Dear Messi, Tetap Semangat Ya :(

Rizki Gaga
Wartawan Tempo 2011 - 2016, Redaktur kumparan 2016 - sekarang. Orang Bandung lulusan Jurnalistik Unpad.
Konten dari Pengguna
7 September 2020 18:48 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Gaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dari suatu rental PlayStation di Jalan Sekeloa, Bandung, saya menugaskan Lionel Messi untuk menjadi penyerang kanan.
ADVERTISEMENT
Itu sekitar tahun 2007 maka Thierry Henry pun hadir sebagai penyerang kiri, tentu setelah dipindahkan dari Arsenal secara manual karena game Pro Evolution Soccer di rental hanya apa adanya.
Bumbu pelengkap di barisan striker adalah Samuel Eto'o yang jadi ujung tombak tengah dalam formasi aduhai 4-3-3 ala Guardiola.
Rival abadi saya adalah Ikhsan Raharjo, teman kuliah yang kini wartawan Al-Jazeera. Seorang die hard Chelsea, sehingga Barca selalu lawan Chelsea dalam dunia kami. Inilah permainan paling joss pengisi waktu di sela-sela jam ngampus.
Tiki-Taka all the way, dari Puyol, Yaya Toure, Xavi, Iniesta, hingga ujung-ujungnya trio Messi-Henry-Eto'o bikin gol. Konsep saya bermain PES adalah pragmatis saja. Waktu SD bermain Winning Eleven di PS1 pun saya menjadikan Roberto Carlos sebagai striker berduet dengan Ronaldo.
ADVERTISEMENT
Pada intinya saya cukup beruntung hidup di era Messi dan saya yakin banyak yang sepakat soal ini. "Di (Kota) Barcelona, kalau ada yang teriak 'Messi!', bakal ada orang lain yang tiba-tiba menyambut dengan juga meneriakkan 'Messi!'. Itulah saking ajaib dia," kata Fajar Pratama, wartawan yang pernah ke sana.
Sebegitu saya kagum dengan Messi (dan Barcelona—karena bajunya pernah tanpa sponsor). Saya teramat kaget saat ia bilang begini:
Gila. Ini statement paling sedih yang pernah saya dengar terkait sepak bola. Tapi sepak bola adalah politik, sudah lama adanya perseteruan Messi yang julukannya La Pulga (yang artinya kutu) itu dengan manajemen hingga Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu.
ADVERTISEMENT
Saya tak akan bahas perseteruan itu, biar yang bahas Katondio (kalau dia tak malas) atau Akbar (kalau ia tak sibuk).
Berada di situasi Messi tentu enggak nyaman, apalagi karena kita bukan Messi—karena setidaknya Messi KONON bergaji 900 ribu euro (setara 15,7 miliar rupiah) per pekan. Saya ulang: PER PEKAN. Kalau klub (atau rumah atau kantor) tempat kita hidup sudah tak nyaman, ya apa mau dikata, terpaksa saja ditelan sebab urusannya langsung ke perut (atau gaji).
Sebelum Messi memutuskan untuk tetap di Barca, pikiran nakal sudah ke mana-mana. Pesepak bola perempuan Zahra Muzdalifah, misalnya, sudah berandai-andai ingin lihat Messi berseragam Juventus main bareng (Cristiano) Ronaldo. "Duet mereka akan luar biasa banget!" kata Zahra waktu kami kumparan mewawancarainya di Pangandaran, dua pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Tapi ya sudahlah. Kita nikmati saja apa yang bakal ada, toh virus corona masih ada dan belum tentu kita selamat juga.
Teruntuk Messi: Mes, lu yang sabar. Tetap semangat dan memberikan yang terbaik. Karena lu main bukan cuma untuk Barcelona, tapi untuk gue dan orang-orang yang menaruh harapan di pundak lu.
Fans Messi. Foto: Pau BARRENA/AFP