Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Merdeka bagi Pendidik, Merdeka untuk Peserta Didik
8 April 2023 11:57 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari RIZKI SEPTA HARDHITA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tepat dua tahun yang lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim, menetapkan kurikulum baru bagi pendidikan di Indonesia. Tentunya dengan perubahan kurikulum ini disambut dengan berbagai reaksi dari seluruh masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Banyak masyarakat yang menyambut dengan dukungan, namun tidak sedikit masyarakat yang menyambut dengan cibiran. Pandangan negatif terkait perubahan kurikulum, yakni munculnya berbagai pendapat dari masyarakat, seperti “ganti Menteri pasti ganti pula kurikulumnya”.
Lantas benarkah bergantinya Menteri Pendidikan, berganti pula kurikulum di Indonesia?
Mari kita lihat fakta yang ada, setelah era reformasi tahun 1998 hingga tahun 2023, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia telah berganti sebanyak sembilan kali. Dimulai dari bapak Prof Dr Juwono Soedarsono yang menjabat pada tahun 23 mei 1998 sampai 23 Oktober 1999 hingga bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. yang menjabat pada 23 Oktober 2019 sampai sekarang.
Sedangkan setelah era reformasi, kurikulum di Indonesia hanya berganti sebanyak empat kali. Dimulai dari Revisi Kurikulum 1994 yang diterapkan tahun 1998 hingga Kurikulum Merdeka yang diterapkan tahun 2022. Berdasarkan data yang ada tentu telah mematahkan pendapat bahwa ganti Menteri pasti ganti kurikulum.
ADVERTISEMENT
Namun, apa yang menyebabkan masyarakat memiliki opini demikian?
Salah satu alasan yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu terkait kesiapan masyarakat (sekolah) untuk menerapkan kurikulum baru. Sejatinya perubahan kurikulum sangatlah dibutuhkan, mengingat kebutuhan peserta didik dari masa ke masa mengalami perubahan.
Apa itu Kurikulum Merdeka?
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, di mana konten lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
ADVERTISEMENT
Sejatinya kurikulum merdeka sangat dibutuhkan saat ini, kita tahu bahwa Indonesia terdiri dari berbagai pulau, berbagai ras dan budaya. Kita tidak dapat menyamakan antara satu wilayah dengan wilayah lain.
Merdeka berarti bebas, esensi dari adanya kurikulum merdeka yaitu pendidik bebas berekspersi terhadap pembelajaran di kelas, pendidik dapat menyesuaikan pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, letak geografis dan kebudayaan yang ada di sekitar.
Adanya Kurikulum Merdeka, membuat sekolah akan lebih leluasa untuk menetapkan dan menerapkan kurikulum yang diberlakukan. Begitupun bagi pendidik, kebebasan untuk mengeksplor diri dari berbagai bidang akan meningkatkan kualitas, kuantitas dan kapabilitas diri. Sehingga dapat dikatakan bahwa kurikulum merdeka ini mampu memerdekakan pendidik sekaligus peserta didik.
Pada kurikulum merdeka yang sekarang ini diterapkan di berbagai sekolah di Indonesia, terdapat program Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya. Merdeka belajar adalah sebuah konsep yang berfokus pada materi yang esensial dan fleksibel sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan dari masing-masing karakteristik siswa.
ADVERTISEMENT
Tujuannya untuk menggali potensi terbesar para pendidik dan peserta didik serta meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Sedangkan merdeka berbudaya adalah program yang bertujuan untuk memperkuat identitas budaya Indonesia dan meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap budaya bangsa.
Pada dasarnya merdeka belajar dan merdeka berbudaya saling berkaitan satu sama lain. Keduanya memiliki tujuan yang sama yakni menyiapkan peserta didik yang berkualitas di masa yang akan datang, tentunya dengan karakter cinta tanah air dan berbudaya. Namun di era serba digital seperti sekarang ini, tentu tantangan tersulit yakni menanamkan cinta kebudayaan pada peserta didik.
Sekarang ini peserta didik kita adalah anak yang lahir pada generasi alpha. Generasi alpha adalah generasi pertama yang lahir di dunia digital, generasi yang sudah sangat akrab dengan teknologi digital.
ADVERTISEMENT
Maka tidak heran jika peserta didik zaman sekarang sudah sangat lihai dalam mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Tentunya perkembangan digital mampu membawa berbagai dampak negatif bagi peserta didik, salah satunya kemudahan peserta didik untuk mempelajari budaya luar yang sedang tren.
Tidak ada yang salah dari mengikuti perkembangan zaman, asalkan tetap diimbangi dengan sikap cinta tanah air yang masih tertanam di dalam diri. Kita sebagai pendidik dapat mengajarkan kepada peserta didik tentang akulturasi budaya.
Memadukan budaya Indonesia dengan budaya luar tentu bukan hal yang mudah, namun jika kita mampu melakukannya akan dapat menambah koleksi budaya dan kebudayaan kita akan tetap selalu terjaga.
Apa yang harus disiapkan dalam Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya?
Program merdeka belajar dan merdeka berbudaya harus disikapi dengan cepat dan tepat oleh seluruh aktor yang terlibat, dalam hal ini Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah, Pendidik, Peserta Didik dan Orang Tua Peserta Didik.
ADVERTISEMENT
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan merupakan pemangku kebijakan terhadap program merdeka belajar dan merdeka berbudaya. Oleh karena itu, Dinas Pendidikan harus memberikan arahan kepada sekolah.
Seperti halnya Dinas Pendidikan Kota Blitar, di Kota Blitar Dinas terkait menyambut program ini dengan penuh antusias. Hal ini dibuktikan dengan meluncurkan program untuk menyukseskan merdeka belajar dan merdeka budaya, yakni program Serenada (Sekolah Religius, Nasionalis dan Berbudaya).
Program Serenada merupakan salah satu upaya Kota Blitar menjadikan peserta didiknya berproses sesuai dengan yang diharapkan dari merdeka belajar dan berbudaya. Tidak hanya mendapatkan ilmu di bidang akademik, program ini juga ingin membentuk karakter peserta didik melalui ilmu agama, ilmu wawasan kebangsaan hingga khazanah budaya.
Kepala Sekolah
Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam merdeka belajar dan merdeka berbudaya. Salah satunya menggerakkan pendidik untuk melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum merdeka.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya Kepala Sekolah SD Laboratorium UM Blitar, untuk menyikapi Program Serenada yang diluncurkan Dinas Pendidikan Kota Blitar kepala sekolah membuat gebrakan, yakni mengombinasikan Program Serenada dengan pemanfaatan teknologi digital.
Program tersebut dirasa sangat diperlukan mengingat peserta didik usia sekolah dasar merupakan anak generasi alpha yang tidak dapat dipisahkan dengan smartphone. Sehingga untuk menarik minat peserta didik dalam pembelajaran, maka harus memanfaatkan teknologi digital yang sedang berkembang. Hal ini juga bertujuan untuk mengenalkan kepada peserta didik bahwa teknologi juga dapat membantu kita dalam belajar.
Pendidik
Pendidik merupakan ujung tombak dari pelaksanaan rancangan program yang telah dibuat. Pendidik harus memahami secara utuh konsep dari merdeka belajar dan merdeka berbudaya. Jika pendidik dapat memahami dengan baik, maka akan muncul pemahaman bahwa kurikulum merdeka sangat berpihak kepada pendidik dan peserta didik.
ADVERTISEMENT
Program merdeka belajar dan merdeka berbudaya tentu menuntut pendidik untuk dapat melihat kelebihan yang harus ditonjolkan. Hal ini akan sangat menarik karena pendidik dapat lebih mengeksplor pembelajaran tanpa ada batasan yang menghalangi.
Pendidik di SD Laboratorium UM Kota Blitar, menyikapi merdeka belajar dan berbudaya sesuai dengan anjuran kepala sekolah, yaitu dengan memanfaatkan teknologi digital. Salah satunya pembuatan poster bertema budaya dengan memanfaatkan aplikasi canva.
Hal ini tentu implementasi yang baik program merdeka belajar dan merdeka berbudaya. Memperkenalkan budaya kepada peserta didik harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Sehingga dalam prosesnya peserta didik berminat dan bangga akan budaya sendiri.
Peserta Didik
Peserta didik merupakan aktor utama dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dampak positif yang dirasakan oleh peserta didik yaitu perubahan pada pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Dalam merdeka belajar dan merdeka berbudaya peserta diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan minat belajarnya, hal ini bertujuan untuk membentuk peserta didik dengan jiwa kompetensi dan karakter baik dan tentunya sesuai dengan identitas budaya Indonesia.
Peserta didik di SD Laboratorium UM Blitar merasakan dampak positif dari penerapan program merdeka belajar dan merdeka berbudaya. Dampak positif terlihat dari berbagai prestasi yang diraih oleh peserta didik.
Raihan prestasi yang diperoleh sesuai dengan bakat dan minat. Keberagaman jenis prestasi yang diraih peserta didik merupakan dampak dari kemerdekaan yang didapat dalam belajar dan berbudaya.
Orang Tua Peserta Didik
Peran orang tua dalam merdeka belajar dan merdeka berbudaya juga tidak kalah penting. Peran orang tua dapat dilakukan dengan cara ikut memahami kompetensi yang perlu dicapai bagi peserta didik. Satu hal yang penting dalam merdeka belajar adalah bukan mendapatkan konsep, fakta, prosedur.
ADVERTISEMENT
Namun yang paling utama adalah anak-anak mendapatkan pengetahuan meta kognitif. Artinya apa yang diterima peserta didik di sekolah dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, proses pembelajaran di sekolah dan di rumah harus berjalan seimbang.
SD Laboratorium UM Kota Blitar memberikan pemahaman lebih lanjut tentang peran orang tua terkait merdeka belajar dan merdeka berbudaya. Orang tua harus menyepakati kemerdekaan peserta didik untuk belajar sesuai dengan minatnya, bukan minat orang tua.
Bagaimana peserta didik bisa belajar dengan menyenangkan menurut versi peserta didik, bukan versi orang tua, serta bagaimana bakat dan minat peserta didik mendapat dukungan dari orang tua karena minat peserta didik, bukan minat orang tua.
Praktik baik merdeka belajar dan merdeka berbudaya yang dilakukan di SD Laboratorium UM Kota Blitar dapat dijadikan contoh sukses bagi satuan pendidikan lain. Tentu keberhasilan yang ada didukung dari berbagai pihak terkait seperti dinas pendidikan, kepala sekolah, pendidik, peserta didik dan orang tua.
ADVERTISEMENT
Esensi dari kata merdeka adalah kebebasan, kebebasan dalam belajar dan mengembangkan budaya Indonesia. Sampai saat ini pemahaman yang nyata terkait kurikulum merdeka adalah kemerdekaan bagi seluruhnya bukan hanya sebagian.
Sejatinya pemerintah memberikan ruang kepada kita untuk mengekspresikan diri bagi pendidikan Indonesia, karena “Merdeka bagi Pendidik, Merdeka pula untuk Peserta Didik”.