Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Sastra dan Pariwisata dalam Sektor Ekonomi
13 Juli 2023 19:25 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Roma Kyo Kae Saniro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika mendengar kata sastra, orang-orang hanya akan berpikiran bahwa sastra merupakan segala hal yang berbau dengan imajinasi dan keindahan kata-kata yang dituangkan melalui tulisan, seperti puisi, cerpen, novel, atau drama. Namun, hal itu sebenarnya adalah anggapan tradisional.
ADVERTISEMENT
Pada masa kini, sastra berkembang dan mengikuti perkembangan zaman, begitu pun pendekatan keilmuan. Sastra hadir bersama keilmuan baik yang serumpun maupun tidak serumpun untuk memecahkan kompleksitas masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan cara konvensional melalui pendekatan disipliner tunggal. Dalam banyak kasus, masalah yang kompleks melibatkan faktor-faktor yang saling terkait dari berbagai bidang ilmu.
Dengan menggunakan pendekatan intradisipliner, peneliti dapat memanfaatkan keahlian dan perspektif dari berbagai disiplin ilmu untuk menganalisis masalah secara holistik. Seperti yang diungkapkan oleh Putra (2019) dalam artikelnya yang berjudul “Sastra Pariwisata: Pendekatan Interdisipliner Kajian Sastra dan Pariwisata” sastra dan pariwisata merupakan keilmuan intradisipliner yang sangat terbuka untuk melahirkan pendekatan baru (sastra pariwisata).
Sastra pariwisata hadir sebagai salah satu penyelesaian kemunculan bentuk sastra yang adaptif melalui universe yang beragam, khususnya pariwisata. Sastra pariwisata (literary tourism) berfokus pada literary places yang bertujuan untuk mempromosikan potensi tempat penyelenggaraan sebagai festival untuk menaikkan aspek perekonomian melalui gabungan sastra dan pariwisata. Indonesia telah menyelenggarakan berbagai event sastra, seperti Ubud Writers and Reader Festival (UWRF), Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF), dan Temu Penyair Asia Tenggara (TPAT).
ADVERTISEMENT
Event sastra, salah satunya festival yang menggabungkan elemen-elemen sastra dan pariwisata untuk menghadirkan pengalaman yang unik dan mempromosikan keindahan budaya dan destinasi wisata. Tidak hanya sebagai inti dari kegiatan sastra, event sastra tetapi juga sebenarnya sebagai promosi pariwisata tempat-tempat penyelenggaraan, baik tempat yang sudah populer sebelumnya maupun belum.
UWRF diselenggarakan di Bali dan BWCF di Borobudur yang sudah menjadi objek wisata terkenal. Namun, TPAT diselenggarakan di Padang Panjang, Sumbar yang tempat pariwisata tersebut mungkin hanya diketahui masyarakat sekitar Sumatera saja. Namun, penyelenggaraan event sastra mampu untuk mempromosikan Padang Panjang kepada masyarakat Indonesia melalui partisipasi peserta dan tamu undangan dalam kegiatan tersebut.
Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 15 koresponden yang turut serta dalam kegiatan TPAT II tahun 2022, kuesioner menunjukkan bahwa event sastra mampu sebagai pemantik masyarakat untuk mengunjungi kota Padang Panjang, terutama masyarakat di luar Sumatera Barat atau Pulau Sumatera.
ADVERTISEMENT
Kuesioner tersebut pun menunjukkan bahwa TPAT II menjadi sebuah promosi Kota Padang panjang karena masyarakat mengikuti kegiatan ini karena kegiatan dan tempatnya yang menarik. Event sastra dan pariwisata ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antara sastra, budaya, dan pariwisata. Mereka juga mendorong apresiasi terhadap warisan budaya, meningkatkan kesadaran akan destinasi wisata, dan menciptakan pengalaman yang menginspirasi bagi pengunjung dan peserta.
UWRF, BWCF, TPAT telah dilaksanakan berulang. Hal ini menunjukkan bahwa event sastra mampu menarik perhatian masyarakat luas. Event sastra yang diselenggarakan bertaraf internasional menjadi sebuah promosi tempat yang berpotensi sebagai pariwisata Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dr. Sulaiman Juned, S.Sn., M.Sn. sebagai ketua dewan pengarah dan salah satu dari tiga kurator TPAT II, TPAT II merupakan promosi Kota Padang Panjang. Event sastra pun mampu untuk membuka peluang ekonomi lainnya. Ubay Dillah Al Anshori selaku ketua panitia TPAT II mengungkapkan bahwa adanya dampak pada sektor ekonomi dari kegiatan ini. Contohnya adalah homestay di Kubu Gadang yang dijadikan sebagai penginapan peserta dan tamu. Panitia TPAT II menyewa 25 homestay yang merupakan rumah warga.
ADVERTISEMENT
Tentunya, penyewaan rumah warga tersebut memberikan dampak positif kepada masyarakat setempat. Selain itu, makanan para peserta selama kegiatan berlangsung dimasak oleh ibu-ibu asli Padang Panjang. Baju dan tas yang digunakan selama kegiatan berlangsung demikian bekerja sama dengan masyarakat Padang Panjang. Artinya, dana yang dikeluarkan Pemerintah Kota Padang Panjang umumnya kembali lagi ke masyarakat Padang Panjang itu sendiri.
Masyarakat setempat pun diizinkan untuk berjualan seperti bazar dan diatur oleh panitia dengan cara menggunakan alat tukar uang kayu yang disediakan oleh panitia kegiatan. Bazar ini membuka peluang peningkatan penjualan masyarakat setempat. Hasil kuesioner menunjukkan sekitar 85% orang peserta ingin datang kembali TPAT II karena tempatnya di Kota Padang Panjang. Hal ini menandakan bahwa event sastra mampu memberikan kesan baik kepada peserta.
ADVERTISEMENT
Event sastra yang diadakan di destinasi wisata dapat meningkatkan daya tarik kunjungan wisatawan. Para pengunjung yang tertarik pada sastra akan datang ke acara tersebut dan pada saat yang sama dapat menikmati pesona dan keindahan destinasi tersebut. Event tersebut juga dapat menarik wisatawan yang sebelumnya tidak mempertimbangkan destinasi tersebut.
Oleh karena itu, penyelenggaraan event sastra memberikan kontribusi penting bagi sektor perekonomian melalui pariwisata tempat penyelenggaraan (literary places) sehingga dibutuhkan sinergisitas dari berbagai pihak, baik pemerintah, pihak terkait, maupun masyarakat untuk menciptakan event sastra lainnya.
*Artikel ini merupakan salah satu luaran hasil penelitian riset dosen pemula yang dibiayai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas.