Membaca Kecocokan Diego Costa dengan AC Milan

13 Juni 2017 21:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masa depan Diego Costa masih belum menentu. (Foto: Stoyan Nenov/Reuters )
zoom-in-whitePerbesar
Masa depan Diego Costa masih belum menentu. (Foto: Stoyan Nenov/Reuters )
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
AC Milan merupakan salah satu kesebelasan paling sibuk di jendela transfer musim panas ini. Secara keseluruhan Rossoneri telah menggelontorkan hampir 100 juta euro untuk merekrut empat pemain dan masih berpotensi untuk bertambah lagi.
ADVERTISEMENT
Kalau boleh menyebut nama, satu pemain yang belakangan dikabarkan tengah diincar Milan adalah Diego Costa. Isu ini bertambah panas setelah Costa mengatakan bahwa ia sudah tidak lagi dibutuhkan oleh manajernya di Chelsea, Antonio Conte. Ironisnya, Costa merupakan bomber tersubur Chelsea di musim 2016/2017.
Milan sendiri membutuhkan figur target-man macam Costa. Milan memang sudah memiliki Carlos Bacca yang juga bisa memegang peran tersebut, tetapi Costa lebih komplet ketimbang penyerang asal Kolombia itu. Costa tak hanya andal dalam penyelesaian akhir, tetapi juga mampu menjadi pemantul dan ikut membantu membangun serangan. Selain berhasil mencatatkan 20 gol, eks-pemain Rayo Vallecano itu juga sukses menyumbang 7 assist di Premier League, keempat terbanyak di Chelsea.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana dengan Andre Silva? Sejatinya, pembelian Silva telah menutup kebutuhan Milan akan target-man modern. Silva berhasil menyarangkan 16 golnya dan 5 assist di Liga Portugal pada musim terakhirnya bersama FC Porto. Sama seperti Costa, ia juga tidak hanya bisa menjadi penyelesai peluang, tetapi juga menciptakan kans.
Namun, ada beberapa hal yang memungkinkan Costa dan Silva bisa berada dalam satu tim yang sama. Costa, yang berusia 28 tahun, terbukti lebih berpengalaman karena sudah pernah menjajal La Liga dan Premier League, berbeda dengan Silva (21 tahun) yang baru pernah menjajal Liga Portugal. Costa bisa menjadi opsi jika Milan membutuhkan seorang striker berpengalaman, sementara Silva menjadi pelapisnya.
ADVERTISEMENT
Di luar itu, Silva juga bisa dimainkan sebagai gelandang serang ataupun penyerang sayap sebelah kanan. Dengan demikian, amat memungkinkan memainkan Costa dan Silva secara bersamaan.
Kemungkinan besar Vicenzo Montella masih akan menerapkan formasi 4-3-3 musim depan. Salah satu indikatornya adalah Sumber Daya Manusia (SDM) sayap mereka yang melimpah. Deretan pemain seperti Giacomo Bonaventura, Gerard Deulofeu, Lucas Ocampos, dan Suso merupakan pemain yang fasih beroperasi di sisi sayap. Pembelian Ricardo Rodriguez juga jadi pertanda jika Milan ingin memperkuat serangannya dari sayap.
Diego Costa merayakan gol yang dicetaknya. (Foto: Darren Staples/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Diego Costa merayakan gol yang dicetaknya. (Foto: Darren Staples/Reuters)
Berbicara mengenai skema serangan sayap, Costa adalah figur yang ideal sebagai penyerang tengah dalam formasi 4-3-3 atau 3-4-3 di Chelsea.
Di samping itu, agresivitas sisi sayap Milan saat ini tak jauh beda dengan Chelsea. Sebut saja Suso yang telah mengemas 7 gol dan 9 assist di musim lalu serta Duelofeu dengan 4 gol dan 3 assist. Memang tak semewah Eden Hazard ataupun Pedro Rodriguez di Chelsea, tapi setidaknya skema semacam itu bukan hal yang asing bagi Costa.
ADVERTISEMENT
Tentu tak hanya sisi sayap yang akan membuat Costa merasa nyaman di San Siro. Kedatangan Franck Kessie makin mempertajam agresivitas lini kedua Milan, baik itu dalam bentuk pemanfaatan peluang maupun dalam membantu lini depan.
Kabar baiknya, Mario Pasalic, yang tampil ciamik pada musim 2016/2017, juga masih akan bertahan di Milan. Bisa dibayangkan betapa agresifnya Milan musim depan. Satu lagi, dan ini sesungguhnya bersifat non-teknis, kultur sepak bola di Italia juga cocok dengan Costa. Aksi drama teatrikal yang terkadang memancing emosi lawan bisa jadi senjata ampuh di Serie A.
Jika faktor dana tak jadi kendala Milan, Costa bisa saja direkrut Rossoneri untuk menjadi striker utama sekaligus berjaga-jaga bila Silva lambat dalam beradaptasi. Lagipula, musim depan Milan akan tampil di Liga Europa yang praktis menuntut kedalaman skuat yang mumpuni.
ADVERTISEMENT