Konten dari Pengguna

Mendaki Gunung untuk Konten? No! Mendaki Gunung untuk Eksplorasi Diri

Riza Annisa Anggraeni
ASEAN Young Climate Leader 2022 UN Changemaker for Climate Action 2024
19 Juli 2021 10:13 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riza Annisa Anggraeni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Ultimately, I think climbing is a vehicle for exploration - of the world, of the self.”― Steph Davis
ADVERTISEMENT
Apakah kalian tipe manusia yang ingin kaya akan nilai-nilai kehidupan?
If yes, please take a read for these words.
Bagi saya, terdapat dua nilai yang berharga dalam kehidupan setiap manusia yaitu kecerdasan dan kebijaksanaan. Kecerdasan mungkin bisa dibeli melalui pendidikan dan pengalaman. Tetapi, apalah arti kecerdasan tanpa kebijaksanaan? Orang yang cerdas belum tentu dapat bertindak bijaksana.
Lalu bagaimana kita dapat menemukan kebijaksanaan?
Mungkinkah dari berbagai kesulitan yang kita temukan dalam hidup?
Ya mungkin, tapi bagaimana kita dapat menemukannya jika kita selalu memilih untuk berada dalam zona nyaman?
Kali ini saya akan membagikan bagaimana cara saya menemukan kebijaksanaan dalam hidup. Yang membuat prinsip hidup saya teguh, yang saya temukan dalam setiap pendakian.
Dokumentasi pribadi

1. Menentukan tujuan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas Diri

“We can only climb the mountains because there’s a valley that makes the mountain a mountain.” ― Craig D. Lounsbrough
ADVERTISEMENT
Ada beberapa aspek yang membuat manusia menjadi manusia seutuhnya, salah satunya adalah dengan memiliki tujuan dalam hidup; apa yang ingin kita capai dalam saat tertentu. Tujuan itu kemudian menjadikan kita memiliki hakikat hidup sebagai manusia yang utuh.
Dalam menentukan suatu hal sebagai tujuan dalam hidup, haruslah dapat diukur dengan kapasitas dan kemampuan diri sendiri. Untuk itu, sebaiknya kita harus mampu untuk jujur terhadap diri sendiri terlebih dahulu, kira-kira hal apa saja yang dapat dicapai, dan hal apa saja yang tidak. Jika tidak, maka kita cenderung tidak realistis, dan itu akan menyulitkan diri sendiri.
Namun, dalam menapaki tujuan dan menggapai cita-cita memang tidaklah mudah. Ibaratkan bahwa tujuan itu adalah ‘Gunung’, dan tahap-tahap yang harus dilalui untuk mencapai tujuan itu adalah ‘lembah’ atau ‘bukit’.
ADVERTISEMENT
Konsep ini meyakinkan saya bahwa tidak ada sesuatu yang instant di dunia ini, terlebih dalam pencapaian tujuan hidup. Terdapat sebuah konsistensi dan komitmen yang harus dirangkul teguh setiap saat. Mungkin uang atau harta dapat membeli tujuan yang ingin digapai, tapi hal itu tidak akan bertahan lama, karena kita tidak pernah tahu bagaimana konsistensi dan komitmen dapat mempertahankan keteguhan dalam pencapaian hidup.
Gunung tidak dapat dikatakan gunung jika tidak memiliki lembah atau bukit. Begitu pula dengan tujuan hidup yang tidak dapat dikatakan sebagai sebuah pencapaian, jika tidak melalui prosesnya. Maka, yakinlah pada setiap kelelahan, keputusasaan dan rintangan yang kalian temukan, pasti akan semakin berat, namun hal itu menunjukkan bahwa kalian semakin dekat dengan titik pencapaian yang ingin kalian gapai.
ADVERTISEMENT
Atau, mungkin kalian akan menemukan gunung lain setelah lembah yang telah kalian lalui?
We never know, if there is another brilliant opportunity waiting for us right?

2. Tentukan fokus dan prioritas dalam pencapaian tujuan hidup

“Now I know in all certainty when to bring my toothbrush and when to leave it at home, and, all things considered, that kind of confidence is hard to come by.” ― Bree Loewen
Manusia tidak diciptakan untuk mengimbangi segala hal setara. Terdapat hal-hal yang membutuhkan fokus dan intensitas lebih dalam mewujudkannya. Kita bukan Tuhan, jangan mengharapkan kesempurnaan pada orang lain, apalagi pada diri kita sendiri.
Dalam mendaki gunung, pendaki tidak perlu membawa barang-barang yang tidak diperlukan di gunung, mungkin bagi wanita seperti hair dryer, dress, perhiasan, dan lain sebagainya. Ketahuilah bahwa, kalian tidak membutuhkan itu di gunung.
ADVERTISEMENT
Lebih selektif dan pilahlah barang yang memang bermanfaat untuk dibawa mendaki seperti sleeping bag, jaket tebal, sarung tangan, kaus kaki, dan matras. Sehingga, carrier atau backpack yang dipikul tidak berat dan sesuai dengan kemampuan kalian membawanya. Keberadaan carrier yang sesuai dengan kapasitasnya akan membantu kalian dalam setiap langkah pendakian yang dilakukan, baik itu cepat atau lambat, menapaki jalur yang salah atau tidak, segalanya menentukan akhir dari pendakian.
Atau, bahkan karena carrier terlalu berat, kalian mungkin saja menghentikan pendakian di tengah jalan karena kehabisan energi. Begitu pula sebaliknya, semakin ringan carrier kalian, semakin cepat kalian sampai di puncak.
Hal itu yang kerap saya terapkan dalam proses pencapaian tujuan hidup. Memilah fokus dan intensitas akan menyukseskan time management, juga proses perwujudan prioritas. Dan, dengan jelasnya prioritas yang ditentukan, maka akan sangat memudahkan dalam perwujudan tujuan hidup.
ADVERTISEMENT
Seperti yang pernah saya tulis pada artikel saya sebelumnya https://kumparan.com/riza-annisa-anggraeni/berinvestasi-pada-intensitas-berinvestasi-pada-masa-depan-1w5YnawFb12, bahwa “untuk setiap yes yang kita bebaskan, kita mengatakan tidak untuk sesuatu yang lain, sesuatu yang sebenarnya sangat berdampak untuk mimpi dan tujuan kita.”
Dokumentasi pribadi

3. Perhatikan baik buruk dari dampak keputusan yang telah diambil

“Do nothing in haste; look well to each step; and from the beginning think what may be the end.” ― Edward Whymper
Apakah kalian pernah menyesali sesuatu atas keputusan yang telah kalian ambil? Apakah kalian pernah berpikir, “Andai saja, jika saya tidak melakukan hal ini, pasti tidak akan menjadi serumit ini.”
Do nothing in haste. Ini adalah prinsip yang kerap saya tanamkan sedalam-dalamnya dalam setiap keputusan yang saya ambil. Terburu-buru tidak akan membawa kemanjuran, tetapi menikmati proses akan membuat kita semakin bersyukur.
ADVERTISEMENT
Dalam mendaki gunung, setiap pendaki tentu harus melangkah dengan sangat berhati-hati. Salah mendaki sedikit, bisa saja membawa kita terpeleset ke dalam jurang. Untuk itu, banyak sekali kasus pendaki yang hilang, ditemukan meninggal, bahkan tidak ditemukan sama sekali, jasadnya lenyap senyap menyatu dengan gunung.
Setiap gunung, selalu memiliki rute pendakian atau jalur yang berbeda-beda. Contoh, gunung Cikuray sebagai atap Jawa Barat, memiliki empat pintu pendakian yaitu via Cikajang, via Pemancar, via Desa Pangiang, dan yang terakhir via Bayongbong. Jalur manapun yang dipilih tetap akan mengantarkan pendaki ke satu titik. Adapun mungkin titik yang berbeda, tetapi tidak jauh berbeda antarsesama puncaknya.
Serupa dengan tujuan hidup, pada langkah awal, mungkin kita disuguhkan dalam berbagai opsi dalam mencapai tujuan hidup. Renungkanlah opsi yang kelak kalian ambil, yang sekiranya mampu kalian jalani dan tekuni. Identifikasi dan berusahalah menjadi kritis pada diri kalian sendiri.
ADVERTISEMENT
Seperti di gunung, semakin dekat dengan puncak, maka jalur yang tersedia pun semakin sempit. Pendaki jadi harus semakin kritis dalam setiap langkahnya, agar tidak mencelakai diri sendiri, juga pendaki lain. Ingatlah bahwa semakin tinggi kalian melangkah, maka semakin sempit opsi yang disuguhkan. Dan, percayalah bahwa hanya komitmen dan konsistensi kalian dalam memilih jalur tersebut, yang mampu membawa kalian sampai pada titik yang kalian harapkan.

4. Tetaplah berjuang!

“Every mountain top is within reach if you just keep climbing.”
― Barry Finlay
Keputusasaan memang tidak bisa ditepis. Pasti selalu menghadiri setiap pendakian, apalagi jika sudah mencapai saat-saat kehabisan energi, hari yang semakin gelap dan dingin, hingga terkadang perencanaan yang semestinya telah disusun dengan rapi, ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut pasti terjadi dalam setiap pendakian.
ADVERTISEMENT
Mengambil keputusan untuk tetap melangkah bahkan ketika keadaan tidak memungkinkan adalah tindakan bodoh. Bodoh namun tak jarang masih banyak pendaki yang melakukannya. Alhasil tentu berakibat buruk; entah partner pendaki lain yang kelelahan, atau mengalami hipotermia.
Sadarkah kalian bahwa beristirahat bukan berarti berhenti berjuang?
Beristirahat sejenak bukan berarti kalian berhenti berjuang, melainkan proses merenung atas setiap langkah yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan selanjutnya. Proses bercermin dari kesalahan, dan bersikap optimis dengan langkah yang baru. Proses untuk melihat kurangnya kita di mana dan bagaimana kita dapat mencapai tujuan kita dengan kekurangan itu.
Karena, kekurangan tidak bisa diubah, kita hanya bisa melengkapinya dengan pola pikir yang diubah sesuai apa adanya kondisi yang memungkinkan saat itu. Hal inilah yang disebut sebagai bersikap fleksibel.
ADVERTISEMENT
Bersikap fleksibel adalah mutiara pada setiap manusia, karena di saat inilah kita diajak untuk berubah dan menerima perubahan. Percayalah bahwa change is also invitation to let go. Let go atas keegoisan kita dan menerima perubahan dalam menemukan pintu baru untuk mengeksplor lebih dalam lagi jati diri kita yang sebenarnya.
Dokumentasi pribadi

5. Jatuh dan bangkitmu akan memperkuat kuat tumpuanmu

The harder you fall, the heavier your heart; the heavier your heart, the stronger you climb; the stronger you climb, the higher your pedestal.” ― Criss Jami
Ada alasan yang membuat saya menganalogikan gunung sebagai pencapaian tujuan hidup dalam proses pencarian saya pada nilai ‘kebijaksanaan’. Bukan pantai, bukan gelar pendidikan, karier kehidupan, atau masalah pernikahan. Mungkin berbeda-beda setiap manusia, namun gunung adalah analogi paling tepat bagi saya.
ADVERTISEMENT
Tahap dalam mendaki gunung mulai dari pintu rimba menuju pos 1, menuju pos 2, dan selanjutnya hingga pos terakhir untuk mencapai puncak gunung, memiliki tingkat kerumitan yang berbeda-berbeda. Semakin tinggi dengan puncak, semakin tinggi langkah saya untuk mendaki.
Bahkan ketika berada di jalur yang sangat curam, saya justru sering terperosok dan jatuh, beberapa kali pula saya terkena batu yang cukup besar menghantam tubuh saya. Penuh tantangan, tetapi saya mencintai diri saya ketika saya bisa melalui itu semua dengan tangan dan kaki saya sendiri.
Tingkat kerumitan yang semakin sulit tersebut membuat saya berpikir bahwa tidak ada hal yang lebih baik yang dapat kita capai jika kita berada pada tingkat kerumitan yang setara. Ada level kerumitan yang ditentukan dalam setiap pencapaiannya. Kehidupan yang lebih baik tidak akan dicapai dengan monoton dan tanpa tantangan, ada bebatuan dan jalur curam yang harus dilalui.
ADVERTISEMENT
Percayalah teman, sesuatu yang monoton tidak akan membawa kalian ke mana-mana.
Pernahkah terbayang oleh kalian bahwa ketika kalian punya anak, mereka (pasti) akan menjalani kehidupan yang berbeda dengan kalian dan kalian tidak bisa membimbingnya untuk bersikap bijaksana, karena kalian tidak tahu bagaimana cara menemukannya ketika kalian muda. Dan ketika kalian berusaha bersikap bijaksana untuk anak kalian dengan batas pengetahuan dan pengalaman yang kalian miliki, hal itu akan sangat merugikan mereka.
Mungkin kalian bisa menemukan analogi lain dalam pencapaian tujuan hidup selain gunung? Tidak mengapa, asalkan hal itu penuh dengan tantangan! Untuk itu saya tekankan, nilai-nilai kehidupan mungkin tidak hanya berarti untuk kita, tetapi juga untuk generasi ke depan, untuk keadaan bumi yang lebih baik lagi.
ADVERTISEMENT

6. Puncak bukanlah Tujuan!

“Getting to the top is optional. Getting down is mandatory.”
― Ed Viesturs
Apakah kalian pernah gagal dalam mencapai hal yang kalian inginkan? Apa yang membuat hal tersebut gagal? Apakah karena keberadaan orang lain? Atau, karena hal lain yang membuat kalian menunda pencapaian puncak atau tujuan tersebut?
Kegagalan dalam pencapaian puncak gunung dapat terjadi karena datangnya badai, atau partner pendakian yang tiba-tiba sakit saat jalur menuju puncak. Saat ini pendaki biasanya diajar untuk berkorban. Mengorbankan tujuannya untuk keselamatan orang lain.
Tujuan yang telah direncanakan sematang mungkin, ketika kita berpikir bahwa kita telah menetapkan gunung yang tepat, lalu memilih jalur yang tepat, langkah demi langkah yang sangat hati-hati, namun nyatanya, kita harus gagal, demi orang lain. Di sinilah yang dinamakan proses berlapang-dada dan berusaha untuk bijaksana dalam mengambil keputusan saat hal itu terjadi. Selamat atau tidak sama sekali. Menang atau kalah tidak pernah ada dalam pendakian. Gunung bukanlah tempat untuk berkompetisi, baik antarsesama pendaki, atau menaklukkan gunung itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Analogi inilah yang membuat saya memahami bahwa tujuan saya ternyata fleksibel. Yang membuat saya bijaksana adalah ‘proses’ pada pencapaian tujuan saya, dan bagaimana saya berproses waktu demi waktu dalam pencapaian tujuan tersebut. Manusia diciptakan tidak untuk berkompetisi dalam mencapai tujuan hidupnya, melainkan agar tidak berdiam diri dan selalu berusaha melakukan apapun untuk membuat hidupnya lebih baik lagi, baik untuk diri sendiri dan untuk orang lain.

7. Nikmati segala kesederhanaan yang disuguhkan

“And finally when I got there, I discovered what was at the top. You know what was there? (…) nothing. Not one thing. What was at the top was all the experiences that you had to get there.” ― Neil Strauss
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2016, gunung ketiga saya yaitu gunung Semeru, saya pernah ditanya oleh para pendaki yang saya temui di Ranu Kumbolo. Saat itu saya mendaki bertiga dengan adik saya dan temannya satu orang.
“Apa yang kalian cari naik gunung?” tanya pendaki lain yang kami temui.
Adik saya menjawab, “Puncak”, temannya menjawab “Pulang dengan selamat.”
Saya lalu menjawab, “Prosesnya. Perjalanannya.”
Mungkin bagi sebagian orang tidak berpikiran sama dengan saya. Hanya saja, saya menikmati segala hal yang saya dapatkan di jalur pendakian, dari yang bernyawa hingga benda mati; seperti kicauan burung, sapaan pendaki lain, semangka yang dijual warga lokal, suara sumber air, hembusan angin, hingga bantuan-bantuan dari akar pohon pada jalur yang terjal. “Terima Kasih Akar,” ucap saya tiap kali seuntai akar mampu membantu saya melalui jalur yang cukup curam. Saya menikmatinya, dan saya sangat berterima-kasih pada setiap prosesnya.
Dokumentasi pribadi
Dengan demikian, dalam proses pencapaian hidup, nikmatilah segala prosesnya, cepat atau lambat, tentu tidak ada yang merugikan. Percayalah bahwa segala langkah yang kita lakukan dalam hidup ini, tentu bernilai dan memilki makna di baliknya. Asal kalian percaya, pada kemampuan diri sendiri, dan tidak pernah mengeluh atas kurangnya diri sendiri, apalagi menyalahkan orang lain. Karena, pada akhirnya, walaupun kalian dapat mencapai titik atau tujuan yang telah kalian tetapkan, yang akan kalian ingat hanyalah pengalaman dan proses yang kalian lakukan untuk berada pada titik atau tujuan tersebut.
ADVERTISEMENT
“To see what others cannot... You must climb the mountain” ― Ron Akers