Konten dari Pengguna

Feature: Di Balik Gerbang Ihyaaussunnah, Tumbuhnya Harapan yang Berakhlak Mulia

Rivan Efendi
Rivan Efendi ialah Penulis dan Jurnalis Muda asal Aceh. Ia memiliki ketertarikan khusus pada kajian self-improvement, sejarah, dan politik. Ia juga rutin mengirimkan tulisannya di beberapa media seperti Kumparan, IBTimes, Indozone.
10 Desember 2024 12:21 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rivan Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Di Balik Tembok Pondok Pesantren : Menggali Potensi Diri di Ihyaaussunnah. | (Dock. Ihyaaussunnah)
zoom-in-whitePerbesar
Di Balik Tembok Pondok Pesantren : Menggali Potensi Diri di Ihyaaussunnah. | (Dock. Ihyaaussunnah)
ADVERTISEMENT
Disalah satu sudut kota Lhokseumawe, mentari pagi perlahan menyinari sebuah kompleks yang terlihat sederhana. Dari balik gerbangnya, suara lantunan ayat suci Al-Qur’an bergema, menyatu dengan aroma tanah basah yang baru dibasahi embun. Suasana yang damai dan khusyuk itu cukup menenangkan, seakan ingin menyapa setiap tamu yang berkunjung ke sana. Namun, siapa sangka, di balik keheningan itu tersimpan mimpi besar dan perjuangan panjang untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia dan berwawasan global.
ADVERTISEMENT
Awal Sebuah Perjalanan
Dayah Modern Ihyaaussunnah lembaga pendidikan Islam yang sudah berusia 25 tahun itu telah memainkan perannya di tengah kondisi Aceh yang penuh dinamika. Muhammadiyah, sebagai motor penggeraknya, menyadari bahwa generasi muda harus dipersiapkan dengan bekal ilmu dan akhlak untuk menghadapi tantangan zaman. Bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk masyarakat yang membutuhkan pencerahan dan pemimpin masa depan.
Berawal dari kesadaran itu, lahirlah Dayah Modern Ihyaaussunnah dari rahim Muhammadiyah, yang sedah bergerak lebih dari dua dekade dan masih akan terus bertumbuh.
Tanah tempat dilahirkannya berasal dari wakaf masyarakat yang begitu percaya pada misi mulia Ihyaaussunnah. Di atas lahan seluas lebih dari 5.162 meter persegi itu, perlahan-lahan berdirilah ruang kelas, asrama, masjid, dan fasilitas lainnya. Dengan segala keterbatasan, ia memulai perjalanannya, membangun batu pertama harapan.
Dock. Ihyaaussunnah
Menjadi Rumah bagi Mereka yang Mencari Cahaya
ADVERTISEMENT
Ihyaaussunnah, ia dihadirkan tidak hanya untuk sekadar institusi pendidikan. Bagi 273 santri yang berasal dari berbagai penjuru Aceh, Ihyaaussunnah menjadi rumah bagi mereka. Mereka datang dengan berbagai latar belakang: anak yatim, anak fakir miskin, korban bencana atau mereka yang berasal dari keluarga mampu, semua melebur menjadi satu dalam kultur kekeluargaan.
Di asrama sederhana, santri belajar berbagi ruang, makanan, dan bahkan saling bertukar mimpi menjadi salah satu rutinitas membosankan, namun setiap hari ingin di ulang. Banyak di antara mereka yang awalnya datang dengan rasa cemas, jauh dari keluarga, mencoba beradaptasi dengan kehidupan yang serba teratur. Namun, lambat laun, mereka menemukan kenyamanan. Di sini, mereka bukan sekadar murid, tetapi keluarga besar yang saling menguatkan.
ADVERTISEMENT
“Awalnya saya merasa takut tinggal jauh dari orang tua,” ujar Nurul, seorang santri tingkat Aliyah. “Tapi di sini saya menemukan keluarga baru. Kami belajar, berbagi cerita, dan saling mendukung.”
Dock. Ihyaaussunnah
Pendidikan yang Merangkul Semua Aspek
Jika Anda mengira pendidikan di Ihyaaussunnah hanya berpusat pada ilmu agama, maka Anda keliru. Kurikulum dayah ini dirancang untuk mencetak individu yang seimbang antara spiritualitas dan intelektualitas. Dengan perbandingan 60% ilmu agama dan 40% ilmu umum, para santri diajarkan untuk memahami Islam secara mendalam sekaligus memiliki keterampilan yang relevan dengan dunia modern.
Mereka mempelajari kitab kuning seperti Nahwu dan Sharaf di pagi hari, tetapi sore harinya mereka belajar fisika, matematika, atau bahkan teknologi komputer. Di sela-sela itu, santri juga didorong untuk menguasai bahasa Arab dan Inggris, sebuah langkah strategis untuk membuka peluang di dunia global.
ADVERTISEMENT
Namun, bukan hanya pelajaran yang membentuk mereka. Setiap malam, usai shalat Isya, para santri duduk melingkar di masjid untuk mendengarkan tausiyah. Suara lembut ustaz yang memberikan nasihat seakan menjadi pelengkap hari mereka, menenangkan hati yang lelah setelah belajar seharian.
Dock. Ihyaaussunnah
Menumbuhkan Akhlak Melalui Etika
Di Ihyaaussunnah, pendidikan tidak hanya soal kurikulum. Etika adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Para santri diajarkan nilai-nilai seperti siddiq (jujur), amanah (bertanggung jawab), dan tabligh (menyampaikan kebenaran). Nilai-nilai ini bukan sekadar teori, tetapi diterapkan dalam setiap aspek kehidupan mereka—dalam belajar, bekerja, dan berinteraksi satu sama lain.
“Di sini kami diajarkan untuk menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bukan hanya untuk diri sendiri,” ungkap Aziz, salah satu santri yang bercita-cita menjadi penggerak umat. “Setiap tindakan kami selalu diarahkan untuk kebaikan.”
ADVERTISEMENT
Kisah Guru yang Menginspirasi
Di balik keberhasilan para santri, ada sosok-sosok guru yang begitu berdedikasi. Mereka datang dari berbagai latar belakang, mulai dari lulusan universitas dalam negeri hingga Timur Tengah. Dengan penuh kasih sayang, mereka tidak hanya mengajar tetapi juga menjadi teladan bagi para santri.
“Kami melihat anak-anak ini sebagai harapan masa depan. Setiap hari kami berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka,” kata Dedi Sukma, salah satu guru senior di Ihyaaussunnah. “Meskipun tantangannya tidak mudah, melihat mereka tumbuh menjadi individu yang lebih baik adalah kebahagiaan terbesar bagi kami.”
Membuka Gerbang ke Dunia Internasional
Dayah Modern Ihyaaussunnah tidak hanya berfokus pada pendidikan di dalam negeri. Sejak awal berdirinya, dayah ini telah mengirimkan alumni ke berbagai negara seperti Mesir, Sudan, dan Yaman. Program ini dirancang untuk memberikan wawasan global kepada para santri, sekaligus memperkuat kapasitas mereka sebagai duta Islam.
ADVERTISEMENT
“Bisa belajar di luar negeri adalah mimpi saya sejak kecil,” ujar Rayhan, salah satu alumni Ihyaaussunnah yang kini melanjutkan studi di Yaman. “Ihyaaussunnah memberikan saya pondasi yang kokoh untuk melangkah lebih jauh.”
Harmoni antara Modernitas dan Tradisi
Apa yang membuat Ihyaaussunnah begitu istimewa adalah kemampuannya menjaga tradisi Islam sekaligus merangkul modernitas. Di tengah arus globalisasi, dayah ini menjadi oase yang menawarkan keseimbangan. Para santri diajarkan untuk tidak takut menghadapi dunia luar, tetapi tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.
“Di sini kami belajar bahwa modernitas bukan ancaman, tetapi peluang. Yang penting adalah bagaimana kita menjaga prinsip dan jati diri sebagai Muslim,” ujar, Muhammad Azzam, seorang santri tingkat Tsanawiyah.
Menyemai Harapan
Kini, setelah lebih dari dua dekade berdiri, Dayah Modern Ihyaaussunnah telah menjadi simbol harapan bagi pendidikan Islam di Aceh. Dengan segala keunggulan yang dimilikinya, dayah ini terus melahirkan generasi-generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berakhlak mulia.
ADVERTISEMENT
Melihat santri-santri yang khusyuk belajar, para guru yang penuh dedikasi, dan dukungan masyarakat yang tak pernah surut, terasa jelas bahwa Ihyaaussunnah adalah lebih dari sekadar lembaga pendidikan. Ia adalah tempat di mana harapan tumbuh, tempat di mana akhlak dibentuk, dan tempat di mana masa depan dirancang.
Di balik gerbang Ihyaaussunnah, ada kisah tentang mimpi, perjuangan, dan keajaiban pendidikan yang menyentuh hati. Bagi siapa pun yang pernah melangkah ke dalamnya, dayah ini bukan hanya sebuah tempat, tetapi cahaya yang terus menyinari jalan mereka menuju masa depan yang lebih baik.

Menempa Generasi Unggul di Ihyaaussunnah: Perpaduan Iman dan Ilmu