Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pesan untuk Wakil Dekan II FKIP "Zona Integritas (ZI) WBK/WBBM dan Budaya"
29 Desember 2024 14:32 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Robit Nurul Jamil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perjalanan hidup akademik, ada momen-momen yang mengubah cara pandang dan praktik kita sebagai bagian dari ekosistem perguruan tinggi. Salah satunya adalah pengalaman saya sebagai bagian dari tim survei penerapan Zona Integritas (ZI) Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember. Tahun 2024 menjadi tonggak perubahan, ketika FKIP memutuskan untuk melaksanakan penerapan Zona Integritas (ZI) secara menyeluruh, suatu kebijakan yang memiliki dampak mendalam tidak hanya secara administratif tetapi juga budaya akademik.
Awal dari perjalanan ini dimulai di sebuah ruangan besar di Hotel Fortuna Grande Jember, tempat kami berkumpul untuk sosialisasi kebijakan ini. Antusiasme terasa membuncah. Para dosen, Tendik dari berbagai prodi tampak menyimak dengan penuh antusias, meski ada pertanyaan yang menggantung, Bukankah regulasi semacam ini sudah ada sejak lama? Mengapa baru sekarang ada implementasi besar-besaran? Pertanyaan ini, meski retoris, justru menegaskan urgensi langkah ini diambil.
ADVERTISEMENT
Perubahan yang Cepat dan Efektif
Sebagai salah satu tugas Wadek II yang bertanggung jawab atas bidang administrasi umum, keuangan, dan sumber daya di Fakultas. TIM FKIP harus memastikan bahwa setiap indikator Zona Integritas (ZI) terunggah dengan lengkap di portal Inspirasi Dikti. Waktu yang diberikan sangat terbatas. Namun, keajaiban integritas terjadi. Dalam waktu singkat, semua dokumen setiap devisi FKIP terunggah dengan sempurna. Fakta bahwa survei yang melibatkan hampir 300 responden dapat diselesaikan hanya dalam 3 hari benar-benar mencengangkan.
Proses ini mengajarkan satu hal penting, bahwa antusiasme dan kerja sama yang kuat mampu melampaui batasan waktu dan sumber daya. Para Kaprodi, divisi tata usaha, hingga stakeholder lainnya, menunjukkan dedikasi luar biasa dalam menyelesaikan survei. Ini bukan sekadar soal kecepatan, melainkan juga soal komitmen terhadap perubahan. Namun, keberhasilan ini menyimpan tantangan yang lebih besar, bagaimana memastikan perubahan ini tidak hanya berhenti pada level administratif tetapi juga merasuk ke dalam budaya dan struktur Prilaku.
ADVERTISEMENT
Budaya integritas di dunia akademik, khususnya di FKIP, memiliki tantangan tersendiri. Selama bertahun-tahun, ada praktik-praktik yang sudah menjadi bagian dari tradisi, tetapi bertentangan dengan nilai-nilai integritas. Ketika mahasiswa menghadapi ujian proposal atau sidang skripsi, mereka seringkali merasa terbebani dengan keharusan menyediakan konsumsi bagi pembimbing dan penguji.
Lebih jauh lagi ketika saya bertanya kepada mahasiswa secara random, ada fenomena “arisan mahasiswa” di mana mahasiswa yang telah menyelesaikan seminar proposal atau atau sidang, memberikan bingkisan berupa bunga, boneka, atau kue kepada teman-teman yang hadir, yang kemudian merasa harus “mengembalikan” saat giliran mereka tiba. Praktik ini, meski terlihat sepele, menunjukkan bagaimana budaya timbal balik yang tidak relevan dengan esensi akademik yang telah mengakar.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya adalah, apakah budaya semacam ini bisa benar-benar diubah dengan penerapan Zona Integritas? Ataukah perubahan hanya terjadi di permukaan, sementara di lapangan, tradisi ini terus berlangsung?
Menyoal Feodalisme Akademik
Zona Integritas (ZI) tidak hanya tentang menghapus bebas dari korupsi dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk intelektual. Di lingkungan akademik, hubungan timbal balik yang tidak sehat antara dosen dan mahasiswa. Misalnya, saja ada dosen yang meminta mahasiswa membantu menyusun jurnal, atau mahasiswa meminta dosen membantu penelitian, yang banyak bermunculan di Media Mainstream dan lain sebagainya. Praktik-praktik semacam ini bertentangan dengan nilai-nilai Zona Integritas. Dalam konteks FKIP, penerapan Zona Integritas (ZI) menjadi langkah besar untuk memutus rantai feodalisme modern yang kerap terjadi di dunia akademik.
ADVERTISEMENT
Dari Struktur ke Nurani
Penerapan Zona Integritas (ZI) harus dilihat sebagai upaya membangun budaya baru. Ini bukan hanya tentang menyelesaikan dokumen atau memenuhi indikator, tetapi juga tentang menciptakan kesadaran kolektif bahwa integritas adalah tugas kita bersama yang harus dibudayakan.
Budaya integritas tidak bisa hanya melalui kebijakan. Ia harus merasuk ke dalam hati dan pikiran setiap civitas akademika di lingkungan kampus. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya yang sifatnya lebih personal dan dialogis, seperti sosialisasi, kolaborasi mitra yang konsen terhadap hal semacam ZI, dan yang paling penting adalah contoh nyata dari para dosen dan mahasiswa.
Di FKIP, perubahan budaya ini dapat dimulai dari hal-hal kecil. Misalnya, menghapus keharusan mahasiswa menyediakan konsumsi saat proposal dan sidang, atau memperkenalkan dosen dengan kebiasaan membawa minuman sendiri, nguji semi proposal npropoatau sidang. Hal-hal kecil ini, jika diterapkan secara konsisten, dapat menjadi langkah awal menuju perubahan yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Harapan dan Tantangan
Sebagai bagian dari tim survei saya merasa bangga melihat bagaimana FKIP mampu menyelesaikan semua target dengan cepat dan efektif. Namun, pekerjaan ini belum selesai. Masih ada pekerjaan budaya besar yang menanti, bagaimana memastikan bahwa budaya integritas benar-benar terinternalisasi di semua level, dari dosen hingga mahasiswa.
Kita juga harus waspada terhadap kemungkinan resistensi, baik yang terang-terangan maupun yang terselubung. Ada kemungkinan bahwa beberapa individu atau kelompok masih enggan meninggalkan praktik-praktik lama yang bertentangan dengan nilai-nilai zona integritas.
Namun, saya percaya bahwa dengan komitmen yang kuat dari semua pihak, perubahan ini dapat terwujud. Zona Integritas (ZI) bukan hanya tentang dokumen atau indikator, tetapi tentang membangun dunia akademik yang lebih adil, transparan, dan bermartabat.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, saya mengingatkan diri saya sendiri dan Civitas akademika FKIP, bahwa profesionalisme sejati bukan hanya tentang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, tetapi juga tentang membawa nilai-nilai integritas ke dalam setiap aspek kehidupan akademik. Ini adalah panggilan hati, bukan sekadar kewajiban. Semoga langkah besar yang telah diambil oleh FKIP Universitas Jember dapat membawa perubahan yang revolusioner, dan bersama-sama kita dapat membangun dunia akademik yang lebih baik.
Terimakasih FKIP Universitas Jember, 27 Desember 2024