Pemuda Indonesia Jadi Aset Bangsa, Ini Hal yang Harus Dikembangkan

Akbar Mia
ASN Kemenpora yang juga seorang adventurir. Menyukai kegiatan luar ruang, hiking, beladiri dan olahraga, terutama Aikido, jogging dan memanah. Alumnus program pascasarjana UI konsentrasi Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
Konten dari Pengguna
30 Januari 2023 8:45 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Mia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu kegiatan kemah pemuda di salah satu kabupaten di Sumatera tahun 2011 (Foto: Dok. pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu kegiatan kemah pemuda di salah satu kabupaten di Sumatera tahun 2011 (Foto: Dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Pemuda kerap kali disebut-sebut dalam berbagai pembicaraan mengenai kepemimpinan. Dalam banyak hal, pembahasan mengenai kepemimpinan memang seringkali tidak bisa dilepaskan dari pembahasan mengenai kepemudaan.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan karakteristik pemuda yang dinamis, memiliki semangat kejuangan, kesukarelaan, kritis, dan futuristik, maka para pemuda juga sangat lekat dengan aspek-aspek kepemimpinan.
Pada banyak kasus, contoh-contoh kepemimpinan dipraktikkan dengan sangat baik oleh para pemuda. Bung Tomo baru berusia 25 tahun saat ia berperan penting dalam pertempuran 10 November 1945, Jenderal Besar Soedirman berusia 29 tahun saat ia peran Palagan Ambarawa, Roehana Koeddoes berusia 27 tahun saat ia mendirikan perkumpulan pendidikan bagi perempuan yang saat itu berada pada posisi yang termarjinalkan, dan pada usia 28 tahun mendirikan surat kabar perempuan pertama di Indonesia.
Daftar para pemuda dengan karakteristik kepemimpinan yang menonjol dapat ditelusuri hingga sejauh sejarah mencatat. Tidak hanya di dalam negeri, di luar negeri pun tercatat banyak pemuda yang menunjukkan keterampilan kepemimpinan yang baik.
Seorang wanita memegang foto mendiang Pendeta Martin Luther King Jr. saat berbaris melintasi Jembatan Edmund Pettus dalam rangka memperingati "Minggu Berdarah" di Jembatan Edmund Pettus di Selma, Alabama, Amerika Serikat (6/2). Foto: Elijah Nouvelage/AFP
Martin Luther King, Jr., baru berusia 29 tahun ketika ia memimpin pergerakan hak asasi manusia di AS, Greta Thunberg baru berusia 17 tahun ketika ia berkampanye dan menginspirasi orang lain untuk mengurangi efek perubahan iklim, Isra Hirsi bahkan baru berusia 16 tahun saat ikut mendirikan organisasi yang memperjuangkan lingkungan dan anti rasisme, yang kemudian menyebar ke seluruh penjuru AS.
ADVERTISEMENT
Secara kesejarahan dan karakteristik, pemuda memang tercatat banyak berperan dalam berbagai peristiwa sejarah, dan menunjukkan sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol.
Fakta bahwa pemuda memiliki kaitan yang erat dengan kepemimpinan merupakan hal yang perlu dicermati. Terlebih secara statistik, jumlah pemuda di dunia saat ini berjumlah sangat besar.
Secara umum, dunia saat ini sedang menghadapi kondisi bonus demografi, yang diperkirakan akan capai puncaknya sekitar tahun 2030 mendatang, tidak terkecuali di Indonesia.

Pemuda, Bonus Demografi, dan Kepemimpinan

com-Ilustrasi anak muda Foto: Shutterstock
Dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, Pasal 3, disebutkan bahwa pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang di antaranya memiliki jiwa kepemimpinan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pada pasal 17 juga disebutkan bahwa peran aktif pemuda sebagai agen perubahan diwujudkan dengan mengembangkan kepemimpinan dan kepeloporan pemuda. Undang-undang tentang Kepemudaan tersebut bahkan memasukkan satu bagian khusus tentang pengembangan kepemimpinan.
Pentingnya aspek kepemimpinan dalam pembangunan kepemudaan menjadi perhatian banyak pihak. Data dalam Buku Statistik Pemuda Indonesia 20920 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa menurut hasil Susenas tahun 2020, jumlah pemuda Indonesia diperkirakan berjumlah 64,5 juta jiwa, senilai dengan kurang lebih 23,86 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Diketahui dalam buku Laporan Indeks Pembangunan Pemuda tahun 2019, capaian domain partisipasi dan kepemimpinan pemuda mengalami stagnasi selama periode 2015-2018 dengan nilai capaian pada angka 46,67.
com-Ilustrasi anak muda yang melakukan perubahan sekitar. Foto: Shutterstock
Dalam UU tentang Kepemudaan, pemuda digambarkan dengan karakteristik:
ADVERTISEMENT
Sebagian dari karakteristik tersebut memiliki kesamaan dengan karakteristik seorang pemimpin, karenanya sejarah mencatat banyak pemimpin besar yang berusia muda. Data yang menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Pemuda Indonesia, khususnya pada domain partisipasi dan kepemimpinan pemuda mengalami stagnasi selama periode 2015-2018, tentunya harus menjadi perhatian bersama.
Diduga hal ini terjadi karena adanya hambatan dari dalam diri pemuda itu sendiri, seperti kurangnya minat dan kepercayaan diri, selain juga hambatan luar seperti kurangnya kesempatan bagi pemuda untuk mengaktualisasikan diri atau pemikirannya.
Periode bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030, dengan angkatan kerja Indonesia yang diperkirakan akan mencapai jumlah 71% dari jumlah penduduk Indonesia, meningkat cukup pesat dari sejumlah 68% pada tahun 2019, harus dimanfaatkan untuk mengembangkan kepemimpinan pemuda Indonesia.
ADVERTISEMENT
Perubahan komposisi demografi tersebut harus dikelola dengan baik agar benar-benar menjadi bonus demografi, bukannya menjadi beban demografi, apalagi menjadi bencana demografi.

Mengembangkan Kepemimpinan Pemuda

com-Ilustrasi pemuda. Foto: Shutterstock
Dalam UU tentang kepemudaan disebutkan bahwa pengembangan kepemimpinan pemuda adalah kegiatan mengembangkan potensi keteladanan, keberpengaruhan, serta pergerakan pemuda. Secara umum terdapat beberapa sifat yang perlu dikembangkan untuk menguatkan keterampilan kepemimpinan seseorang, di antaranya:

1. Kemampuan Komunikasi

Karena karakteristik utama pemimpin adalah pengaruh, maka penguasaan kemampuan komunikasi menjadi hal yang mutlak harus dikuasai.
Seorang pemimpin harus dapat mengartikulasikan gagasan ataupun perintahnya dengan baik dan jelas kepada pengikutnya sehingga terhindar dari kesalahpahaman.
Selain itu, hal ini dilakukan agar dapat mencapai sasaran dengan lebih baik ataupun optimal. Kemampuan komunikasi yang dilatih harus;ah bersifat dua arah, yaitu kemampuan berbicara, maupun mendengarkan dengan baik.
ADVERTISEMENT

2. Disiplin dan Prioritas

Tanpa kedisiplinan dan prioritas, seluruh kerja yang dilakukan bersama dapat menjadi sia-sia dan tidak mencapai sasaran yang diinginkan.
Dengan sumber-sumber daya yang terbatas, baik sumber daya manusia, maupun sumber daya lainnya, tentu diperlukan prioritas untuk mengoptimalkan kerja untuk mencapai sasaran yang dituju, dan berdisiplin dalam prosesnya.

3. Visioner

Seorang pemimpin harus mampu melihat jauh ke depan, tidak hanya melihat pada hasil jangka pendek saja. Mengoptimalkan sumber daya dan informasi yang terbatas yang dimiliki, untuk kemudian melakukan perencanaan dengan sebaiknya untuk memprediksi segala kemungkinan yang akan dihadapi dalam usaha pencapaian sasaran yang dituju.

4. Menjaga Sikap dan Tingkah Laku

Kepintaran ataupun kecerdasan yang dimiliki seorang tidak akan banyak berguna apabila ia tidak memiliki sikap dan tingkah laku yang baik.
ADVERTISEMENT
Seorang pemimpin memiliki pengikut karena pengaruh yang dimilikinya, yang di antaranya timbul karena sikap dan tingkah laku pemimpin tersebut. Mengakui kesalahan dan mau belajar dari kesalahan tersebut, merupakan salah satu sikap pemimpin yang perlu terus dikembangkan.
Selain itu, bagaimana bijak menyikapi dan menggunakan kekuasaan yang diperoleh, juga merupakan sikap yang harus dijaga. Positif mental attitude menjadi salah satu hal yang harus dimiliki seorang pemimpin.

5. Terus Belajar dan Berkembang

Seorang pemimpin harus memiliki kemauan untuk terus belajar dan berkembang. Steve Jobs, pendiri perusahaan Apple yang mendunia pernah berujar, “Stay Hungry, Stay Foolish”. Sebuah kalimat yang sederhana, namun sangat dalam maknanya.
Menjadi seseorang yang terus lapar untuk mendapat ilmu pengetahuan, lapar untuk mendapatkan pembelajaran dan tetap rendah hati bagaikan orang yang tidak memiliki pengetahuan apa pun, akan membawa kita menjadi sosok pembelajar yang mampu menyerap berbagai ilmu pengetahuan dan tidak merasa besar karenanya.
ADVERTISEMENT
Hari di mana kita merasa sudah pintar dan cukup memiliki ilmu pengetahuan, sebenarnya adalah hari dimana kita mati dan berhenti berkembang.

6. Pantang Menyerah

Seorang pemimpin adalah sosok yang memotivasi pengikut-pengikutnya. Pemimpin merupakan inspirasi dan sumber energi bagi pengikutnya. Sebagai sumber energi, selaiknya seorang pemimpin tidak mengenal kata menyerah, karena menyerahnya seorang pemimpin berarti para pengikutnya pun akan kehilangan semangat untuk bekerja meraih sasaran bersama.
Sebaliknya, seorang pemimpin harus senantiasa bersemangat dan menunjukkan kemauan untuk bersama-sama bekerja keras, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sifat-sifat tersebut di atas merupakan sebagian dari sikap yang perlu ditanamkan dan dikembangkan pada pemuda-pemuda, utamanya pemuda Indonesia agar mereka dapat tumbuh dan mengembangkan potensi kepemimpinannya dengan sepenuhnya.
ADVERTISEMENT