Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Dedi Dores, Akhirnya Jadi PNS
13 April 2021 10:31 WIB
Tulisan dari Rahman Tanjung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Peserta mengikuti Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) berbasis Computer Assisted Test (CAT) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Gor Arcamanik, Bandung. Foto: ANTARA FOTO/ M Agung Rajasa](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1580371608/axmf0hq7d7bcpahsh7da.jpg)
ADVERTISEMENT
Tahun 2003, selepas lulus kuliah sebagai Sarjana Ekonomi dari Universitas Jenderal Soedirman, sebenarnya saya tidak mempunyai keinginan khusus untuk bekerja di suatu tempat. Yang saya pikirkan setelah lulus kuliah, adalah bagaimana agar bisa segera dapat pekerjaan, di mana pun itu, yang penting kerja dulu, sehingga bisa membantu perekonomian kedua orang tua saya.
ADVERTISEMENT
Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Almarhum Ayah hanyalah seorang pedagang kecil yang menjual pakaian seperti kebanyakan “urang minang” lainnya yang dikenal pandai berdagang, sedangkan ibu hanyalah ibu rumah tangga biasa.
Sebenarnya waktu itu, almarhum Abak (panggilan ayah dalam Bahasa padang) punya keinginan agar anak laki-laki satunya ini bisa menjadi PNS dan tidak mengikuti jejaknya sebagai pedagang. Tapi jujur saja sih, saya bangga kok dengan beliau yang walaupun hanya sebatas pedagang kecil, tapi bisa menyekolahkan ketiga anaknya sampai ke bangku kuliah.
Bahkan sebelum saya mengambil kuliah jurusan Ekonomi, abak menyarankan saya untuk mengikuti seleksi masuk STPDN, sekolah ikatan dinas yang katanya langsung jadi PNS. Hanya saja waktu itu, ada satu hambatan, yaitu minus mata saya. Padahal beliau sampai berusaha mengantar saya berobat ke beberapa tempat, untuk menormalkan mata saya, tapi apa boleh buat, mungkin belum jodohnya.
ADVERTISEMENT
Hampir sebagian besar orang tua di Indonesia punya keinginan agar anaknya bisa menjadi PNS, dengan harapan menjadi PNS akan mempunyai jaminan masa tua yang menjanjikan. Namun tentunya tidak semudah itu, karena begitu ketatnya persaingan dari berbagai pelamar di seluruh Indonesia.
Menurut saya untuk menjadi PNS tentu tidaklah mudah, bahkan banyak selentingan-selentingan yang beredar kalau mau jadi PNS tidak cukup dengan nilai kuliah yang bagus atau kepintaran saja, tetapi harus siap-siap modal besar, seperti yang juga pernah disampaikan Bang Nurhadiansyah dalam tulisannya di kumparan.com berjudul Jadi CPNS Bayar Berapa?
Menunggu
Tak terasa sudah sekitar dua bulan setengah saja dari semenjak wisuda saya, dan faktanya waktu itu saya masih menganggur, belum juga mendapatkan panggilan kerja. Padahal sudah beberapa berkas lamaran kerja yang dikirimkan ke perusahaan-perusahaan di sekitar wilayah Karawang, Bekasi dan Jakarta.
ADVERTISEMENT
Menurut pendapat saya menunggu itu membosankan, mungkin anda juga sependapat dengan saya. Lowongan PNS yang diharapkan belum juga ada, padahal Abak sudah bela-belain membeli buku tentang soal-soal tes CPNS, “kamu baca-baca dulu aja, buat persiapan, siapa tahu sebentar lagi ada lowongan” ucap Abak mendukungku.
“bak, maafin Rahman ya, belum juga dapat kerjaan, apalagi jadi PNS” ucap saya lirih kepada Abak saat kami berdua di lapak dagangan sambil menunggu pembeli yang datang. Abak hanya tersenyum, sambil memegang pundak saya, beliau pun berkata sambil menguatkan, ”sabar ya nak, abak dan mamah kamu selalu doain kamu kok, dan yakin nanti kalau sudah waktunya pasti gak akan kemana!”
Memang masa “nganggur” yang saya jalani belum begitu lama jika dibandingkan orang lain, masih banyak mereka di luar sana yang sudah setahun atau bahkan lebih menganggur. Tapi yang membuat saya kesal dan juga bosan menunggu, tidak lain karena ada saja ucapan atau pertanyaan tetangga yang bertanya, ”kok anaknya belum kerja sih?”, “masa udah sarjana nganggur”, dan masih ada beberapa pertanyaan dari mereka yang terkadang membuat saya merasa sedih dan bersalah karena belum juga mendapatkan pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya di masa menunggu tersebut, saya tidak diam berpangku tangan saja. Selain mempelajari buku soal-soal tes CPNS yang dibelikan Abak, kemudian rajin mengirimkan berkas lamaran, saya juga kadang-kadang pergi ke warnet untuk mencari-cari siapa tahu ada lowongan PNS atau pekerjaan lainnya. Yang penting dalam menunggu tidak hanya berdiam diri saja.
Akhirnya datang juga, tapi ….
Ada sebuah ungkapan yang mengatakan, terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan.
Setelah kurang lebih selama empat bulan menganggur, akhirnya datang juga panggilan untuk mengikuti tes kerja di salah satu perusahaan penerbangan di Jakarta. Tentu saja saya sangat antusias, walaupun lowongan PNS belum juga ada, tapi kedua orang tua saya tetap mendukungnya.
ADVERTISEMENT
Kegagalan dapat membuat seseorang makin kuat, itu terjadi pada saya. Tak mau larut dalam kegagalan, saya terus berusaha untuk mencari pekerjaan. Sekitar Oktober 2003, rupanya Allah SWT mengabulkan doa saya dan saya diterima bekerja di salah satu cabang perusahaan swasta di Karawang yang merupakan anak perusahaan dari perusahaan rokok terbesar di Indonesia sebagai junior admin.
Alhamdulillah, dalam waktu sekitar tujuh bulanan, saya dipercaya untuk menjadi Kepala Gudang. Namun meskipun demikian, harapan untuk menjadi PNS itu masih tetap ada, harapan untuk membahagiakan orang tua dengan mewujudkan impiannya. Meskipun sebenarnya mereka cukup Bahagia melihat anaknya sudah bekerja.
Suatu ketika pernah saya menanyakan ke mereka, apakah mereka masih punya keinginan atau harapan anaknya bekerja menjadi PNS. Menanggapi itu semua, mereka hanya tersenyum sembari menjelaskan bahwa mereka sudah cukup senang melihat anaknya bekerja seperti sekarang. Adapun untuk menjadi PNS, biarlah waktu yang menjawabnya dan kalau pun ada kesempatan, mereka menyerahkan sepenuhnya pada saya, dengan tetap berdoa yang terbaik untuk anaknya.
ADVERTISEMENT
Saat itu, sekitar September 2004, sewaktu saya dan rekan-rekan sales mengobrol sambil beristirahat, tiba-tiba datang istri dari teman saya menghampiri kami dan meminta diantar suaminya untuk mengurus SKCK sebagai persyaratan untuk ikut tes PNS. Mendengar hal tersebut ada sedikit tanya di hati ini, “ya Allah apakah ini petunjuk-Mu?”.
Singkat cerita, di sela-sela kesibukan bekerja dan dengan dibantu oleh Abak, saya mengurus beberapa dokumen persyaratan untuk tes PNS tersebut. Abak terlihat begitu antusias membantu anaknya dan ibu dengan lembutnya selalu berkata, “ibu mah selalu doain yang terbaik buat kamu, kalau memang ada jodohnya, Insyaallah bisa”.
Dengan diiringi doa restu orang tua
Tanpa terasa dua hari lagi saya akan mengikuti tes PNS, yang waktu itu tesnya dilakukan secara tertulis, belum seperti sekarang yang tesnya melalui komputer secara online atau Computer Based Test.
Sebenarnya ada rasa ragu juga, apakah saya bisa lolos dan menjadi PNS, karena waktu itu formasi PNS untuk S1 jurusan Manajemen hanya tersedia dua posisi saja, sedangkan dari informasi yang saya tahu, ada sekitar 260-an lebih peserta yang mendaftar, belum lagi adanya kabar burung bahwa kalau mau lulus PNS harus ada sejumlah uang yang jumlahnya cukup banyak bagi saya dan orang tua. Namun, baik abak ataupun ibu terus menguatkan dan memotivasi, bahwa mereka selalu mendoakan yang terbaik untuk anaknya dan percaya bahwa Allah pasti tahu yang terbaik buat umat-Nya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya tiba juga waktunya, hampir sekitar 4 jam saya bersama sejumlah peserta lainnya mengikuti tes PNS di sebuah Gedung SMA swasta di Karawang. Ada yang sangat percaya diri, ada yang pesimis dan ada yang hanya bisa pasrah dan menyerahkan semua pada sang kuasa, termasuk saya. Karena seperti yang pernah orang tua saya katakan, Allah swt pasti tahu yang terbaik bagi umatnya.
Saya teringat akan sebuah hadis Rasulallah SAW, yang bila tidak salah artinya adalah: "Ridho Allah terletak pada ridho kedua orangtua, kemurkaan Allah terletak pada kamarahan kedua orangtua". Hadis tersebut menguatkan saya dalam menunggu hasil tes PNS yang telah berlalu, toh andaipun tidak lulus, saya masih bekerja.
Waktu itu sekitar November 2004, saya tidak ingat lagi tanggalnya, Abak menelepon dan meminta saya untuk pergi ke kompleks kantor Pemda Karawang saat jam istirahat kerja nanti, karena ada kabar tentang pengumuman hasil tes PNS.
ADVERTISEMENT
Saat jam istirahat dan selesai menunaikan salat Zuhur, saya pun bergegas menuju ke kompleks kantor Pemda. Ya Allah, hati ini berdebar-debar, apakah saya lulus atau tidak, bagaimana nanti kalau tidak lulus, mungkin akan mengecewakan abak dan mamah, perasaan dan pertanyaan itulah yang berkecamuk dalam pikiran sembari mengendarai motor menuju pemda.
Setibanya di sana, saya lihat banyak orang berkerumun di depan gerbang Pemda, rupanya pengumuman kelulusan tes PNS ditempel di sana. Sambil berdebar, was-was dan perasaan lain yang campur aduk serta tidak lupa mengucap basmalah, saya bergegas ke arah kerumunan orang-orang yang sedang melihat pengumuman tersebut.
Masya Allah, saya seolah tak percaya, nama saya terpampang di urutan kedua sebagai peserta tes yang dinyatakan lulus PNS untuk formasi S1 jurusan Manajemen. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, akhirnya saya bisa lulus juga. Dengan perasaan haru, bangga dan seolah masih tak percaya, saya menelepon abak untuk mengabarkan bahwa anaknya diterima menjadi PNS.
ADVERTISEMENT
Di ujung handphone, abak dan mamah, tanpa henti mengucapkan tahmid, memanjatkan segala puji untuk Allah SWT, atas kuasa-Nya, anaknya akhirnya bisa menjadi PNS. Ibu pun Kembali berkata sebelum mengakhiri pembicaraan kami, “man, ingatkan pesan kami, Allah pasti tahu yang terbaik bagi umat-Nya”.
Ya, saya bangga dan sangat berterimakasih kepada mereka, yang tanpa Lelah selalu berdoa untuk yang terbaik bagi anak-anaknya. Akhirnya dengan diiringi doa restu (dedi dores), saya menjadi PNS.
Semoga sepenggal cerita saya ini bisa bermanfaat dan memotivasi bagi mereka yang ingin meraih cita-citanya untuk tidak berputus asa dan tetap meminta doa dari kedua orang tuanya. Karena sebagaimana hadis Rasulullah SAW, yang artinya: “Ada tiga doa yang tidak tertolak: [1] doa orang tua (kepada anaknya), [2] orang orang yang berpuasa, [3] doa orang yang sedang safar” (HR. Al Baihaqi).
ADVERTISEMENT