Konten dari Pengguna

Intrusive Thoughts: Pikiran Tidak Mendefinisikan Anda

Rizkia Puti
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
1 Desember 2024 13:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizkia Puti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pikiran, pemikiran, ide, gagasan, semua itu merupakan salah satu dari banyaknya contoh bahwa otak manusia itu bekerja secara kompleks. Ketika berbicara tentang pikiran, apa yang terlintas di benak teman-teman? Rasional? Logis? Ingatan? Dibalik semua definisi tersebut, apakah teman-teman pernah mengalami suatu momen atau peristiwa dimana otak teman-teman tiba-tiba memikirkan suatu hal yang sebelumnya bahkan tidak pernah terlintas di benak teman-teman? Ternyata kondisi tersebut itu termasuk contoh dari intrusive thoughts, lho!
Ilustrasi human thinking, sumber: https://www.vecteezy.com/free-photos/human-thinking
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi human thinking, sumber: https://www.vecteezy.com/free-photos/human-thinking
Definisi
ADVERTISEMENT
(Rachman, 1981) mendefinisikan intrusive thoughts sebagai pikiran, gambaran, atau dorongan berulang yang tidak dapat diterima dan/atau tidak diinginkan. Menurut Rachman, sebuah pikiran bisa dikatakan sebagai intrusive thoughts jika pikiran tersebut sudah mulai mengganggu aktivitas yang sedang berlangsung.
Pikiran ini bisa berupa bayangan aneh atau mengerikan yang terkadang bersifat memalukan bahkan menyeramkan yang datang tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Lebih mudahnya, intrusive thoughts bagaikan iklan pop-up di situs web yang datang tanpa dipanggil dan tidak akan membiarkan kita melangkah lebih jauh sampai kita memberikannya perhatian.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai atau bahkan mengalami sendiri fenomena intrusive thoughts ini. Sebagai contoh, keraguan tentang keputusan yang teman-teman buat, pemikiran untuk melukai orang lain atau diri sendiri, ketakutan akan terjadi sesuatu yang buruk pada diri teman-teman atau orang lain.
ADVERTISEMENT
Meski terlihat menyeramkan dan mengganggu, intrusive thoughts ini bukanlah hal yang jarang terjadi. Bahkan, intrusive thoughts merupakan fenomena umum yang dapat dialami oleh siapa saja. Sebuah riset tahun 2014 oleh Concordia University di Kanada menemukan bahwa 94 persen responden dari 13 negara memiliki pikiran intrusif. Tipe pikiran intrusif yang didapat bermacam-macam, dapat berupa frasa seperti “Pintu rumah udah di kunci belum ya?”, sebuah gambar, atau urge (keinginan) seperti contoh, keinginan untuk melukai seseorang. Lantas, mengapa pikiran yang tidak diinginkan ini bisa muncul?
Pemicu Intrusive Thoughts
Mungkin teman-teman berpikir bahwa faktor penyebab munculnya pikiran yang tidak diinginkan ini adalah trauma, jawabannya adalah tergantung. Trauma bisa menjadi salah satu pemicunya namun tidak pada semua orang. Sebagian besar, intrusive thoughts tidak berkaitan dengan peristiwa masa lalu yang spesifik atau trauma spesifik. Tetapi, bagi seseorang yang memiliki PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), intrusive thoughts yang mereka alami seringkali berhubungan langsung dengan kejadian trauma masa lalu.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor yang dapat memicu intrusive thoughts, diantaranya:
- Stres dan kecemasan
Stres seringkali terkait dengan peningkatan kecemasan. Ketika kita merasa tertekan atau cemas, otak cenderung lebih fokus pada kemungkinan ancaman atau kekhawatiran, yang dapat memicu munculnya pikiran-pikiran mengganggu. Faktor pemicu ini juga ada hubungannya dengan faktor pemicu kedua yang nanti akan dibahas lebih lanjut yaitu kurang tidur. Kurang tidur dapat meningkatkan kadar hormon stress seperti kortisol di dalam tubuh kita. Hormon ini berperan dalam mengatur respons tubuh terhadap stres, dan jika produksinya terlalu tinggi karena kurang tidur, kita cenderung menjadi lebih rentan terhadap kecemasan, yang nantinya dapat memperburuk intrusive thoughts.
- Kurang Istirahat
Sebagai manusia, adakalanya kita merasa lelah dengan apa yang terjadi di hidup kita dan itu merupakan hal yang wajar. Ketika tubuh dan pikiran kelelahan, kita lebih rentan untuk terjebak dalam siklus berpikir negatif atau berlarut-larut. Kondisi kelelahan ini dapat memperburuk ketidakmampuan otak untuk mengalihkan perhatian dari pikiran-pikiran yang tidak diinginkan. Oleh karena itu tidur yang cukup sangat penting, karena kurang tidur dapat memengaruhi fungsi kognitif, seperti konsentrasi dan memori. Ketika tubuh tidak mendapat istirahat yang cukup, otak menjadi kurang efisien dalam mengelola stress yang nantinya dapat memicu pikiran-pikiran mengganggu.
ADVERTISEMENT
Apa yang harus dilakukan?
Pikiran adalah suatu hal yang memang tidak bisa kita atur. Seperti kardus yang menjadi tempat teman-teman menyimpan berbagai informasi dan memori. Pikiran bisa tersusun rapi atau berantakan, tergantung bagaimana teman-teman mengaturnya. Ketika teman-teman berhadapan dengan intrusive thoughts, hal pertama yang harus dilakukan adalah menerima pikiran tersebut dan menyadari bahwa itu hanyalah sebuah pemikiran, bukan kenyataan. Dr. Jenny Yip, seorang clinical psychologist sekaligus ahli OCD mengatakan bahwa ada istilah thought-action fusion yaitu suatu kondisi dimana seseorang percaya bahwa memiliki pemikiran akan mengarah pada tindakan dan mereka mengikat keduanya. Namun, kita harus ingat bahwa pemikiran hanyalah sebuah pemikiran. “A thought is a thought is a thought, it’s just that”, ucap Dr.Jenny Yip. Perlu digarisbawahi bahwa hanya karena kita mempunyai pemikiran, itu tidak berarti kita akan bertindak berdasarkan pemikiran tersebut.
ADVERTISEMENT
Melatih mindfulness juga bisa membuat kita lebih mudah mengalihkan perhatian dari pikiran yang tidak diinginkan dan kembali ke kenyataan saat ini. Praktik mindfulness atau kesadaran penuh mengajarkan kita untuk tetap fokus pada momen sekarang tanpa menilai atau menghakimi. Selain itu, cobalah untuk refleksi kritis dengan mengidentifikasi apakah pikiran tersebut rasional atau tidak. Jika pikiran tersebut sangat tidak rasional, maka teman-teman bisa mencoba menggantinya dengan pikiran yang lebih realistis atau positif. Jika kita bereaksi terhadap intrusive thoughts, kita akan melatih otak kita untuk terus memiliki pemikiran tersebut. Namun, otak manusia itu sangat hemat. Mereka tidak membuang waktu melemparkan kita hal-hal yang kita sendiri tidak terlibat didalamnya. Ketika kita menerima pikiran-pikiran mengganggu tersebut dan tetap berpegang teguh pada pendirian kita, menerapkan gaya hidup yang sehat seperti meditasi, berada di lingkungan yang suportif, otak pada akhirnya akan berhenti melempar hal-hal negatif pada diri kita. Gaya hidup sehat juga meningkatkan kemampuan otak untuk mengatasi pikiran yang tidak diinginkan. Tidak apa-apa untuk memiliki intrusive thoughts, yang perlu kita lakukan hanyalah menerima, membiarkannya lewat begitu saja, dan latihan untuk menjauhi pikiran atau ide negatif dengan mulai menanam pikiran positif. Namun, jika intrusive thoughts ini sulit dikontrol dan terus muncul, maka disitulah teman-teman perlu berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater ya!
Ilustrasi Meditasi, sumber: Freepik
Referensi
ADVERTISEMENT
Clark, D. A. (Ed.). (2005). Intrusive thoughts in clinical disorders: Theory, research, and treatment. Guilford Press.
Barnes, R. D., Klein-Sosa, J. L., Renk, K., & Tantleff-Dunn, S. (2010). Relationships among thought suppression, intrusive thoughts, and psychological symptoms. Journal of cognitive and behavioral psychotherapies, 10(2), 131.
(Bownes, 2014)
Ironson, G., Kumar, M., Greenwood, D., Schneiderman, N., Cruess, D., Kelsch, C. B., ... & Baum, A. (2014). Posttraumatic stress symptoms, intrusive thoughts, and disruption are longitudinally related to elevated cortisol and catecholamines following a major hurricane. Journal of Applied Biobehavioral Research, 19(1), 24-52.
MedCircle. (2020, 16 Agustus). What are Intrusive Thoughts? [& When They Signal Pure O OCD] [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=wzkeXw5F01s