Fenomena Blue Fire di Kawah Ijen, Bagaimana Bisa Terjadi?

Rita Kartika
Live between nature, creature, and architecture.
Konten dari Pengguna
27 Juli 2017 2:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rita Kartika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di sepertiga malam terakhir saat mayoritas orang sedang terlelap dalam tidurnya, aktivitas di Gunung Ijen justru memuncak. Gunung setinggi 2.443 mdpl yang terletak di perbatasan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi itu ramai didaki oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena terkenal akan fenomena alamnya.
ADVERTISEMENT
Blue fire. Itulah target perburuan utama para pendaki sampai-sampai mereka rela mendaki selama 2-3 jam dengan medan tanah berpasir dan sesekali bebatuan, dengan gradien kemiringan 40 derajat. Belum lagi ditemani dinginnya udara tengah malam pegunungan yang menusuk hingga ke tulang.
Letupan api berwana biru yang muncul dari Kawah Ijen inilah yang ditunggu-tunggu. Waktu terbaik untuk melihatnya memang dinihari antara pukul 02.00 hingga 04.00.
Blue fire di Gunung Ijen. (Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi)
Fenomena blue fire menjadi spesial dan diburu banyak orang karena hanya terjadi di dua gunung berapi aktif di dunia, di Islandia dan di Indonesia, tepatnya di Kawah Ijen.
Lantas mengapa Kawah Ijen bisa menyemburkan api berwarna biru?
Merupakan suatu kebetulan yang terjadi secara kontinyu, Kawah Ijen dengan kandungan belerang yang begitu besar bertemu dengan panas bumi bertekanan tinggi sehingga terjadilah reaksi oksidasi. Reaksi pembakaran belerang inilah yang menghasilkan panas dan cahaya, yang diterima sebagai warna biru oleh reseptor mata kita.
ADVERTISEMENT
Susah payah pendakian berselimutkan hawa dingin pun terbayarkan sudah oleh tarian oksidasi sulfur yang menyala-nyala.