Conte, Chelsea, dan Jalan Menuju Kesempurnaan

26 Mei 2017 19:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Conte, Special One baru di Stamford Bridge. (Foto: Reuters/John Sibley)
zoom-in-whitePerbesar
Conte, Special One baru di Stamford Bridge. (Foto: Reuters/John Sibley)
Antonio Conte menjadi sosok yang paling bahagia saat Chelsea menumbangkan West Bromwich Albion, 13 Mei 2017 lalu. Ketika konferensi pers-nya diganggu oleh David Luiz dan Diego Costa, Conte juga jadi orang yang paling lantang tertawa saat anak asuhnya menyiram bir ke wajahnya.
ADVERTISEMENT
Kegembiraan Conte sebenarnya patut diwajarkan. Lewat peluh dan waktu yang ia luangkan, pria Italia itu berhasil membawa Chelsea, kesebelasan yang pada musim lalu terombang-ambing, mengakhiri musim ini dengan status juara Premier League.
Conte memang pantas bahagia. Dengan wajah sedikit penat usai Tim Nasional Italia asuhannya gagal di Piala Eropa 2016 gagal, dia langsung berangkat ke Cobham Training Centre, untuk menyiapkan segala persiapan jelang dimulainya pra-musim.
Pilihan tersebut akhirnya tak keliru. Sempat canggung pada awal musim, dengan hanya menorehkan 10 poin dari enam laga, Chelsea akhirnya menutup musim dengan sebuah gelar istimewa, sebuah gelar yang terakhir kali mereka dapatkan dua tahun silam.
Lewat gaya 3-4-2-1, yang dia diskusikan dengan Roman Abramovich pada suatu jamuan makan siang di Cobham, Chelsea menunjukkan bahwa mereka masih bertaji. Di balik gelar juara, The Blues juga membuat 13 kemenangan beruntun, yang sekaligus memecahkan rekor lama.
ADVERTISEMENT
Lewat pendekatannya, nama-nama seperti John Terry, Cesc Fabregas, Willian Borges, mau menerima nasib untuk hanya menjadi pelapis. Dia juga berhasil mengubah tindak-tanduk David Luiz untuk berubah menjadi bek tangguh serta N’Golo Kante untuk mendarat di sebelah barat London.
Lewat kecermatannya, Chelsea membukukan sebuah keuntungan fantastis. Tidak hanya gelar dan pundi-pundi keuntungan, tetapi juga uang tunai senilai 92,1 juta poundsterling dari hasil penjualan pemain di dua bursa transfer.
Conte berpelukan dengan Ake. (Foto: Reuters/Hannah McKay)
zoom-in-whitePerbesar
Conte berpelukan dengan Ake. (Foto: Reuters/Hannah McKay)
Fakta-fakta di atas memang membanggakan. Tetapi ingat, Chelsea juga tak lepas dari beragam masalah. Salah satu yang paling kentara adalah kedalaman skuat,. Chelsea boleh memiliki skuat juara, tetapi di balik mereka: siapa yang bisa diandalkan?
Ya, perlu diingat juga bahwa musim ini, Chelsea hanya bermain di kompetisi domestik. Musim depan, mereka akan disibukkan dengan Liga Champions. Jadi, sebetulnya mereka juga butuh perbaikan juga, bukan?
ADVERTISEMENT
Jadi, apa saja yang perlu dibenahi?
Sepanjang musim 2016/17, Chelsea hanya menurunkan 18 pemain. Dari 20 pemain dengan menit bermain terbanyak di Premier League musim ini, tiga pemain, yakni Cesar Azpilicueta, Gary Cahill, dan Thibaut Courtois, nangkring di dalamnya.
Masalah lain, Chelsea tak punya stok bek tengah berkualitas. Chelsea boleh jemawa memiliki Nathan Ake dan Kurt Zouma di daftar pemain cadangan, tetapi ingat, mereka masih belia dan masih ada waktu bagi mereka di masa depan. Keduanya, bisa saja jadi pemain andalan, tetapi keduanya juga bisa jadi bumerang.
Hal serupa terjadi pada beberapa pos. Semisal posisi Courtois, Eden Hazard, N’Golo Kante, dan Victor Moses. Jika mereka absen, siapa yang bakal mengisi posisi tersebut dan apa penggantinya mampu melakukan sama baiknya?
ADVERTISEMENT
Conte dan pemainnya merayakan gelar juara. (Foto: Carl Recine/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Conte dan pemainnya merayakan gelar juara. (Foto: Carl Recine/Reuters)
Terakhir, Chelsea bermasalah soal taktik. Anda ingat saat Chelsea tak menggunakan formasi 3-4-2-1? Ya, Chelsea jadi bulan-bulanan kesebelasan lain. Dengan formasi 3-4-2-1 yang sudah jadi makanan skuatnya, apakah Chelsea mampu tampil sama baiknya saat menggunakan formasi lain?
Lawan tentu tak akan selamanya bodoh. Ada waktu di mana mereka mencoba mematikan taktik yang digunakan oleh Conte dan anak asuhannya. Jika hal ini dilakukan, bukan tidak mungkin Chelsea akan kesulitan dan kembali mengalami musim yang suram.
Menjadi juara Premier League tidak akan membuat Chelsea tertawa. Justru sebaliknya, beban Chelsea semakin bertambah. Apalagi dengan bermain di Liga Champions, tugas Conte jelas akan semakin bertambah.
Chelsea tak hanya akan bertemu lawan yang secara kualitas dan kuantitas jauh di atas Chelsea, seperti Real Madrid, Barcelona, dan Bayern Muenchen, tetapi juga kesebelasan medioker, yang bisa menimbulkan kejutan jauh seperti yang dilakukan oleh kesebelasan Premier League.
ADVERTISEMENT
Jalan Antonio Conte di Chelsea memang baru seumur jagung. Namun, jika dia mampu mempertahankan prestasinya saat ini hingga musim depan, bukan tidak mungkin dia memang pantas disebut sebagai peramu asal Italia terbaik di Premier League.