Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
KDRT Berujung Murtad
Novelis muda Indonesia yang juga sekaligus staf pengajar di sebuah Madrasah Aliyyah di Jatim yang menyukai artikel. Sudah 70 karya buku yang telah diterbitkan di play store. Penulis dapat disapa di posmail: [email protected].
3 Agustus 2024 13:53 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Khairul Azzam El Maliky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Khairul A. El Maliky
“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (Qs. Ar-Rum: 21)
ADVERTISEMENT
JUDUL artikel di atas memang sedikit aneh dan tidak masuk akal. Bahkan, tidak sedikit orang yang menganggapnya tidak rasional. Bisa-bisanya hanya perkara KDRT ujung-ujungnya bisa menyebabkan seseorang (korban/ istri) berpindah keyakinan. Bagi penulis sendiri alasan semacam itu sungguh tidak logis sama sekali sebab seakan setiap orang yang mengalaminya menganggap KDRT adalah kasus yang sangat berat. Padahal tidak semua orang yang mengalami KDRT, lalu berpindah keyakinan dari seorang Muslimah menjadi murtadin. Jadi, meskipun tidak sedikit artikel yang sudah mengupas soal KDRT, namun dalam masalah ini tidak ada berakibat pada berpindah keyakinan. Apalagi orang yang mengalami ini adalah seorang Muslimah sejati yang terlahir sebagai orang Islam dan berpindah keyakinan ke dalam agama yang justru tidak mengatur soal masalah rumah tangga. Hanya di dalam Islam urusan hubungan rumah tangga dijelaskan secara detail.
ADVERTISEMENT
Nabi Muhammad Contoh Pemimpin Rumah Tangga Idaman
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (Qs. Al-Ahzab:21)
Dalam sejarahnya, Allah tidak hanya mengutus Nabi Muhammad sebagai seorang nabi dan rasul saja, melainkan juga seorang pemimpin sejati yang di antaranya adalah sebagai pemimpin rumah tangga idaman. Buktinya, seperti yang dijelaskan dalam buku yang ditulis oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, sebelum menikah dengan beliau Saw. saja, Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya raya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Alasan itu tentu karena didasarkan karena sikap / akhlak mulia yang dimiliki oleh nabi ketika masih menjadi karyawan beliau sebagai pedagang kain. Khadijah sama sekali belum pernah mendapatkan laba yang begitu besar pada sebelumnya, namun hal itu dilihatnya setelah Muhammad bin Abdullah Saw. berdagang. Berdasarkan fakta yang disaksikan oleh Maisarah, orang kepercayaan Khadijah yang menemani nabi berdagang, pemuda itu mengatakan kepada majikannya, bahwa Muhammad adalah seorang laki-laki yang amanah. Oleh karena itu, Khadijah tanpa ragu sama sekali sangat mantap untuk berumah tangga dengan beliau Saw. Dan, selama hidup bersama Khadijah, Nabi Saw. satu pun tidak didapatkan sebuah catatan yang menceritakan bahwa beliau pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga baik terhadap istrinya maupun anak-anak sambung dan kandungnya. Bahkan, nabi sendiri adalah contoh sosok ayah yang lemah lembut dan menyayangi seluruh anggota keluarganya. Jika ada oknum dari kalangan pemuka agama lain yang menyebut bahwa Nabi Muhammad adalah suami yang kejam macam judul lagu danhdutnya Elvi Sukaesih, maka kevalidan datanya harus dibuktikan secara ilmiah dan rasional.
ADVERTISEMENT
Manusia Awalnya adalah Seorang Muslim
Dalam Kitab Teberubut: Kunci Pembuka Ilmu Rahasia Makrifatullah yang ditulis oleh Kurnia Ateng menyebutkan, bahwa sesungguhnya manusia awalnya adalah seorang muslim. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Qs. Al-A'raf: 172, yang menjelaskan tentang dialog antara Allah dan hamba di zaman azali, "Bukankah Aku (Allah) ini adalah Tuhanmu?". Lalu hamba menjawab, "Benar. Engkau adalah Tuhanku." “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (Qs. Al-Araf: 172) dan Qs. Ar-Rum ayat 30,“Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Ayat ini sudah terbukti ilmiah bahwa seluruh manusia beragama Islam dari awal. Bukan Kristen, bukan Yahudi dan bukan Majusi. Tapi, mengapa jawaban tersebut menjadi lain ketika Allah telah meniupkan ruh manusia ke dalam rahim ibu, dan mereka dilahirkan ke dunia, yang dalam hal ini mengalami KDRT lalu mereka pindah keyakinan? Apakah manusia sudah lupa jika sebenarnya adalah muslim? Ada banyak faktor yang menyebabkan manusia berpindah keyakinan. Terkadang yang menjadi penyebab seseorang yang berpindah keyakinan adalah karena faktor finansial. Banyak pasangan rumah tangga yang mengajukan gugatan cerai cuma perkara yang sangat sepele ini.
ADVERTISEMENT
Mengapa disebut sepele?
Karena masalah finansial berkaitan erat dengan kurangnya rasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Di dalam Alquran, Allah telah menjanjikan kepada manusia, barang siapa yang menikah tapi hidupnya miskin, maka Allah mencukupkan rizkinya kepada hamba itu. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. an-Nur: 32). Jadi inti ayat ini adalah Allah akan mencukupkan nikmat bagi setiap hamba yang berani menikah agar terhindar dari zina. Tapi, tidak sedikit yang masih ragu akan janji Allah itu sehingga memutuakan untuk bercerai dan berpindah keyakinan. Kedengarannya memang sangat aneh dan secara logika tidak masuk akal. Bukankah segala ujian datangnya dari Allah yang tujuannya agar manusia mengenal dirinya?
ADVERTISEMENT
Sifat keras bukan karena beragama Islam
“Para nabi diutus Tuhan untuk menyempurnakan akhlak manusia, supaya manusia itu dapat melaksanakan tugasnya, tugas manusia ialah menjadi manusia.” (Qs. Qalam (68) ayat 4)
Seperti yang dikatakan oleh salah satu pengguna akun facebook yang menceritakan kesaksiannya masuk agama Kristen. Dalam videonya tersebut, perempuan itu mengungkapkan apa yang membuatnya mantap untuk pindah keyakinan dan menjadi murtadin. Sebelum pindah keyakinan, ia adalah seorang muslimah yang taat. Ia menikah dengan seorang laki-laki muslim yang juga taat. Memang seperti apa ketaatan orang Islam? Menurut penulis biasa saja. Nah, setelah menikah beberapa tahun, perempuan ini hamil. Awalnya, suaminya sangat mencintainya. Tapi, apa karena faktor finansial yang jauh dari kata cukup membuat sikap suaminya berubah dari lelaki penyayang menjadi lelaki yang temperamen. Pada suatu hari, di saat ketika perempuan ini tengah melaksanakan salat, suaminya yang sedang marah langsung menendangnya hingga kepalanya yang sedang sujud membentur lantai hingga memar. Tidak hanya itu saja, bahkan suaminya juga pernah menendang bayi yang ada di dalam perut perempuan tersebut. Oleh karena mendapatkan perlakuan yang kasar itulah, perempuan murtadin tersebut pindah keyakinan.
ADVERTISEMENT
Kekerasan dalam rumah tangga oleh kalangan pemeluk agama lain selalu diidentikkan dengan ajaran Islam, perintah Alquran, perintah Allah dan perintah nabi, karena tertulis jelas di dalam kitab suci umat Islam. Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa seorang suami boleh memukul, menampar, bahkan menyiksa istrinya. Jika ayat tersebut dikunyah bulat-bulat, maka akibatnya sungguh fatal. Padahal, makna tersirat dalam ayat tersebut adalah agar suami membimbing istrinya agar mengenal Allah dan agamanya dengan benar, bukan memukul seperti anggapan mereka yang membenci Islam, sehingga terciptalah sebuah rumah tangga yang sakinah ma waddah wa rahmah, dan bukan sebaliknya. Menikah di dalam ajaran Islam tidak hanya soal memenuhi kebutuhan biologis saja, namun juga mencakup hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah ubudiyah dan ukhrawiyah. Dan tentu saja, tuduhan yang menganggap bahwa suami boleh memukul, menampar dan menyiksa ini sangat mendeskritkan Islam sebagai agama yang menghalalkan KDRT, sehingga tidak sedikit orang yang membenci Islam itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Agama Adalah tongkat bagi yang buta
“Tidak ada paksaan dalam beragama." (Qs.Al-Baqarah: 256)
Agama adalah pilihan. Jadi, setiap manusia yang lahir ke dunia maya ini bebas, merdeka dalam menentukan pilihannya, termasuk dalam memilih agama. Dan manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas agama yang dipilihnya itu kelak di hadapan Allah. Agama adalah tongkat bagi orang buta. Ada seorang sahabat yang mengatakan, jika agama adalah tongkat bagi yang buta, bagaimana caranya agar tidak buta. Dan, caranya agar tidak buta adalah dengan jalan mengenal Allah sebagai Sang Mahapencipta diri. Allah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, yaitu Allah yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Allah yang tak seorang makhluk-Nya pun menyerupai baik Zat maupun wujudnya.
ADVERTISEMENT
Jadi sekali lagi, murtad bukanlah solusi tepat yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk mengatasi KDRT. KDRT dapat diatasi hanya dengan mengendalikan ego masing-masing diri. []