Baru Ketik Dikit Sudah Enter

Rizki Gaga
Wartawan Tempo 2011 - 2016, Redaktur kumparan 2016 - sekarang. Orang Bandung lulusan Jurnalistik Unpad.
Konten dari Pengguna
28 Juni 2021 20:09 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Gaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
A: Barusan dengar kabar
A: Saudara XXX meninggal
A: Covid
ADVERTISEMENT
B: Innalillahi
B: Saudaranya XYZ juga
C: Innalillahi
B: Enggak dapat tempat di rumah sakit
Ini adalah suatu percakapan di WhatsApp Group pekan lalu, dan gara-garanya saya menghubungi XYZ untuk menyampaikan rasa berbelasungkawa atas kehilangan tersebut.
XYZ merespons ucapan saya: "Dia masih hidup."
Lho?
Ternyata yang B maksud ketika bilang "Saudaranya XYZ juga" adalah "Saudaranya XYZ juga kena Covid-19" (dan saat ini belum mendapatkan tempat di rumah sakit). Tapi wajar dong saya mengartikan bahwa saudara XYZ juga meninggal sebagaimana saudara XXX.
Ini adalah persoalan kebiasaan dalam urusan yang paling kecil: Berkomunikasi.
Kenapa sih banyak orang baru ketik satu-dua kata sudah pencet enter? Kenapa enggak menyelesaikan dulu kalimatnya baru enter?
Gaya BKDSE (Baru Ketik Dikit Sudah Enter) ini saya temukan di mana-mana, setiap hari. Bahkan di Slack yang notabene pakai sistem "thread" tetap saja BKDSE.
ADVERTISEMENT
Mungkin orang Indonesia malas menulis panjang karena berat, cuma senang tulisan yang pendek dan ringan.
Ya sudah, kalau begitu tulisan ini juga pendek saja, enggak perlu yang berat-berat. Jangan protes.
Contoh BKDSE