Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Hari Pendidikan: Mengenang Perjuangan Ki Hajar Dewantara Demi Pendidikan
2 Mei 2024 14:36 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Rivan Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah pendidikan Indonesia, sudah sejak zaman kolonial hingga era modern telah mengalami banyak transformasi. Pada masa kolonial, pendidikan dirancang hanya untuk kepentingan kolonialis dan kapitalis, membatasi pendidikan bagi anak-anak pribumi hanya pada kemampuan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung untuk mendukung kepentingan kolonial. Ki Hajar Dewantara, yang tumbuh dalam keluarga bangsawan Jawa dan memiliki akses luas terhadap ilmu pengetahuan serta budaya Jawa, memperlihatkan ketertarikannya yang mendalam terhadap pendidikan sejak dini, meskipun ia berasal dari kalangan yang terikat tradisi.
Perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan dimulai ketika ia memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan menuntut ilmu di Belanda, tempat ia menempuh pendidikan di sekolah guru dan Universitas Leiden. Di Belanda, ia tidak hanya mendalami ilmu pengetahuan Barat tetapi juga mengembangkan kecintaannya pada budaya Indonesia. Kegiatan dalam berbagai organisasi mahasiswa Indonesia membentuknya sebagai pemimpin yang visioner dan peduli akan masa depan bangsanya.
ADVERTISEMENT
Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara membawa misi untuk merombak sistem pendidikan yang ada. Pada tahun 1922, ia mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta, yang merupakan lembaga pendidikan yang menawarkan akses lebih luas kepada semua lapisan masyarakat, termasuk golongan bawah. Taman Siswa bukan hanya sebuah sekolah, tetapi juga simbol perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam mengadvokasi pendidikan yang inklusif dan merata, mengangkat martabat dan hak pendidikan bagi semua anak tanpa memandang status sosial atau ekonomi.
Filosofi Pendidikan bagi Ki Hajar Dewantara sangat berorientasi pada pengenalan dan penghormatan terhadap keunikan yang dimiliki oleh setiap anak. Menurutnya, pendidikan bukan hanya proses pengajaran tetapi juga proses tuntunan yang memungkinkan setiap anak mencapai kebahagiaan dan keselamatan sebagai individu serta anggota masyarakat yang bermanfaat. Prinsip-prinsipnya menekankan pada kebebasan anak untuk mengembangkan potensi diri dan pendidikan yang berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan.
ADVERTISEMENT
Meski Ki Hajar Dewantara dianggap sebagai figur sentral dalam sejarah pendidikan Indonesia, ironisnya banyak dari prinsip-prinsip pendidikannya yang masih belum sepenuhnya diimplementasikan dalam sistem pendidikan modern Indonesia. Masih banyak sekolah yang menganggap semua anak sama dan mengabaikan keistimewaan individu, yang bertentangan dengan filosofi pendidikan yang diusung oleh bapak Pendidikan Indonesia itu. Pendidikan yang bersifat uniform dan rigid yang diteraokan saat ini seolah mengkhianati cita-cita dan ajaran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang inklusif dan berorientasi pada kebutuhan serta potensi setiap siswa.
Sebagai respons terhadap realitas ini, perlu adanya upaya nyata dari para pendidik, orang tua, dan masyarakat untuk mengingat dan menerapkan prinsip-prinsip Ki Hajar dalam setiap aspek pendidikan. Langkah-langkah praktis yang dapat diambil meliputi: menghargai keunikan setiap anak sebagai individu yang istimewa, mengamati dan memahami karakteristik anak secara mendalam, memberikan kebebasan bagi anak untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi mereka, serta menanamkan kesadaran bahwa Pendidikan adalah untuk membentuk mereka menjadi individu yang mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat. Juga, menekankan pentingnya pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan sangat krusial.
ADVERTISEMENT
Implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara memerlukan transformasi mendalam dalam sistem pendidikan yang ada saat ini. Harus ada kesadaran bahwa pendidikan bukan hanya transfer pengetahuan tetapi juga pembentukan karakter dan kecakapan hidup. Ini menuntut pendidikan yang lebih fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan serta aspirasi individu, melawan pendekatan one-size-fits-all yang masih dominan di banyak institusi pendidikan.
Namun, perubahan ini tidak dapat terjadi secara instan. Diperlukan kesadaran kolektif dan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam pendidikan. Pendidik perlu dilatih tidak hanya dalam aspek akademis tetapi juga dalam pendekatan pedagogis yang menghargai dan mengakomodasi keragaman di antara siswa. Pendidikan guru dan pengembangan profesional berkelanjutan harus mencakup modul-modul yang fokus pada pendidikan berbasis anak, yang mengutamakan kesejahteraan dan potensi mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kebijakan pendidikan harus mendukung inisiatif dan inovasi yang mempromosikan pendekatan yang lebih inklusif dan berorientasi pada anak. Ini bisa meliputi dukungan untuk sekolah-sekolah yang ingin menerapkan kurikulum yang adaptif dan metode pembelajaran yang inovatif, serta alokasi sumber daya yang memadai untuk memastikan semua anak, terlepas dari latar belakang ekonomi mereka, memiliki akses ke pendidikan berkualitas.
Komunitas juga memegang peran penting dalam mendukung visi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Orang tua dan warga masyarakat bisa terlibat langsung dalam aktivitas sekolah dan mendukung pembelajaran yang berlangsung di luar lingkungan kelas. Ini termasuk menggalakkan program-program pendidikan nonformal yang menawarkan pembelajaran melalui kegiatan seni, olahraga, dan kebudayaan, yang semuanya merupakan aspek penting dalam pengembangan holistik anak.
ADVERTISEMENT
Dalam memperingati dan merenungkan kembali ajaran Ki Hajar Dewantara, kita diingatkan bahwa perjuangannya bukan hanya dalam konteks historis tetapi juga sangat relevan dengan tantangan masa kini dalam pendidikan. Sebagai bangsa, kita perlu merenungkan kembali bagaimana sistem pendidikan kita dapat lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan semua anak, memastikan bahwa tidak ada anak yang tertinggal.
Dengan mengenang perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara, kita tidak hanya mengenang seorang pendidik besar, tetapi juga seorang pejuang yang gigih dalam memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi semua orang. Semangatnya untuk mengubah dunia melalui pendidikan tetap hidup dan memberi inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang demi masa depan yang lebih baik melalui pendidikan yang berkualitas dan merata. Ki Hajar Dewantara meninggal pada 28 April 1959, tetapi warisan dan ajarannya tentang pendidikan terus menginspirasi generasi pendidik di Indonesia dan di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan cita-cita Ki Hajar Dewantara untuk memajukan pendidikan di Indonesia, kita sebagai masyarakat memiliki peran penting dalam mengimplementasikan prinsip-prinsipnya. Salah satu langkah konkret yang bisa kita ambil adalah dengan menghargai keunikan setiap anak sebagai individu yang istimewa dan memberikan mereka kesempatan untuk berkembang sesuai potensi masing-masing.
Selain itu, kita juga dapat mendukung inisiatif-inisiatif pendidikan yang mempromosikan pendekatan yang inklusif dan berorientasi pada anak, serta memberikan sumber daya yang memadai untuk memastikan akses pendidikan yang merata bagi semua anak, tanpa memandang latar belakang ekonomi mereka. Langkah-langkah ini penting untuk memastikan bahwa visi Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang inklusif dan merata dapat menjadi kenyataan di Indonesia.
Oleh : Rivan Efendi
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Komunikasi UNSIA