Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kepemimpinan di Masa Krisis
8 Februari 2023 15:17 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Akbar Mia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kita semua mungkin sudah cukup sering mendengar kalimat di atas. Kalimat yang menggambarkan bahwa ATHG (Ancaman Tantangan Hambatan Gangguan) yang disikapi dengan baik akan dapat membuat jiwa kepemimpinan seseorang semakin matang. Kita pahami bahwa ketika menghadapi ombak yang tidak tenang, yaitu badai, diperlukan jiwa yang tenang untuk menghadapinya. Seluruh pelaut, terutama pemimpinnya, yaitu nakhoda, harus mampu melawan ketakutan dan kegelisahannya dan bertindak setenang mungkin agar dapat selamat menghadapi badai.
Terlebih bagi sang nakhoda, ia harus mampu memimpin awaknya dalam menghadapi badai tersebut. Perintah demi perintah, pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, pengamatan yang cermat, semuanya berpengaruh langsung pada seluruh awak dan hasil akhir perjuangan menghadapi laut yang bergolak dahsyat.
ADVERTISEMENT
Adagium tersebut sebetulnya menggambarkan bahwa keefektifan keterampilan kepemimpinan seorang pemimpin pada akhirnya akan mengalami ujian. Kemampuan atau keterampilan sesungguhnya dari kepemimpinan seseorang baru akan teruji setelah ia mampu membawa pengikutnya melewati masa-masa krisis.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring mendefinisikan krisis sebagai keadaan yang berbahaya, parah sekali, genting, atau suram. Keadaan ini menunjukkan sedemikian genting atau mendesak keadaan yang dihadapi. Untuk dapat menghadapi dan melewati masa krisis tersebut, seorang pemimpin memerlukan suatu daya adaptasi yang baik.
Dalam menghadapi krisis, hal pertama yang perlu dilakukan seorang pemimpin adalah memahami atau menyadari bahwa organisasi atau perkumpulan sedang menghadapi krisis. Namun hal ini tidak semudah menyebutkannya. Apalagi apabila krisis yang terjadi tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan terbentuk secara perlahan atau bertahap, dari keadaan biasa. Hal ini dapat mengaburkan substansi krisis yang sedang terbangun secara perlahan.
ADVERTISEMENT
Setelah seorang pemimpin menyadari bahwa telah terjadi krisis, maka ia dapat segera mengambil sikap atau langkah-langkah yang diperlukan. Namun demikian, menghadapi krisis, rencana darurat yang telah dipersiapkan untuk keadaan darurat standar, biasanya tidak akan banyak berguna.
Untuk menghadapi suatu krisis, diperlukan sikap dan pola pikir yang akan membantu sang pemimpin memandang jauh ke depan dan melakukan antisipasi. Sikap dan pola pikir tersebut di antaranya:
1. Mencari informasi yang dapat diandalkan
Meskipun dalam keadaan krisis biasanya kondisi berubah dengan cepat, informasi seringkali diterima tidak lengkap dan terus berubah dengan sangat dinamis, ditambah dengan emosi dan kecemasan yang meningkat yang dapat memengaruhi kepentingan dan prioritas, tidak jarang hingga terjadi benturan, dan pada akhirnya mengakibatkan informasi menjadi kurang atau tidak akurat, seorang pemimpin harus selalu berusaha mencari informasi seakurat mungkin.
ADVERTISEMENT
Era digital yang membuat dunia sangat terkoneksi, membawa keuntungan di antaranya arus informasi mengalir sedemikian deras. Namun demikian, adalah sangat tidak bijak untuk mengandalkan informasi hanya dari media sosial, terutama dalam masa krisis. Informasi-informasi yang ada di media sosial seringkali bias, sebagaimana juga informasi dari media massa yang memiliki kaitan atau kepentingan, keuangan atau aktivis.
2. Pengambilan keputusan dengan cepat, melebihi ketepatan
Dalam keadaan normal, kita semua, terutama pemimpin terbiasa mengambil keputusan setepat mungkin. Dengan memanfaatkan semua sumber daya dan informasi yang ada, pengambilan keputusan dilakukan dengan mempertimbangkan semua sisi dan kemungkinan yang dapat timbul. Seringkali proses pengambilan keputusan ini dapat memakan waktu yang relatif lama karena adanya proses pertimbangan-pertimbangan dan mengumpulkan informasi tersebut.
Namun dalam kondisi krisis ketika situasi dan kondisi sangat dinamis, perubahan terjadi sedemikian cepat, keputusan-keputusan strategis perlu diambil dengan cepat. Dengan meminimalkan distorsi informasi dan informasi yang bias atau tidak akurat, keputusan harus segera diambil, sesuai kondisi krisis yang terjadi saat itu. Untuk itu, untuk menghadapi krisis tersebut perlu dibentuk mekanisme pengambilan yang sederhana namun cepat, dengan menetapkan prioritas dan para pengambil keputusan. Selain itu seluruh pihak harus menerima keputusan-keputusan yang diambil, karena keputusan saat krisis adalah keputusan terbaik saat itu.
ADVERTISEMENT
3. Beradaptasi dengan berani
Situasi krisis menuntut adanya adaptasi, bahkan hingga cara yang tidak biasa. Apa yang sebelumnya berfungsi dan dapat mencapai hasil yang baik, bisa jadi tidak dapat digunakan dalam masa krisis, karenanya cara-cara lama harus ditinggalkan. Setelah mendapatkan gambaran yang baik mengenai situasi yang dihadapi, perlu ditetapkan batasan-batasan bagi seluruh pihak.
Karena masa krisis menuntut cara yang tidak biasa, maka batasan-batasan ini tidak lagi dalam bentuk panduan kerja untuk mencapai sasaran, namun sebaliknya batasan yang ditetapkan adalah berubah panduan hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Dengan demikian tim atau para pengikut dapat mendapat keleluasaan yang lebih tinggi dalam bekerja di tengah masa krisis.
4. Menjelaskan apa yang akan dilakukan
Situasi krisis yang seringkali tidak menentu dan sangat dinamis, menuntut pemimpin untuk seringkali mengambil keputusan dengan cepat. Meskipun bisa jadi keputusan tersebut tidak tepat, namun seringkali apabila tidak diambil keputusan tersebut justru dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian yang lebih parah. Dalam masa krisis pemimpin harus lebih bersifat proaktif dan mengambil inisiatif yang diperlukan, bahkan meskipun bisa jadi sang pemimpin belum mendapatkan gambaran yang baik atau utuh atas situasi yang terjadi, bisa jadi pengambilan keputusan dengan cepat tetap harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Dalam situasi seperti ini, para pengikut atau anggota tim seringkali dapat dilanda kebingungan yang dapat berujung pada kehilangan kepercayaan. Keputusan-keputusan yang diambil harus terus dikomunikasikan ke seluruh pihak yang terlibat, agar keputusan tersebut dapat dipahami. Seringkali pengomunikasian informasi atau keputusan tersebut harus diulang untuk memastikan semuanya memahami apa yang disampaikan. Sang pemimpin harus memastikan bahwa informasi atau keputusan tersebut sepenuhnya tersampaikan dan dipahami oleh seluruh pengikut atau anggota tim.
Setelah menjelaskan keseluruhannya, sang pemimpin kemudian harus menetapkan indikator-indikator kinerja yang harus dicapai untuk melalui masa krisis tersebut. Masa krisis yang dapat membingungkan, menuntut sang pemimpin harus senantiasa berjaga dan bersiap siaga. Ketika misalnya seluruh orang lain mengalami kebingungan, sang pemimpin harus tetap dalam keadaan yang baik, bersiap dan terjaga logikanya.
ADVERTISEMENT
5. Hadir dan terlihat di tengah para pengikut
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, masa krisis dapat mendatangkan situasi kebingungan. Dalam situasi seperti itu, maka para pengikut atau anggota tim memerlukan figur yang dapat dilihat dan dijadikan model atau panutan. Pemimpin perlu berada di tengah para pengikut atau anggota tim untuk menenteramkan mereka, membawa harapan, ketenangan. Penampilan pemimpin yang tenang, berpengetahuan, peduli, dan memiliki kuasa, membuat para pengikut atau anggota tim tergugah dan memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi masa krisis tersebut.
6. Bersedia untuk mencari atau menerima dukungan tambahan
Sumber-sumber daya dapat menjadi sangat terbatas dalam masa krisis, bahkan bisa jadi kekurangan. Pemimpin harus bersedia berbesar hati untuk mencari atau menerima dukungan atau bantuan luar. Kesediaan menerima atau mencari dukungan pihak luar, dapat dipandang sebagai suatu tujuan atau harapan di tengah para pengikut atau anggota tim, karena bantuan atau dukungan tersebut baru akan diterima atau dicari apabila sudah ada sasaran yang akan dicapai.
ADVERTISEMENT
Setiap krisis membawa potensi bahaya, sebagaimana juga potensi peluang. Proses yang terjadi selama menghadapi masa krisis dan keberhasilan yang diraih nantinya dapat menjadi pelajaran dalam menghadapi krisis lainnya. Proses melewati masa krisis tersebut juga bisa menjadi proses pengembangan dan pendewasaan setiap pihak yang terlibat.
Setelah masa krisis dilewati, besar kemungkinan tiap-tiap orang akan mengalami peningkatan keterampilan atau keahlian. Namun apabila masa krisis hanya dipandang sebagai suatu tekanan atau hambatan, kecil kemungkinan terjadi pengembangan atau peningkatan keahlian, atau bahkan bisa saja berujung pada kegagalan melewati masa krisis tersebut. Di sinilah letak ujian sebenarnya dari keterampilan kepemimpinan.
Menghadapi Krisis dalam Kehidupan
Dalam kehidupan sehari-hari, krisis ternyata dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Dengan definisi sebagai keadaan yang berbahaya, parah sekali, genting, atau suram, krisis dapat timbul kapan saja, di mana saja dan pada siapa saja. Persepsi yang berbeda dari tiap-tiap orang, dapat menjadikan pandangan atas eskalasi suatu kondisi atau kejadian, memiliki perbedaan.
ADVERTISEMENT
Satu pihak dapat memandang suatu kondisi atau kejadian sebagai keadaan krisis, sementara pihak lainnya memandang kondisi atau kejadian yang sama sebagai keadaan biasa saja atau belum memenuhi kriteria keadaan krisis. Di sinilah pentingnya keterampilan dan pengalaman pemimpin dalam memandang kondisi atau kejadian yang dihadapi dan cara menghadapinya.
Perubahan kondisi lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diantisipasi. Misalnya, adanya peraturan baru yang mengatur perubahan status organisasi dan para anggotanya, harus direspons dengan penyesuaian segera atas peraturan tersebut, bukan malah menolak dan mencari celah untuk tidak melaksanakan peraturan tersebut.
Kecakapan dan kemampuan pemimpin dapat dinilai dari cara pemimpin tersebut menyikapi hal-hal yang ada, dan kecepatannya merespons perubahan kondisi. Pemimpin tidak dapat hanya selalu bergantung pada status quo, karena perubahan adalah suatu keniscayaan.
ADVERTISEMENT