Kisahku Bersepeda ke Kaki Gunung Salak: Macho + Goblok
Konten dari Pengguna
16 Desember 2019 23:05 WIB
Tulisan dari Rizki Gaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ini photoblog tentang "Sunday Well Spent" dengan banyak kekonyolan.
Awalnya sebuah ajakan dari Wayan , Sabtu, 30 Desember 2019.
Di tanggal yang sama pukul 22.00 WIB, berangkatlah raga ini naik KRL dari Stasiun Pasar Minggu ke Stasiun Bogor.
Dari Stasiun Bogor, gowes ke rumah si Wayan di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Sempat heran kenapa Bogor dingin dan sepi banget. Ternyata itu jam 23-an.
ADVERTISEMENT
Perjalanan ini memang penuh kekonyolan. Setidak-tidaknya ada tiga:
Aku baru tidur jam 4, sejam kemudian si Lendra udah ketok-ketok bangunin. Kaki masih lemes.
Tapi okelah, berangkat!
Shit just got real. Jalanannya kemudian NANJAK GAK ABIS-ABIS.
Sepeda yang aku bawa adalah Polygon Urbano keluaran tahun 2005. Single speed + single brake torpedo. Artinya, gak ada "gigi rendah untuk nanjak" dan "gak ada rem depan + gak ada rem tangan, cuma ada rem kaki."
ADVERTISEMENT
Mamam deh kegoblokan itu.
Ini suaraku gowes naik gunung pake single speed:
Sumpah. Letih abis.
Ini rute perjalanan berdasarkan Google Maps, agar kebayang deritanya:
Kami semua wartawan. Yang namanya wartawan kerjaan sehari-harinya ya ngopi dan/atau ngerokok.
Jadilah mereka juga dorong sepeda:
Kami lanjut. Tapi...
Udah ah. Capek.