Untuk bisa menyanggah dengan cantik, kita membutuhkan pengetahuan yang mumpuni tentang apa yang kita yakini sebagai kebenaran, agar bisa menunjukkan kesalahan argumen lawan bicara kita.
Dalam skenario tawar-menawar buah durian, teknik sanggahan dapat dilakukan dengan mempelajari terlebih dahulu ciri durian yang berkualitas, harga pasaran buah durian saat itu, asal kebun dan cara panen buah durian.
Bu Eva: "Bang, berapa ini satunya?"
ADVERTISEMENT
Bang Dahlan: "Dua ratus ribu, Bu!"
Bu Eva: "Macam mana harganya sampai segitu? Mahal sekali?"
Bang Dahlan: "Ini durian Medan Bu."
Bu Eva: "Ah, durian Medan kok warnanya pucat, Bang? Durian Medan yang saya tahu buahnya kuning dagingnya tebal, tidak putih begini. Lagipula kalau durian dibawa jauh-jauh dari Medan, pasti sudah rusak sampai sini. Dari ciri-cirinya ini durian lokal sini aja ya?
2. Countering (adu data)
Ketika si abang tukang durian bisa menyebutkan data yang mendukung argumennya bahwa itu adalah durian medan, maka tibalah saatnya kita menunjukkan data lain yang dapat mementahkan argumen tersebut. Teknik ini disebut sebagai Countering. Data yang disampaikan sepatutnya merupakan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
ADVERTISEMENT
Bang Dahlan: "Astaghfirullah, Buuu, ini betul durian medan, kami kan bisa angkut dari Medan pakai truk, dari sana duriannya belum terlalu matang, sampai sini sudah cukup matang. Bisa langsung Ibu nikmati.."
Bu Eva: "Kemarin kakak saya bawa durian dari Magelang, kondisi waktu beli juga belum matang, Bang. Berharap sampai sini matang, eh ternyata malah rusak semua! Ternyata, saya baca di Jurnal Petani Raya kalau durian tidak boleh ada di tempat tertutup lebih dari 2 jam. Apalagi kondisi ditumpuk-tumpuk. Terbukti kan, saya bawa durian dari Magelang saja yang relatif dekat bisa rusak, apalagi dari Medan! Besar sekali nih resikonya saya beli durian dari Abang."
3. Comparing (membandingkan)
Sampai sini, bisa jadi penjual sudah mulai naik darah dan hampir mengusir kita. Jangan menyerah! Saat itulah upaya kita harus langsung berlanjut pada teknik ketiga, yaitu Comparing.
ADVERTISEMENT
Sebelum kita diblack-list oleh penjual durian, kita dapat membandingkan kondisi durian yang dia tawarkan dengan kondisi di tempat lain. Hal ini bertujuan untuk menciptakan standar ganda yang membuat dia mempertanyakan keyakinannya sendiri. Mari kita simak bagaimana Bu Eva melanjutkan negosiasinya dengan Bang Dahlan.
Bu Eva: "Itu toko Pak Somad depan warung pecel lele katanya jual durian Medan juga, Bang. Sudah saya coba rasanya memang mantap. Harganya satu buah 170 ribu dia tawarkan. Makanya saya ragu waktu abang bilang ini durian Medan, karena Pak Somad jual lebih murah, kualitas mentega. Tapi karena saya sudah langganan sama Bang Dahlan, saya maunya beli di sini."
4. Questioning the tone (menyinggung nada bicara)
Sama seperti seorang prajurit yang terpojok, tidak ada lagi yang bisa kita lakukan di titik ini selain tegar dan bertahan. Disinilah kekuatan hati kita diuji. Akankah kita melanjutkan perdebatan tak berujung atau mulai mengambil sikap merendahkan diri untuk mengambil simpati penjual.
ADVERTISEMENT
Cermati cara Bu Eva mengambil hati Bang Dahlan dengan menyinggung nada bicaranya.
Bang Dahlan: "Ya sudah, Bu, saya jual segitu, terserah ibu mau atau tidak! Kalo enggak mau beli saja dari Pak Somad!" (ketus dengan muka masam bak buah lemon)
Bu Eva: "Yaah, Abang. Jangan marah-marah dong, saya kan cuman nawar sekalian ngobrol. Namanya juga usaha. Kenapa nadanya sinis amat sih? Ntar nggak ada yang mau lagi lo belanja di sini kalo judes begitu."
5. Ad Hominem (penyerangan motif dan karakter)
Teknik debat Ad Hominem tidak baik jika diterapkan mentah-mentah dalam praktik tawar menawar. Pada dasarnya teknik ini menyerang karakter, motif, atau atribut-atribut lainnya yang tidak berkaitan langsung dengan isi dan substansi perdebatan dan sangat berpotensi konflik.
ADVERTISEMENT
Yang masih boleh kita lakukan adalah memanfaatkan ego untuk meyakinkan lawan bicara.
Mari kita simak kelanjutan manuver Bu Eva dalam perjuangannya memperoleh harga durian Medan termurah.
Bu Eva:"Ya udah, kurangin lah Bang harganya. Abang kan jualan bukan cuman untuk cari untung, tapi buat dapat langganan juga, buat ibadah juga cari nafkah buat anak istri."
Bang Dahlan:"Ya deh, ya deh! Saya kasih 170 ribu ya satu buah."
Bu Eva: "Kasih 160 ribu deh Bang, kalau harga abang terjangkau dan duriannya memang enak khas durian Medan, saya bantu promosiin. Pasti banyak nanti yang kemari."
Bang Dahlan: "Bisa aja Bu Eva, ya sudah, 165! Mau berapa biji?"
Dengan menerapkan 5 teknik berdebat, Bu Eva pun pulang dengan ceria sambil membawa dua buah durian Medan kualitas super seharga satu durian yang dijual di supermarket.
ADVERTISEMENT
Keseluruhan teknik ini dapat diterapkan bersamaan atau salah satu saja, dengan urutan yang bebas. Yang jelas, dalam dunia tawar-menawar kita harus memahami terlebih dahulu siapa lawan kita, dan tetap mengutamakan konsensus demi kebaikan bersama, ya!
Nah, jika musim durian sudah di depan mata, cara menawar durian ala diplomat ini boleh dipraktikkan.
Selamat mencoba!
*Lima teknik debat ini disampaikan oleh Dr. iur. Damos Dumoli Agusman, SH, MA, (Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional, Kementerian Luar Negeri) pada Sesi Diklat Sesdilu "Debating Strategies: Building Strong Arguments and Rebuttals"