Konten dari Pengguna

Jenis-Jenis Bahaya dalam Sistem Keamanan Pangan: Melindungi Konsumen dari Risiko

Rizki Dwi Setiawan
Dosen Departemen Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Universitas Andalas dan Praktisi Industri Pangan
27 September 2024 13:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Dwi Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penerapan sistem keamanan pangan dalam industri pangan (Sumber: FreePik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penerapan sistem keamanan pangan dalam industri pangan (Sumber: FreePik)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keamanan pangan merupakan aspek krusial dalam industri makanan yang bertujuan untuk melindungi konsumen dari risiko kesehatan akibat konsumsi makanan yang tidak aman. Sistem keamanan pangan yang efektif melibatkan identifikasi dan pengendalian berbagai jenis bahaya yang dapat mempengaruhi produk pangan. Bahaya-bahaya ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu bahaya fisik, bahaya kimia, dan bahaya biologis. Dalam artikel ini, kita akan membahas jenis-jenis bahaya tersebut dan bagaimana cara mengelola risiko agar keamanan pangan terjaga.
ADVERTISEMENT
1. Bahaya Fisik
Bahaya fisik adalah keberadaan benda asing atau material yang dapat membahayakan kesehatan konsumen jika tertelan. Benda asing ini bisa berasal dari berbagai sumber, baik dari proses pengolahan, lingkungan produksi, maupun kontaminasi selama distribusi. Contoh bahaya fisik yang umum termasuk potongan logam, pecahan kaca, serpihan plastik, batu kecil, atau bahkan serpihan kayu.
Benda asing ini dapat masuk ke dalam makanan selama berbagai tahap produksi, mulai dari pemrosesan bahan baku hingga pengemasan. Oleh karena itu, penerapan sistem pengawasan dan inspeksi yang ketat, seperti penggunaan detektor logam dan pemindai sinar-X, sangat penting dalam industri pangan. Selain itu, penting bagi industri untuk menjaga kebersihan dan ketertiban area produksi guna meminimalisir potensi bahaya fisik.
ADVERTISEMENT
2. Bahaya Kimia
Bahaya kimia adalah kontaminasi makanan oleh zat-zat kimia berbahaya yang dapat menyebabkan efek kesehatan yang merugikan jika tertelan oleh konsumen. Kontaminan kimia dapat berasal dari beberapa sumber, termasuk bahan tambahan makanan yang tidak aman, residu pestisida, logam berat, atau bahan kimia pembersih yang digunakan dalam proses produksi.
Beberapa bahan kimia juga dapat terkandung secara alami dalam bahan makanan, seperti mikotoksin dalam biji-bijian. Bahaya alergen juga termasuk dalam bahaya kimia yang secara alami berasal dari bahan makanan. Saat ini bahaya alergen sangat mendapatkan perhatian dalam sistem keamanan pangan, mengingat jumlah orang yang mengalami alergi makanan terus meningkat. Alergen adalah zat atau protein tertentu dalam makanan yang dapat memicu reaksi alergi pada individu yang sensitif. Reaksi alergi ini bisa ringan, seperti gatal-gatal, hingga parah seperti anafilaksis yang mengancam nyawa.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, pengaturan mengenai alergen diatur dalam Peraturan BPOM No. 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, yang mewajibkan industri mencantumkan label yang jelas pada produk pangan yang mengandung alergen. Selain itu, zat kimia bisa saja tercampur ke dalam makanan melalui migrasi dari bahan kemasan yang tidak sesuai standar keamanan.
Untuk mengurangi risiko bahaya kimia, industri pangan perlu memastikan penggunaan bahan baku yang memenuhi standar, serta melakukan pengujian residu kimia pada produk makanan. Peraturan ketat terkait penggunaan pestisida, aditif makanan, alergen dan bahan kimia dalam proses pengolahan juga harus dipatuhi untuk memastikan produk pangan aman dikonsumsi.
3. Bahaya Biologis
Bahaya biologis adalah jenis bahaya yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat mengkontaminasi makanan. Bahaya ini bisa menyebabkan penyakit bawaan makanan yang dikenal sebagai foodborne illness. Contoh mikroorganisme berbahaya yang sering menjadi penyebab penyakit pada manusia adalah Salmonella, Escherichia coli (E. coli), Listeria, dan Clostridium botulinum pada kategori makanan kaleng steril komersial.
ADVERTISEMENT
Mikroorganisme ini bisa mencemari makanan selama proses produksi, penyimpanan, distribusi, atau saat penyiapan makanan. Faktor-faktor seperti sanitasi yang buruk, penanganan bahan makanan yang tidak higienis, atau penyimpanan pada suhu yang tidak tepat dapat memperburuk risiko kontaminasi biologis.
Pengelolaan Risiko dalam Sistem Keamanan Pangan
Untuk meminimalkan risiko dari ketiga jenis bahaya tersebut, industri pangan harus mengadopsi praktik keamanan pangan yang ketat. Salah satu pendekatan yang efektif adalah dengan menerapkan GMP (Good Manufacturing Practices) dan SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) dalam seluruh rantai produksi. Hal ini mencakup kebersihan tempat produksi, pelatihan pekerja, pemantauan proses, serta pemeriksaan berkala terhadap produk pangan.
Selain itu, penerapan sistem HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) juga sangat penting. HACCP merupakan metode yang mengidentifikasi titik-titik kritis dalam proses produksi di mana bahaya dapat muncul, dan menetapkan langkah-langkah pengendalian yang harus diambil. Dengan mengelola setiap titik kritis, risiko kontaminasi dapat diminimalkan, sehingga konsumen dapat terhindar dari bahaya yang mungkin timbul.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengawasi dan mengatur sistem keamanan pangan melalui berbagai peraturan yang harus dipatuhi oleh industri pangan. Salah satunya adalah kewajiban untuk mematuhi CPPOB (Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik) serta melakukan pelabelan yang jelas terkait kandungan dalam makanan. Pelabelan yang tepat juga membantu konsumen menghindari bahaya alergen dan zat-zat berbahaya lainnya.
Bahaya fisik, kimia, dan biologis adalah ancaman utama dalam keamanan pangan yang dapat memengaruhi kesehatan konsumen. Oleh karena itu, industri pangan perlu menerapkan sistem manajemen risiko yang efektif dan mematuhi regulasi yang ada untuk memastikan produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Melalui pengelolaan yang ketat terhadap semua tahapan produksi, mulai dari bahan baku hingga produk akhir, risiko kontaminasi dapat diminimalisir dan kepercayaan konsumen terhadap keamanan pangan dapat terjaga.
ADVERTISEMENT