Haerul, 39 Tahun Menjadi Sopir Bemo

11 Juni 2017 13:28 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bemo di kawasan Benhil (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bemo di kawasan Benhil (Foto: Aria Pradana/kumparan)
ADVERTISEMENT
Di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, masih banyak dijumpai bemo yang melayani penumpang. Tak lama lagi semua bemo akan berhenti operasi.
ADVERTISEMENT
Minggu (11/6) siang, kumparan (kumparan.com) berbincang dengan Haerul (59), yang sudah 39 tahun malang melintang menjadi sopir bemo.
Sepengetahuan Haerul, bemo merupakan hadiah dari pemerintah Jepang sebagai hadiah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1962. Jepang memberikan cenderamata itu sebanyak 3 kali.
Bemo di kawasan Benhil (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bemo di kawasan Benhil (Foto: Aria Pradana/kumparan)
"Jepang memberikan cenderamata kepada Indonesia. Bentuk cenderamatanya adalah berupa bemo dan itu tersebar di Indonesia," kata Haerul (59), sambil mengemudikan bemo di wilayah Benhil.
Sedangkan mengutip Wikipedia, bemo produksi Daihatsu diimpor dari Jepang ke Indonesia pada awal 1962, dalam kaitannya dengan pesta olahraga Ganefo.
Puluhan tahun mengemudikan bemo, Haerul mengatakan bahwa masa jaya bemo terjadi pada era 80-an hingga awal 90-an.
ADVERTISEMENT
Bemo di kawasan Benhil (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bemo di kawasan Benhil (Foto: Aria Pradana/kumparan)
"Seperti taksi dan bajaj sekarang bisa ke mana pun dan tanpa ada trayek. Tahun 1984 hingga 1990 puncak kejayaan bemo, itu kita bisa hidup sejahtera waktu itu," kata Haerul mengenang masa lalu.
Baru-baru ini Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah mengeluarkan surat edaran penghentian operasi bemo, sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Kadishub Nomor 84/SE/2017 tanggal 5 Juni 2017. Haerul pun telah mengetahui informasi tersebut.
"Saya mengikuti proses dari gubernur DKI Jakarta, baik Djarot hingga Anies," imbuhnya.