Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apakah Gunung Api Lereboleng pernah Erupsi pada Tahun 2003?
23 Juni 2021 23:50 WIB
·
waktu baca 6 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:10 WIB
Tulisan dari Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fakta Geologis dan Misteri Letusan Gunung Lereboleng
ADVERTISEMENT
Haloo Sobat Gunung. Hari ini sobat Gunung akan diajak lebih kritis dalam membahas fakta menarik seputar Gunung Lereboleng. Sobat gunung tahu tidak? Gunung api Lereboleng merupakan gunung api kala Holosen yang paling timur di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Jadi, sobat gunung sebagai salah satu gunung api di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Gunung Lereboleng memiliki bermacam misteri dan juga catatan sejarah pengamatan yang kontroversial. Mari simak fakta menarik berikut!
ADVERTISEMENT
Gunung api Lereboleng merupakan salah satu dari empat gunung api di Kabupaten Flores Timur. Tiga gunung api lainnya yaitu Gunung Lewotobi Perempuan, Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Daratan dan Gunung Ile Boleng di Pulau Adonara.
Secara administratif Gunung Lereboleng terletak di Desa Lewokluok, Kecamatan Demon Pagong, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Sedangkan, Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lereboleng berada di Desa Dun Tana Lewoingu, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT. Jarak Gunung Lereboleng dengan PGA Lereboleng sekitar 3 km ke arah selatan. Apabila sobat gunung berada di PGA Lereboleng, sobat gunung dapat singgah ke Desa Leroboleng sekitar 1 km ke arah barat laut. Gunung api Lereboleng memang dinamakan sesuai dengan penamaan Desa Leroboleng ini.
ADVERTISEMENT
Gunung Lereboleng merupakan nama resmi yang dicatat oleh PVMBG, namun nama desa resminya adalah Desa Leroboleng. Sebagai informasi, Gunung api Lereboleng dinamakan juga sebagai Gunung Leroboleng (pengakuan Internasional) atau Lewono. Desa Leroboleng merupakan salah satu desa yang masih melestarikan budaya adat Leworook yang biasanya diselenggarakan pada bulan September.
Geologi Gunung Api Lereboleng
Kompleks Gunung api Lereboleng (1117 mdpal) merupakan Gunung Api Strato dengan ciri khas erupsi celah (fissure). Gunung Lereboleng diklasifikasikan sebagai Gunung api Tipe A di Indonesia. Tatanan tektonik Gunung api Lereboleng zona Subduksi dengan jenis batuan utama andesit hingga basaltic andesit.
Puncak Gunung Lereboleng berisi 29 kawah (bekas lubang erupsi), kawah-kawah ini berbentuk memanjang yang dikontrol oleh enam rekahan, atau biasa disebut erupsi celah (Fissure), dua kawah diantaranya berisi danau. Satu kubah lava kecil terbentuk dalam salah satu kawah.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar kawah berasal dari tiga rekahan tiga lainnya berarah utara ke selatan. tepat di sebelah timur puncak gunung api. Kawah Ili Gelimun yang berdiameter 270 meter merupakan kawah terbesar, kawah ini terletak di sebelah tenggara puncak dan mengalirkan aliran lava dari erupsi samping sisi selatan yang lebih rendah. Tiga rekahan lainnya membentuk pola radial (melingkar) terhadap puncak. Sebagian besar kawah tersebut berukuran kecil dengan diameter antara 12 hingga 100 meter.
Morfologi Gunung api Lereboleng dan sekitarnya dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi, yaitu Satuan Morfologi Kerucut Lereboleng Muda, Satuan Morfologi Lereboleng Tua, dan Satuan Morfologi Perbukitan Gunungapi Tua.
Berdasarkan batuan penyusun, kompleks Gunung Lereboleng dipisahkan dalam empat kelompok batuan vulkanik utama, yaitu batuan Endapan Pra Lereboleng, Endapan Lereboleng Tua, Endapan Pra Lereboleng Muda, dan Endapan Lereboleng Muda. Secara umum batuan penyusun tersebut berupa lava jenis andesitik. Lava yang dihasilkan oleh Gunung Lereboleng adalah andesit piroksen berkomposisi hornblende dan biotit.
ADVERTISEMENT
Sejarah Pengamatan Gunung Lereboleng versi PVMBG
Berdasarkan Data Dasar Gunung Api Indonesia Revisi Kedua (2011). Sejarah pengamatan Gunung Lereboleng terjadi sebanyak tiga kali pada abad ke-19, yaitu pada tahun 1873, 1876 dan 1881. Periode erupsi yang pertama pada tahun 1873 terjadi di Area Burak (Kawah XXIV), ketika itu erupsi mengeluarkan kolom abu disertai lemparan batu. Periode erupsi yang kedua terjadi tiga tahun berselang, sekitar tahun 1876 di Kawah XXVI area Burak. Periode erupsi yang terakhir dalam catatan terjadi pada tahun 1881 di Kawah XXVII area Burak. Ketiga periode erupsi ini masing-masing memiliki Skala Eksplosivitas 2. Selang waktu istirahat terpendek aktivitas Gunung Lereboleng yang tercatat dalam sejarah adalah 3 - 5 tahun yaitu dari erupsi pertama hingga erupsi ketiga, sedangkan terpanjang belum diketahui. Karakter erupsi Gunung Lereboleng dilihat dari sejarah erupsinya adalah eksplosif dengan material erupsi berupa abu dan bom vulkanik.
Aktivitas Gunung Lereboleng pada Awal Abad ke-21
ADVERTISEMENT
Bukan sulap bukan sihir. Sobat Gunung perlu tahu. Pusat Pelaporan Abu Vulkanik Darwin (Darwin Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC)) pernah membuat laporan pada bulan Juli 2003 tentang erupsi Gunung Lereboleng. Kronologi Laporan Tersebut Sebagai Berikut!
Kejadian ini bermula, ketika Darwin VAAC memberikan serangkaian laporan dari pilot di Leroboleng. Konfirmasi dari pengamat di lapangan sedang menunggu. Pada pukul 10:38 WITA Tanggal 26 Juni 2003 Seorang penerbang melaporkan melihat gumpalan abu naik ke ketinggian ± 1,8 km. Seorang awak pesawat memberi laporan bahwa aktivitas itu tampaknya meningkat.
Nah, yang menarik sobat gunung, Darwin VAAC menulusuri kejadian tersebut pada citra satelit, dan hasilnya Abu tidak terlihat di Citra Satelit. Setelah kejadian tersebut pada Pukul 16:06 WITA Tanggal 14 Juli 2003, terdapat laporan lain menyatakan bahwa gumpalan abu terlihat di atas Lereboleng di ketinggian ~2,5 km. Lagi-lagi pada saat itu, Darwin VAAC, mengecek citra satelit, dan hasilnya abu tidak terlihat pada citra satelit. Darwin VAAC melaporkan ke Direktorat Vulkanologi Indonesia, namun pada saat itu personel Direktorat Vulkanologi tidak dapat mengamati gunung berapi tersebut. Pada tanggal 29 Juli Pukul 09:00 WITA, Darwin VAAC menduga terjadi erupsi yang berlangsung selama 10 menit dan mengirimkan awan abu ke ketinggian ~7,3 km. Yang menjadi menarik adalah laporan yang terakhir ini ditangkap oleh Global Volcanism Program sebagai erupsi terakhir Gunung api Lereboleng.
ADVERTISEMENT
Apa sih Darwin VAAC ini Sobat Gunung? Singkatnya, VAAC terbentuk oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (The International Civil Aviation Organization (ICAO)) dan masalah Penerbangan lainnya mengakui perlunya memberi tahu penerbang tentang bahaya vulkanik. Untuk itu, sembilan Pusat Pelaporan Abu Vulkanik didirikan. Pusat-pusat ini ditugaskan untuk memantau gumpalan Abu Vulkanik di wilayah udara yang ditugaskan melalui pelaporan dan citra satelit yang ada.
Ada Sembilan VAAC di permukaan bumi, nah salah satunya Darwin VAAC yang mencakup Wilayah Informasi Penerbangan Indonesia, Filipina bagian Selatan, dan Papua Nugini. Yang menjadi menarik adalah Negara Australia tidak memiliki Gunung api aktif sama sekali. Kemajuan teknologi yang dimiliki sejak dulu kala menjadi modal penting Australia menjadi pusat pelaporan abu vulkanik bagi penerbangan.
ADVERTISEMENT
Laporan penerbang tentang abu vulkanik merupakan bagian penting dalam keselamatan penerbangan di seluruh permukaan bumi. Hal ini karena abu vulkanik sangat berbahaya bagi operasi penerbangan. Lalu lintas pernerbangan Indonesia, yang terbagi menjadi dua yaitu, Jakarta FIR dan Ujung Pandang FIR, memiliki rata-rata 10.000 penerbangan per hari.
Laporan pilot dan observasi Darwin VAAC kerap kali tidak sinkron dengan keadaan lapangan. Bahkan pada tahun 2018 pernah dilaporkan terjadi erupsi di Gunung Salak. Laporan ini ternyata tidak benar dan kemudian di tarik kembali, Pada saat itu, PVMBG dan BNPB mengklarifikasi kepada masyarakat dengan apik. Bagaimana menurut Sobat Gunung, apakah percaya atau tidak dengan laporan pilot yang dikirimkan ke Darwin VAAC pada tahun 2003 tersebut?
ADVERTISEMENT
Tulis pendapat kalian di Kolom komentar ya!
Kawasan Rawan Bencana dan Kondisi Terkini Gunung Lereboleng
Sekarang ini aktivitas Gunung Lereboleng berstatus Normal. Apabila terjadi peningkatan di masa yang akan datang, maka Kawasan Rawan Bencana Gunung Lereboleng yang perlu diwaspadai terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu:
PVMBG merekomendasikan Masyarakat di sekitar Gunung Lereboleng dan wisatawan agar jangan beraktivitas atau berlama - lama di dalam kawah dan jangan mendekati lubang tembusan gas untuk menghindari bahaya gas beracun
ADVERTISEMENT
Terima kasih buat Sobat Gunung yang sudah membaca ya! Jangan lupa Like, Komen dan Share!
ADVERTISEMENT
Referensi
Global Volcanism Program, 2013. Leroboleng (264200) in Volcanoes of the World, v. 4.10.0 (14 May 2021). Venzke, E (ed.). Smithsonian Institution. Downloaded 23 Jun 2021 (https://volcano.si.edu/volcano.cfm?vn=264200). https://doi.org/10.5479/si.GVP.VOTW4-2013
Kemmerling G L L, 1929. Vulkanen van Flores. Vulk Seism Meded Dienst Mijnw Ned-Indie, 10: 1-138.
Kusumadinata K, 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Bandung: Volc Surv Indonesia, 820 p.
Neumann van Padang M, 1951. Indonesia. Catalog of Active Volcanoes of the World and Solfatara Fields, Rome: IAVCEI, 1: 1-271.
PVMBG, 2014. Gunung Lereboleng. Sumber URL: https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/487-lewono-leweno-lewero-leworoh-ili-burak
PVMBG, 2021. Laporan Aktivitas Gunung Lereboleng. Sumber URL: https://magma.esdm.go.id/v1/gunung-api/laporan/165080?signature=d8e03655686c7f6292adb247040622ec7084c97f593ea5c2ba1e0a120d64aba8