Konten dari Pengguna

Perempuan Jadi Pemimpin, Siapa Takut?

rismaya dwi saputri
mahasiswa universitas pamulang
16 Oktober 2022 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari rismaya dwi saputri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-mengenakan-jas-kerah-selendang-biru-1036622/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-mengenakan-jas-kerah-selendang-biru-1036622/
ADVERTISEMENT
Seorang pemimpin digambarkan sebagai seseorang yang dapat menciptakan sesuatu suasana kondusif, suasana terhormat, percaya diri, keterbukaan, penghargaan terhadap harkat dan martabat, serta bagi pengambil keputusan dan bawahan. Seorang pemimpin yang baik harus datang dengan ide-ide dan meminta komentar dan kontribusi dari bawahan. Siapapun dengan kualitas di atas bisa menjadi pemimpin, laki-laki atau perempuan. Perempuan juga berhak menduduki posisi kepemimpinan, terutama di masyarakat. Oleh karena itu, stereotip bahwa laki-laki berada pada posisi yang lebih tinggi dari perempuan dan memberikan hak kepada laki-laki untuk mengawasi, mengatur dan mengambil keputusan bagi perempuan adalah suatu pemikiran yang salah dan perlu diubah. Untuk waktu yang lama, peran gender perempuan dikonstruksi hanya sebagai ibu rumah tangga, sehingga banyak yang percaya bahwa perempuan pada akhirnya tidak membutuhkan pendidikan tinggi karena mereka hanya menjaga keluarga dan membersihkan rumah. Apalagi prasangka peran gender membangun stereotip seperti perempuan lemah, emosional, dan tidak terampil, sehingga mempertanyakan kemampuan perempuan untuk mengakses dunia kerja, terutama di sektor formal. Stereotipe perempuan pada akhirnya menjadi kendala lain bagi perempuan untuk mengejar karir. Hal ini terkait dengan masih adanya norma sosial yang masih mendiskriminasikan perempuan. Perbedaan gender bukanlah alasan. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kesadaran bahwa calon pemimpin perlu diberdayakan dan perbedaan gender tidak boleh menjadi penghalang. Abad ini adalah abad perempuan, fakta dunia atau di Indonesia. Semakin banyak wanita yang menginginkan karir ganda di rumah dan di kantor. Bukan hal yang aneh bagi mereka untuk menemukan kesuksesan di kedua tempat tersebut. Faktanya, saat ini semakin banyak wanita yang mencapai posisi teratas dan sukses di sektor publik. Seiring berjalannya waktu, persentase angkatan kerja perempuan yang menduduki posisi manajemen puncak di beberapa perusahaan Indonesia mulai meningkat secara bertahap.Eksistensi stereotip tentang perempuan menjadi salah satu penghambatnya, seperti persepsi bahwa perempuan tidak mampu melakukan tugas-tugas penting. Pola pikir pemimpin perempuan juga merupakan potensi yang memungkinkan perempuan menjadi pemimpin. Perempuan dapat bekerja sama secara kompetitif dan melakukan tugas-tugas administrasi secara optimal. Inilah kekuatan yang ada pada perempuan sebagai pemimpin sektor publik.
ADVERTISEMENT
Mengingat perempuan Indonesia harus bekerja keras untuk ini, maka laki-laki harus bersaing untuk posisi pemimpin, tetapi bagaimana wanita bisa memenangkannya? Anda dapat mengejarnya ketika Anda ingin menunjukkannya.
Perempuan harus bekerja keras jika ingin menjadi pemimpin di Indonesia harus tampil dua kali lipat dari laki-laki. Hal ini diperlukan agar perempuan mendapatkan perhatian publik untuk memilih perempuan. Upaya yang wajar diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan dan kualitas diri seorang perempuan. Meningkatkan citra pemimpin perempuan sangat penting. Salah satu sarana untuk mengawali langkah ini adalah dengan meningkatkan kecerdasan dan kualitas diri perempuan. Kecerdasan yang tinggi dan luar biasa merupakan prasyarat mutlak bagi perempuan untuk dipilih dan menduduki jabatan kepemimpinan. Seorang pemimpin seperti guru bagi bawahannya. Artinya, Perempuan saat ini yang ingin menduduki posisi kepemimpinan di sektor publik harus selalu siap belajar. Pemimpin yang cerdas juga berdampak positif bagi perkembangan organisasi. Bagaimana wanita dapat mengimbangi dan bekerja bersama pria dalam hal tingkat pendidikan? Apakah wawasan perempuan tentang pengetahuan relatif rendah? Bagaimana jika seorang perempuan dapat memegang posisi kepemimpinan tidak cukup berpendidikan? Peningkatan kualitas perempuan Indonesia, seperti partisipasi aktif dalam seminar dan konferensi, kemauan untuk melakukan penelitian dan penelitian baik secara individu maupun kolektif, gemar membaca, futuristik, kritis, belajar melihat seperlunya. Selalu bersedia berbagi ilmu, jujur ​​pada diri sendiri, bersedia mengambil inisiatif kreatif dan inovatif, berusaha meningkatkan keterampilan dan kemampuan, bertanggung jawab atas kesalahan dan kegagalan, melindungi orang lain, Melindungi hak untuk tidak menyakiti harga diri. Perempuan saat ini benar-benar berbeda karena ia mampu menjadi makhluk yang berkualitas dengan tetap menjaga martabat dan fitrahnya sebagai wanita sejati. Sebagai perempuan zaman modern, mari kita kembangkan sikap untuk belajar mengenali diri sendiri dan memahami apa yang kita tuju, berdasarkan kemampuan dan kemungkinan kita, tanpa ragu atau takut mengambil risiko.
ADVERTISEMENT