Konten dari Pengguna

Baliho Warna-warni di Jalan Raya yang Berisi Kampanye Terselubung para Politisi

rizkysurya
Mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Diponegoro
17 Agustus 2021 7:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari rizkysurya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Baliho Puan Maharani di salah satu ruas jalan di Kota Mamuju, Sulawesi Barat. Foto: Adi Pallawalino/SulbarKini
zoom-in-whitePerbesar
Baliho Puan Maharani di salah satu ruas jalan di Kota Mamuju, Sulawesi Barat. Foto: Adi Pallawalino/SulbarKini
ADVERTISEMENT
Baru jalan sedikit sudah ada warna merah, tepat 500 meter kemudian ada warna kuning, eh di seberang malah ada warna biru. Apalagi tidak ketinggalan tagline kebhinekaan sebagai self branding terpampang di baliho, eh emangnya ada apa sih?
ADVERTISEMENT
Rudet! Adalah ungkapan dalam bahasa Sunda yang pas untuk menggambarkan carut-marut yang terjadi di sepanjang jalan raya beberapa hari belakangan ini. Baliho-baliho bertebaran di mana-mana, sebagian berisi iklan produk pada umumnya dan sebagian lagi berisi pesan eksistensi para politisi.
Serempak hal ini hampir terjadi di seluruh kota, apalagi di kota-kota yang memang bisa dibilang salah satu markas besar dari warna-warni tersebut. Bukan, ini bukan propaganda dagang start up antara si hijau dengan oren, atau biru dengan merah. Lebih dari itu, ini adalah skema meningkatkan elektabilitas para kader dengan gimmick ucapan-ucapan motivasi, cinta tanah air maupun berkebangsaan, yang dikemas terselubung agenda politik.
Maksudnya gimana? Kita sama-sama tahu bahwa sejatinya masa kampanye masih sangatlah jauh. Pemilu saja baru akan diselenggarakan tahun 2024 loh, iya masih tiga tahun lagi. Terus apa maksud dari baliho-baliho yang bertebaran beberapa hari belakangan ini?
ADVERTISEMENT
Meskipun tidak berisi pesan visi dan misi selayaknya pada masa kampanye, pergerakan memasang baliho di berbagai daerah sama halnya dengan meningkatkan eksistensi mereka para kader partai kepada khalayak bahwa mereka ada. Diperkuat dengan terpampangnya wajah-wajah kader dari berbagai macam partai agar lebih mudah dikenal yang disisipi semangat atau motivasi.
Sebenarnya jika mereka cermat, justru hal-hal semacam itulah yang dapat merobohkan citra yang selama ini ingin dibangun. Dalam masa serba susah seperti pandemi sekarang banyak masyarakat yang justru masih berfokus pada kebutuhan hidupnya masing-masing. Ingin jalan-jalan dilarang, kegiatan belajar-mengajar di rumahkan, toko-toko jam operasionalnya dibatasi. Lalu ujug-ujug ada segelintir orang di bumi ini yang mempromosikan dirinya sendiri di hadapan khalayak, apa tidak muak?
ADVERTISEMENT
Lantas mengapa saya mengatakan bahwa ini adalah kampanye terselubung? Jelas yang pertama, hal semacam itu cukup efektif guna meningkatkan ekistensi para kader. Penggunaan baliho yang besar jelas lebih mudah dilihat dan menarik perhatian banyak orang.
Kedua, apa urgensinya sampai rela menghabiskan banyak uang di masa pandemi hanya untuk pemasangan baliho secara serempak jika tidak untuk kepentingan yang lebih besar? Jika berdalih untuk memberikan semangat dan mengingatkan simbol-simbol kebangsaan, saya rasa tidak perlu sampai memakai ornamen-ornamen partai dalam penyampaiannya.
Ketiga, pemilu akan diadakan pada tahun 2024 nanti, dan penerapan baliho-baliho lebih menjerumus untuk memudahkan mereka (kader partai) untuk melenggang pada kancah pemilu.
Dalam makna yang lebih sempit, saya disadarkan bahwa mereka tak ada bedanya dengan para selebritis yang hanya mencari ketenaran semata. Mereka hanya menunjukkan oligarkinya tentang siapa yang sedang berkuasa hari ini, alih-alih hadir di tengah-tengah masyarakat. Bentuk kepedulian yang coba dipertontokan hanyalah salah satu dari sekian banyak amunisi politiknya untuk mencapai tujuan yang lebih besar, kekuasaan.
ADVERTISEMENT