Ketoprak Intel

Rizki Gaga
Wartawan Tempo 2011 - 2016, Redaktur kumparan 2016 - sekarang. Orang Bandung lulusan Jurnalistik Unpad.
Konten dari Pengguna
13 Juni 2022 16:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Gaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kredit foto: Rizki Gaga
zoom-in-whitePerbesar
Kredit foto: Rizki Gaga
ADVERTISEMENT
Inilah tukang ketoprak paling mencurigakan se-Pasar Minggu. Mengaku sudah berjualan di titik tersebut selama 3 tahun padahal kami yang sejak 5 tahun lalu jadi warga situ tahu dia tiba-tiba ada.
ADVERTISEMENT
Jemari tangan yang bergemetar saat membuat ketoprak itu juga menambah kecurigaan kami. Bahkan dengan tangan itu ia menyenggol kopi hitam di gelas plastik hingga gerobak kosongnya kebasahan.
Gerobak kosong? Ya, gerobaknya yang besar itu tidak pas dengan dagangan ketoprak skala kecil. "Meja operasi"-nya lengang.
Ketupatnya benar-benar dibikin di janur. Meski sehat dan begitulah seharusnya, tapi tidak ada ketoprak di Pasar Minggu—setahu saya—yang ketupatnya dibikin di janur. Semua pedagang membikinnya dari plastik.
Tidak percaya? Tengok saja ketoprak-ketoprak yang laku di Pasar Minggu. Contoh, Ketoprak Salihara. Contoh lain, ketoprak Masjid Palapa. Semua ketupatnya dari plastik.
Kembali ke ketoprak bin ajaib ini. Waktu saya beli, saya lihat teman mengobrolnya adalah bapak-bapak berjaket kulit yang memakai motor Yamaha Mio yang beli ketoprak pun tidak. Hanya ada di situ menunggu saya sebagai pembeli pergi. Siapa bapak-bapak itu? Polisi yang menyamar kah?
ADVERTISEMENT
Yang paling mencurigakan adalah ini: Tidak menetapkan tarif. "Bayar seikhlasnya saja," kata dia. Mau bayar Rp 12 ribu, mau bayar Rp 10 ribu, boleh-boleh saja. What the actual f.
Hanya dua kali ia eksis di kehidupan kami pemuda Jalan Holtikultura (memang ejaan lama) ini. Pertama, ketika saya membeli ketoprak darinya; kedua, ketika teman saya.
Dari segala kecurigaan itu, saya justru menungguinya kembali. Bukan karena apa, tapi justru ketopraknyalah ketoprak paling enak yang pernah saya makan selama saya di Jakarta.