Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kesejahteraan Guru Honorer, Salah Satu Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
19 November 2024 14:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rizky Ahmad Fauzan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang membentuk masa depan bangsa, memainkan peran penting dalam mewujudkan tujuan nasional yang ambisius seperti Indonesia Emas 2045. Namun, kualitas sumber daya manusia yang penting untuk mencapai visi tersebut secara intrinsik terkait dengan faktor kesejahteraan guru yang sering kali diabaikan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, para pendidik bergulat dengan gaji dan tunjangan kesejahteraan yang tidak memadai, suatu situasi yang tidak hanya memengaruhi kehidupan mereka tetapi juga memiliki konsekuensi yang luas bagi kualitas pendidikan dan pembangunan nasional.
Kesejahteraan guru di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang berdampak signifikan terhadap kemampuan mereka untuk memberikan pendidikan yang berkualitas. Banyak guru, terutama yang tinggal di daerah pedesaan atau bekerja dengan kontrak sementara, memperoleh upah yang hampir tidak mencukupi untuk biaya hidup pokok.
Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, gaji bulanan rata-rata untuk guru sekolah negeri di Indonesia berkisar antara 3 juta hingga 5 juta rupiah. Angka ini sangat rendah, terutama jika melihat biaya hidup di daerah perkotaan dan pentingnya profesi guru. Banyak guru yang terpaksa mengambil pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yang tentu saja berdampak pada kemampuan mereka untuk fokus pada peran utama mereka sebagai pendidik.
ADVERTISEMENT
Situasi ini bahkan lebih mengerikan bagi guru kontrak, yang merupakan bagian penting dari tenaga pengajar. Para pendidik ini mendapatkan penghasilan kurang dari setengah dari gaji guru tetap, dengan beberapa di antaranya hanya menerima kurang dari 1,5 juta rupiah per bulan.
Kesenjangan ini tidak hanya menciptakan sistem dua tingkat di dalam sekolah, tapi juga membuat orang-orang berbakat enggan untuk mengejar karir sebagai guru. Tekanan keuangan ini sering kali memaksa mereka untuk mencari penghasilan tambahan, sehingga mengalihkan waktu dan tenaga dari peran utama mereka.
Selain itu, masalah ini tidak hanya terbatas pada gaji. Banyak guru Indonesia tidak memiliki akses ke peluang pengembangan profesional, asuransi kesehatan, dan program pensiun yang memadai. Tekanan keuangan sering kali memaksa mereka untuk mencari penghasilan tambahan, sehingga mengalihkan waktu dan energi dari peran utama mereka. Situasi ini khususnya parah di daerah pedesaan, di mana guru menghadapi tantangan tambahan terkait infrastruktur dan sumber daya.
ADVERTISEMENT
Sebuah contoh nyata
Kita mungkin perlu mencontoh negara Vietnam yang telah membuat langkah signifikan dalam meningkatkan sistem pendidikannya selama dua dekade terakhir, dengan fokus khusus pada peningkatan kesejahteraan guru. Pendekatan Vietnam terhadap gaji guru sangat berbeda dengan Indonesia. Meskipun gaji guru di Vietnam masih belum tinggi menurut standar internasional, mereka telah mengalami peningkatan yang konsisten selama bertahun-tahun. Menurut Kementerian Pendidikan dan Pelatihan Vietnam, gaji bulanan rata-rata untuk guru sekolah negeri di Vietnam berkisar antara 7 juta hingga 10 juta dong (sekitar $300 hingga $430 USD).
Keberhasilan Vietnam dalam pendidikan juga
terlihat dari hasil yang sangat baik dalam penilaian internasional. Dalam Programme for International Student Assessment (PISA) 2018, siswa Vietnam mengungguli banyak siswa Asia Tenggara lainnya, termasuk siswa dari Indonesia, dalam hal membaca, matematika, dan sains. Meskipun banyak faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan ini, investasi pemerintah Vietnam dalam kualitas dan kesejahteraan guru tidak diragukan lagi merupakan faktor yang berpengaruh.
ADVERTISEMENT
Guru adalah tulang punggung sistem pendidikan Indonesia, namun mereka tetap tidak dihargai dan diberi kompensasi yang rendah. Dengan mencermati pendekatan Vietnam terhadap kesejahteraan guru, kita melihat sebuah model yang dapat ditiru oleh Indonesia. Meningkatkan gaji guru, berinvestasi dalam pengembangan profesional, dan memberikan insentif bagi pendidik di pedesaan merupakan langkah penting untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil dan efektif.
Sudah saatnya bagi para pembuat kebijakan, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan untuk menyadari bahwa kesejahteraan guru dan kualitas pendidikan adalah dua sisi mata uang yang sama. Memprioritaskan kesejahteraan guru tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup mereka tetapi juga menghasilkan kualitas SDM yang berkualitas, sehingga menumbuhkan masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT