Konten dari Pengguna

Ketika Simulasi Perang Nuklir India-Pakistan Hampir Jadi Nyata

Nurus Syamsi
Aktivis Politik dan Demokrasi, Pengurus Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Jawa Timur Periode 2021-2023 & Periode 2024-2026. Dewan Pengurus Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia Provinsi Jawa Timur Periode 2021-2025.
9 Mei 2025 17:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurus Syamsi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Perang Nuklir India-Pakistan. Sumber: ChatGPT
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Perang Nuklir India-Pakistan. Sumber: ChatGPT
ADVERTISEMENT
Studi simulasi perang nuklir antara India dan Pakistan yang dipublikasikan dalam Bulletin of the Atomic Scientists (2019) berjudul: Nuclear War Between India and Pakistan: An Unimaginable Tragedy menggambarkan skenario mengerikan yang bisa terjadi jika kedua negara ini terlibat konflik nuklir. Hasil penelitian ini memprediksi korban jiwa mencapai 50-125 juta orang dalam hitungan hari, diikuti dampak iklim global nuclear winter yang bisa memicu kelaparan massal di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Yang mengejutkan, skenario ini sangat mirip dengan ketegangan terkini antara India dan Pakistan, terutama setelah serangkaian konflik di Kashmir, pembaruan doktrin nuklir kedua negara, serta meningkatnya polarisasi geopolitik global. Lalu, bagaimana bisa hasil studi ini terlihat sangat akurat?
Apakah itu adalah sebuah ramalan yang jadi nyata? Jawabannya tentu bukan, ia merupakan sebuah peringatan berbasis data. Studi tersbeut mengasumsikan konflik dimulai dari serangan teroris di India yang memicu respons militer, lalu berujung pada pertukaran nuklir terbatas. Pola ini persis seperti serangan Pulwama (2019) yang hampir memicu perang terbuka.
Di sisi lain, Pakistan terus memperluas arsenal nuklirnya dengan senjata taktis (low-yield), sementara India mengembangkan sistem rudal seperti Agni-V yang mampu membawa hulu ledak MIRV. Mengakibatkan kedua negara tersebut kini memiliki lebih banyak opsi untuk serangan pertama (first-strike) atau pembalasan (second-strike).
ADVERTISEMENT
Selain itu, ketidakstabilan politik di kedua negara baik India (di bawah Modi) maupun Pakistan (dengan krisis ekonomi dan militer yang dominan) menunjukkan sikap yang semakin tidak kompromis. Sentimen nasionalis dan isu Kashmir tetap menjadi bara konflik yang mudah menyala.
Dr. M.V. Ramana (University of British Columbia), salah satu penulis studi, menyatakan bahwa risiko perang nuklir India-Pakistan saat ini lebih tinggi daripada selama Perang Dingin karena kurangnya mekanisme diplomasi krisis yang efektif.
Selain itu, George Perkovich (Carnegie Endowment) juga menekankan bahwa AS dan China, sebagai sekutu dekat Pakistan dan India, justru semakin memperumit situasi dengan rivalitas mereka sendiri dan kian mengurangi peluang mediasi.
Pada akhirnya, dapat kita pahami bahwa basil Studi berjudul: Nuclear War Between India and Pakistan: An Unimaginable Tragedy ; Bulletin of the Atomic Scientists (2019) bukan sebuah ramalan, tetapi peringatan berbasis data. Ketepatan prediksinya berasal dari tren geopolitik yang terus bergerak ke arah konfrontasi, bukan rekonsiliasi.
ADVERTISEMENT
Jika dunia tidak segera mengembalikan mekanisme kontrol senjata dan diplomasi preventif, skenario terburuk ini bisa menjadi kenyataan—bukan karena kehendak politik, tetapi karena kesalahan kalkulasi atau provokasi yang tak terkendali.