Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Haruskah Ganti Menteri Pendidikan Ganti Kurikulum?
31 Oktober 2024 12:25 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari R Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perubahan kurikulum di Indonesia selalu menjadi topik yang hangat diperbincangkan, terutama dalam konteks pergantian Menteri Pendidikan. Keberadaan kurikulum yang responsif terhadap kebutuhan zaman adalah kunci untuk mempersiapkan generasi mendatang. Kini, dengan pelantikan Prof. Dr. Abdul Mu'ti M.Ed sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, harapan baru muncul untuk merespons keluh kesah yang selama ini dialami oleh para guru dan masyarakat terkait kurikulum Merdeka yang diperkenalkan oleh Nadiem Makarim.
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka, yang digagas oleh Nadiem, diharapkan mampu memberikan kebebasan kepada guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa implementasinya masih menghadapi berbagai kendala. Banyak guru merasa kesulitan dalam menerapkan pendekatan ini, sementara orang tua dan masyarakat menginginkan pendidikan yang lebih terstruktur dan jelas. Di sinilah pentingnya peran Menteri Pendidikan baru untuk mendengarkan suara-suara ini dan melakukan evaluasi yang mendalam.
Prof. Dr. Abdul Mu'ti, yang memiliki latar belakang akademis yang kuat dan pengalaman di dunia pendidikan, diharapkan mampu menjembatani antara kebijakan dan kebutuhan praktis di lapangan. Sebagai sosok yang dikenal dekat dengan kalangan pendidik, langkah pertama yang perlu diambil adalah melakukan dialog terbuka dengan para guru. Ini bukan hanya untuk mendengar keluhan, tetapi juga untuk menggali ide-ide dan solusi yang mungkin belum terpikirkan.
ADVERTISEMENT
Menurut saya perubahan kurikulum seharusnya tidak hanya sekadar mengganti nama atau struktur, tetapi lebih kepada bagaimana kurikulum tersebut bisa menjawab tantangan nyata yang dihadapi oleh siswa dan guru. Dalam era digital ini, kebutuhan untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran menjadi sangat penting. Kurikulum yang adaptif dan responsif terhadap perkembangan zaman akan memberikan siswa keterampilan yang relevan untuk masa depan.
Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan konteks lokal dalam merumuskan kurikulum. Indonesia yang kaya akan keragaman budaya dan bahasa membutuhkan pendekatan yang mengakomodasi perbedaan ini. Kurikulum yang mampu menghargai dan memanfaatkan potensi lokal akan lebih mudah diterima dan diimplementasikan di lapangan. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya menjadi alat untuk transfer ilmu, tetapi juga untuk penguatan identitas bangsa.
ADVERTISEMENT
Namun, perubahan kurikulum tidak bisa dilakukan secara mendadak. Proses ini harus melibatkan berbagai stakeholder, termasuk pemerintah daerah, sekolah, guru, dan masyarakat. Transparansi dan partisipasi dalam proses perumusan kurikulum baru akan menciptakan rasa memiliki di kalangan para pendidik dan masyarakat. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan dan keberhasilan implementasi kurikulum.
Di sisi lain, tantangan besar yang dihadapi adalah meningkatkan kualitas pelatihan bagi guru. Tanpa adanya dukungan yang memadai, baik dalam bentuk pelatihan maupun sumber daya, para guru akan kesulitan untuk menjalankan kurikulum baru dengan efektif. Oleh karena itu, investasi dalam pengembangan profesional guru harus menjadi salah satu prioritas utama.
Sebagai penutup, besar harapan saya bahwa perubahan kurikulum di Indonesia adalah langkah penting yang harus diambil dengan hati-hati dan bijaksana. Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Abdul Mu'ti, ada harapan baru untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan relevan. Dengan mendengarkan suara guru dan masyarakat, serta merangkul keberagaman yang ada, kita dapat membangun kurikulum yang tidak hanya memenuhi standar akademis, tetapi juga membentuk karakter dan identitas bangsa. Mari kita sambut perubahan ini dengan optimisme dan kerja sama.
ADVERTISEMENT
Live Update
Donald Trump berhasil melampaui ambang batas 270 suara elektoral untuk mendapat kursi presiden. Kemenangan Trump ditentukan lewat kemenangan di Wisconsin dan Pennsylvania. Jumlah suara elektoral Trump 277. Pesaingnya Kamala Harris mendapat 226.
Updated 6 November 2024, 18:42 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini