Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kala Spalletti Menghidupkan Dzeko Kembali
17 Februari 2017 22:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
“Di Inggris, tekanan tidak datang terlalu besar. Sementara Roma hampir serupa dengan Bosnia, mereka tidak akan mengkritikmu, mereka akan menghinamu. Jadi saya sudah terbiasa dengan hal seperti itu.”
ADVERTISEMENT
Kalimat di atas adalah ungkapan Edin Dzeko seperti yang dikutip Il Messaggero tentang perbedaan perlakuan fans di Inggris dan Italia. Perlakuan yang kemudian menjadi pelecut bagi dirinya untuk kembali ke performa terbaiknya di musim ini.
Seperti diketahui, musim pertama Dzeko, yang dipinjam Roma pada musim 2015/2016 lalu dari Manchester City, jauh dari kata mentereng. Ia hanya menyarangkan 10 gol dari 39 penampilannya di semua ajang.
Sejatinya bukan hal yang mudah bagi Dzeko langsung nyetel dengan pola permainan Serie A. Apalagi sebelumnya ia belum pernah merumput di Italia. Ia hanya pernah mencicipi permainan di Bundesliga Jerman dan Liga Premier yang notabene tak serumit Serie A dari segi taktikal.
Padahal penampilannya di City tergolong cemerlang. Dzeko berhasil menyarangkan 72 gol selama lima musim dan sukses membawa rival sekota Manchester United itu meraih dua gelar Liga Premier.
ADVERTISEMENT
Namun, manajemen Roma masih menaruh harapan kepada Dzeko dan memutuskan untuk mempermanenkannya pada musim 2016/2017. Tapi tak hanya itu saja yang dilakukan oleh pihak klub. Kini Luciano Spalletti juga mengaplikasikan formasi baru dengan menempatkan Dzeko sebagai penyerang tunggal.
Roma sendiri telah mengalami perubahan formasi. Sebelumnya, l Gialorossi menerapkan pakem 4-3-3 dengan menaruh Daniele De Rossi sebagai gelandang bertahan. Miralem Pjanic serta Radja Nainggolan bermain lebih ke depan. Sementara Dzeko diapit oleh Stephan El Shaarawy atau Diego Perotti serta Mohamed Salah di sisi kiri dan kanannya.
Hasilnya tak buruk, Pjanic yang mengemban sebagai motor serangan sukses mencatatkan 10 gol dan 6 assist di Serie A. Sementara Salah dan El Shaarawy yang diplot menjadi senjata utama Roma saat itu berhasil menyarangkan total 22 gol. Bahkan Alessandro Florenzi yang mengisi pos full-back kanan, 7 kali membobol gawang lawan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi strategi 4-3-3 yang lebih memfokuskan pada serangan sayap itu memakan korban. Dzeko yang lebih difungsikan sebagai pemantul bola memang berhasil menyumbangkan 6 assist, namun dari jumlah gol terhitung minim, yakni hanya 8.
Untuk mengakali hengkangnya Pjanic dan tumpulnya Dzeko, Spalletti kemudian mengubah formasi dasar Roma menjadi 4-3-2-1 musim ini. Kembalinya Kevin Strootman dari cedera panjang juga menjadi salah satu alasan terkuat bagi pelatih berkepala pelontos itu untuk menggunakan dua gelandang bertahan.
Hal itu juga yang membuat pertahanan Roma menjadi jauh lebih kokoh musim ini. Kini, rata-rata mereka hanya kebobolan 0,87 gol per laga, lebih sedikit dibanding musim lalu dengan 1,07.
Sementara itu, Nainggolan didorong ke depan untuk bermain lebih agresif. Sementara kedua sisi sayap diisi oleh Perotti dan Salah yang bermain lebih ke belakang dibanding musim lalu. Selain diplot untuk mencetak gol, mereka juga ditugaskan untuk mengakomodir Dzeko sebagai bomber. Jika kedua winger gagal, Roma masih memiliki De Rossi serta Strootman yang mahir dalam urusan umpan.
ADVERTISEMENT
Racikan itu terbukti manjur. Di laga teranyar, Jumat (17/2/2017) dini hari WIB, pemain kelahiran Sarajevo itu berhasil mencetak hattrick saat timnya mencukur Villareal 4-0 di leg I babak 32 besar Liga Europa. Patut digarisbawahi, tiga gol yang dicetaknya berasal dari umpan lini sayap, seperti yang menjadi andalan Roma di musim ini.
Aksi tersebut sekaligus mengukuhkan keberhasilan Dzeko dengan selalu mencetak gol dalam tujuh laga secara beruntun. Total di musim ini Dzeko telah berhasil mengoleksi 28 gol dalam 30 yang dilakoninya di berbagai ajang. Tak hanya itu, ia juga terhitung rajin untuk memberikan kontribusi bagi rekan-rekannya dengan menyarangkan 7 assist.
Singkatnya, lini serang Roma musim ini mengandalkan Dzeko sebagai corong. Hal itu yang kemudian membuat pemain bertinggi badan 192 sentimeter itu kembali mencuat. Dzeko pun berutang budi kepada Spalletti yang berhasil mengembalikan ketajamannya.
ADVERTISEMENT