Konten dari Pengguna

Mahasiswa dan Problematika Circle Pertemanan Dunia Kampus

Rosalia Rakhimatu Tsania
Saya adalah mahasiswa semester dua Universitas Airlangga program studi Teknologi Radiologi Pencitraan
29 Mei 2023 13:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rosalia Rakhimatu Tsania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tidak dapat dimungkiri manusia saling membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sekalipun dia memiliki pekerjaan yang menjanjikan, status sosial yang tinggi, dan harta yang melimpah sekalipun, pada hakikatnya mereka akan selalu membutuhkan bantuan orang lain.
ADVERTISEMENT
Itulah sebabnya manusia disebut juga sebagai makhluk sosial. Baik anak-anak, remaja, dewasa, bahkan lansia, mereka semua membutuhkan seseorang untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi.
Setiap tingkatan usia seseorang itu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya anak-anak membutuhkan kasih sayang orang tua, remaja membutuhkan teman untuk berbagi cerita, dan orang dewasa mengharapkan memiliki pasangan yang setia.
Kehidupan remaja saat ini tidak dapat dipisahkan dengan lingkaran pertemanan atau biasa disebut dengan circle. Circle bisa diartikan sebagai sebuah pertemanan yang terdiri dari tiga hingga mungkin delapan orang di mana mereka bisa terbentuk karena mereka merasa memiliki hobi, kesukaan dan tujuan yang sama.
Pengaruh circle pertemanan ini sangatlah besar terutama bagi kalangan mahasiswa. Kenapa demikian? Sebab, hal tersebut dapat mempengaruhi kebiasaan, cara berpikir, sikap, dan perilaku mahasiswa.
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Circle yang mempunyai kebiasaan baik secara tidak langsung akan membuat seseorang melakukan hal baik juga. Misalnya ketika ada kuliah pagi, jika ada suatu individu dalam kelompok tersebut berangkat lebih awal, maka individu lainnya cenderung akan melakukan hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Selain itu misalnya saat dosen memberikan tugas kuliah tetapi tugas tersebut memiliki deadline yang cukup lama. Lalu ada salah satu individu dalam kelompok tersebut yang mengerjakan tugas itu di awal waktu maka teman yang lainnya juga akan mengikuti perilaku tersebut. Inilah yang disebut dengan circle pertemanan yang positif.
Suatu circle bisa dikatakan positif jika circle tersebut bisa membuat kita memiliki karakter yang lebih baik, bisa membuat diri kita berkembang, bisa menjadi support system jika kita sedang memperjuangkan mimpi, bisa membuat kita bahagia dan nyaman berada di lingkungan itu, bisa menghargai privasi kita, serta bisa menerima kekurangan dan kelebihan diri kita.
Sayangnya tidak semua circle pertemanan dalam dunia kampus atau perkuliahan itu baik. Banyak juga mahasiswa yang masuk dalam circle pertemanan negatif dan lebih parahnya lagi mereka tidak menyadari bahwa mereka masuk dalam circle yang salah.
ADVERTISEMENT
Misalnya ada individu dalam suatu circle yang memiliki kebiasaan malas-malasan masuk kuliah. Kemudian dia mengajak temannya dalam circle itu untuk bolos kuliah dengan embel-embel “toh, masih ada jatah absen tiga kali”, maka individu yang lain akan terpengaruh oleh pemikiran tersebut sehingga ia menganggap hal itu merupakan tindakan yang dibenarkan.
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Contoh lain, misalnya seorang mahasiswa dalam suatu circle yang malas mengerjakan tugas dan malah memilih menggunakan jasa joki tugas karena tugas yang sangat menumpuk. Tanpa disadari kebiasaan buruk itu akan sedikit menempel pada teman circle-nya. Teman yang lainnya pun akan berpikir “aku pakai jasa joki tugas saja, lah, biar tugasku cepat selesai”.
Itulah dampak buruk dari circle pertemanan yang negatif. Circle pertemanan seperti ini dapat membuat seseorang sulit berkembang menjadi lebih baik. Apabila mayoritas mahasiswa saat ini mempunyai karakter buruk dikarenakan terjebak dalam circle pertemanan negatif maka akan jadi seperti apa negara kita ke depannya. Padahal mahasiswalah yang menjadi kunci suatu negara dapat berkembang.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa mahasiswa menganggap mempunyai circle dalam dunia perkuliahan itu penting dan ada juga sebaliknya. Seorang mahasiswa menganggap circle penting karena ia merasa circle itu merupakan tempat untuk berbagi cerita, bertanya, berkeluh-kesah, tempat untuk berbagi segala info tentang perkuliahan, dan tempat belajar bersama. Namun ada juga yang beranggapan bahwa circle itu tidak terlalu penting.
Ada berbagai alasan kenapa mahasiswa berpendapat bahwa circle itu tidak terlalu penting. Karena dengan adanya circle seolah-olah membuat dia harus mengikuti “rules” di circle tersebut dalam artian tidak bisa berbuat bebas.
Selain itu tidak punya circle akan menyelamatkan dompet mahasiswa rantau karena dia tidak perlu memikirkan iuran perayaan ulang tahun dan kado untuk setiap anggota circle-nya.
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Tidak memiliki circle juga dapat meminimalisasi terlibat drama yang tidak jelas, dapat menurunkan kecemasan karena harus memikirkan jadwal ngumpul, dapat terhindar dari diskusi perihal tempat makan yang sering kali sulit menemukan titik tengah dan masih banyak alasan lainnya.
ADVERTISEMENT
Jadi mempunyai circle dalam dunia perkuliahan itu penting atau tidak? Hal itu kembali ke diri masing masing, apakah dengan adanya circle itu bisa membuat diri kita lebih baik atau malah sebaliknya.
Maka berhati-hatilah dalam memilih circle pertemanan. Pilihlah circle pertemanan yang dapat membuat dirimu berkembang dan termotivasi menjadi lebih baik, bukan malah membuatmu jatuh ke dalam jurang keburukan.