Kesehatan Mental di Era Digital

Rita Nurlita
Pranata Humas Diskominfo Kota Depok, Founder Keluarga Digital Indonesia & KISA/Kisa Muda, Iprahumas Indonesia
Konten dari Pengguna
14 Oktober 2020 5:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rita Nurlita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mental Health Awareness/ Freepic
zoom-in-whitePerbesar
Mental Health Awareness/ Freepic
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 telah memunculkan fenomena yang sangat tak terduga. Berbagai kebijakan untuk mencegah penyebaran COVID-19 seperti belajar dari rumah (BDR), beribadah dari rumah dan bekerja dari rumah atau Work from Home (WFH) telah mempercepat transformasi digital di berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
Saat ini, hampir semua orang secara intensif bersosialiasi dan berkomunikasi secara virtual di dunia maya. Per April 2020, beberapa penyedia jasa internet di Indonesia mencatat adanya lonjakan lalu lintas (traffic) data dan pengguna baru antara 13-20 persen sejak diberlakukannya BDR dan WFH sebagai imbas dari pandemi COVID-19 ini. Namun, ibarat dua sisi mata pedang, tingkat adopsi yang tinggi terhadap teknologi tidak selalu membawa manfaat, kemudahan dan dampak positif dalam kehidupan.
Pemanfaatan teknologi secara berlebihan, tidak bijak dan tidak bertanggung jawab juga bisa membawa dampak negatif mulai dari kecanduan, penipuan berkedok online, pornografi, cyber-bullying, hingga bisa menyebabkan terganggunya kesehatan mental bagi para penggunanya. Beberapa gangguan kesehatan mental yang umumnya terjadi ad berupa gejala-gejala emosional maupun fisik yang berkaitan dengan stres seperti depresi dan gangguan kecemasan.
ADVERTISEMENT
Gangguan dan Kesehatan Mental
Isu kesehatan mental sebenarnya telah ada sejak lama. Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day sendiri telah diperingati sejak 10 Oktober 1992. Kini seiring dengan semakin massifnya penggunaan media digital berbasis internet, isu ini jadi semakin akrab diperbincangkan. Apalagi berdasarkan penelitian American Psychological Association (APA) yang dikutip Haryadi (2019) disebutkan bahwa 91 persen anak muda berusia 15-21 tahun merupakan kelompok dengan kondisi kesehatan mental terburuk dibandingkan dengan generasi-generasi lainnya, sehingga kini banyak anak muda yang turut serta menyuarakan isu ini melalui linimasa yang mereka miliki sebagai sebuah bentuk kepedulian bersama.
Menurut Psikolog Klinis, Naftalia Kusumawardhani, kesehatan mental merupakan sebuah kondisi ketika individu merasakan ketenangan batin, tentram dan nyaman sehingga memungkinkan individu tersebut menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang di sekitarnya. Mereka dapat menggunakan potensi diri secara maksimal untuk menjaga ketenangan batinnya dalam menghadapi tantangan kehidupan.
ADVERTISEMENT
Travis Bradberry, Psikoterapis ahli di bidang kekuatan mental dan Co-Writer Buku Emotional Intelligence 2.0, berpendapat bahwa mental yang sehat dan kuat bisa dilihat dari beberapa ciri seperti memiliki kecerdasan emosi dan kepercayaan diri yang tinggi, berani berkata “Tidak” dan meyakini bahwa dirinya tidak perlu menyenangkan semua orang. Mereka juga tidak cepat marah dan berani mengambil risiko.
Ciri lainnya dari orang yang bermental sehat adalah tidak terjebak di masa lalu, berani berubah, tidak takut gagal, tidak mudah menyerah, bisa belajar dari pengalaman, tidak iri dengan kesuksesan orang lain, mau berproses dan tidak mengharapkan hasil yang instan, cukup tidur, rajin berolah raga dan tidak takut dengan kesendirian.
Pada kondisi tertentu, mental yang seharusnya sehat dan kuat ini bisa mengalami gangguan yang disebabkan oleh berbagai hal seperti cedera, mengalami kekerasan, pengaruh zat racun dan obat-obatan yang dapat merusak otak, mengalami diskriminasi dan stigma, kehilangan pekerjaan, stres berat yang dialami dalam waktu lama, terisolasi secara sosial atau merasa kesepian, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung lebih dari tujuh bulan menjadi salah satu fase yang sangat rawan bagi seseorang untuk mengalami gangguan kesehatan mental. Banyaknya perubahan dalam berbagai tatanan kehidupan bila disertai dengan intensitas penggunaan internet yang tinggi dan tidak bijak, bukan tidak mungkin bisa memperburuk gangguang mental yang sudah dimiliki oleh seseorang.
Gangguan tersebut umumnya berupa perasaan mengalami disorientasi antara dunia maya dan dunia nyata, terobsesi pada penilaian orang lain dan selalu ingin menjadi pusat perhatian (megalomania), cemas berlebihan bila terpisah dari gadget (nomophobia), anti sosial, merasa takut ketinggalan atau FOMO (Fear of Missing Out), memiliki konsep yang buruk terhadap diri sendiri, membandingkan dengan orang lain, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Sehat Mental dengan Media Digital
Memiliki gangguan kesehatan secara mental tentunya bukan hal yang menyenangkan. Hadirnya perasaan tidak tenang, sesak dan galau, secara perlahan akan membuat hidup jadi terasa hampa dan tidak normal. Padahal, di masa pandemic COVID-19 seperti ini, diperlukan batin yang tenang, pikiran yang positif dan mental yang sehat untuk membantu meningkatkan imunitas tubuh supaya bisa bertahan dan terhindar dari penularan COVID-19.
Di masa pandemi ini, ada beberapa cara yang bisa dipraktikkan supaya bisa tetap memiliki mental yang sehat, bahagia dan produktif meskipun tetap menggunakan internet dan media digital lainnya.
Pertama, memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, kenali dan tingkatkan kesadaran diri sehingga bila terjadi gangguan mental bisa segera bersikap pro-aktif untuk memperbaikinya. Ketiga, bersikap ikhlas, optimis dan berpikiran positif. Pandemi ini merupakan ujian bersama, tidak ada seorangpun yang menginginkannya. Cobalah untuk belajar menerimanya meskipun mungkin tidak nyaman dan sulit beradaptasi dengan perubahan yang drastis ini.
ADVERTISEMENT
Terakhir namun penting, Keempat, batasi diri dan bijak dalam menggunakan internet dan media sosial. Pilih informasi hanya dari sumber yang telah terverifikasi, hindari menonton tayangan atau membaca informasi yang provokatif dan mengandung hoax, manfaatkan waktu untuk mengikuti kegiatan virtual yang bermanfaat untuk pengembangan diri dan orang lain. Tetaplah optimis, fokus dan menjaga kesehatan mental supaya bisa menjadi bagian dari solusi untuk bangsa ini. Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia!