Konten dari Pengguna

Pemuda, Moderasi Beragama dan Multikulturalisme Indonesia

Akbar Mia
ASN Kemenpora yang juga seorang adventurir. Menyukai kegiatan luar ruang, hiking, beladiri dan olahraga, terutama Aikido, jogging dan memanah. Alumnus program pascasarjana UI konsentrasi Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
21 Februari 2023 18:45 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Mia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi keragaman masyarakat (Foto: josephredfield/Pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keragaman masyarakat (Foto: josephredfield/Pixabay.com)

Beragama dalam Multikulturalisme

ADVERTISEMENT
Sebagai bangsa yang sangat besar, dengan ratusan suku bangsa dan berbagai agama yang dianut penduduknya, Indonesia memiliki potensi konflik yang juga besar. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 275.361.267 jiwa (menurut data Dirjen Dukcapil per 30 Juni 2022) menempatkan Indonesia dalam posisi keempat negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang besar ini tentunya memiliki banyak implikasi.
ADVERTISEMENT
Salah satu implikasi positif yang didapat dari jumlah penduduk yang besar tersebut yaitu tingkat keberagaman yang tinggi dari penduduknya. Mulai dari keberagaman suku bangsa, adat istiadat, agama yang dianut, hingga karakter, dan lain sebagainya. Keberagaman ini menghasilkan berbagai budaya, karya seni, berbagai peninggalan materi maupun non materi lainnya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Selama bertahun-tahun, kekayaan bangsa Indonesia ini telah menarik minat banyak pihak.
Di sisi lain, keberagaman ini juga membawa implikasi negatif berupa potensi konflik. Adanya perbedaan budaya, adat istiadat, karakter, dan lain sebagainya dapat menjadi sumber perpecahan yang mengancam keutuhan bangsa. Multikulturalisme, atau keragaman budaya, sejatinya memang membawa potensi perpecahan, pertikaian atau bahkan kehancuran.
Sejarah mencatat banyak peperangan yang terjadi antar suku, kelompok atau kerajaan. Bahkan di masa modern ini cukup banyak pertikaian antar kelompok yang dapat terjadi hanya karena kejadian yang dianggap sepele.
ADVERTISEMENT
Kerusuhan Sambas yang pernah terjadi antara warga etnis Madura dan etnis Dayak pada tahun 1999 menjadi salah satu bukti betapa perbedaan budaya dapat berujung pada kehancuran. Tercatat 1.1.89 orang tewas, 168 orang luka berat, 34 orang luka ringan, 3.833 rumah serta puluhan mobil dan motor dibakar dan dirusak.
Kejadian ini disusul tragedi Sampit, Kalimantan Tengah, pada tahun 2001 yang mengakibatkan lebih dari 500 kematian dan lebih dari 100.000 warga etnis Madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan. Tidak sedikit warga etnis Madura yang menemui ajalnya dengan dipenggal kepalanya oleh masyarakat Dayak.
Kedua kejadian tersebut hanya dua dari sekian banyak konflik yang terjadi antara kedua etnis sejak tahun 1970-an. Saksi catatan sejarah potensi negatif multikulturalisme lainnya adalah konflik antara warga yang beragama Islam dengan warga beragama Kristen di Maluku pada tahun 1999 hingga 2002, dengan korban jiwa mencapai hingga 5.000 orang.
ADVERTISEMENT
Identitas agama juga dituding sebagai sebab perpecahan yang terjadi antara kelompok pendukung politik yang satu dengan lainnya, utamanya yang terjadi setelah pemilihan gubernur provinsi DKI Jakarta pada tahun 2017 silam. Berbagai peristiwa terkait dengan perbedaan agama di tengah masyarakat Indonesia tersebut menyadarkan kita bahwa agama pun dapat membawa perpecahan ataupun pertikaian. Pertikaian tetap dapat terjadi meskipun sejatinya semua agama mengajarkan kasih sayang dan persatuan. Karenanya diperlukan implementasi konsep moderasi beragama terlebih di tengah masyarakat yang multikultural seperti di Indonesia.
Menurut Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama Republik Indonesia 2014-2019, moderasi beragama merupakan suatu ikhtiar atau proses tidak berkesudahan, upaya untuk membangun cara pandang, sikap dan praktik beragama dalam kehidupan beragama. Moderasi beragama merujuk pada sikap mengurangi kekerasan atau menghindari ekstremitas dalam praktik beragama.
ADVERTISEMENT
Allah telah menyebutkan dalam Al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 13, bahwa Allah telah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar dapat saling mengenal.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Selaiknya perbedaan-perbedaan yang ada, seharusnya menjadi rahmat bagi semuanya. Perbedaan harus disikapi sebagai suatu keniscayaan yang membawa pada keragaman yang saling melengkapi, bukan perpecahan yang saling menegasikan. Satu-satunya yang membedakan kita semua adalah kemuliaan kita di sisi Allah yang ditentukan oleh ketakwaan kita.
ADVERTISEMENT
Menjalankan syariat dan ajaran agama secara kaaffah sebagaimana yang Allah perintahkan dalam surat Al Baqarah ayat 208, tidaklah berarti menjadi sosok yang ekstrem dan bermusuhan dengan penganut agama lainnya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.
Sungguh Rasulullah SAW telah menunjukkan adab bermuamalah dengan pemeluk agama lain yang tidak memerangi umat Islam. Rasulullah SAW bahkan memberi makan dan menyuapi pengemis Yahudi buta yang selalu mengejek dan memaki beliau SAW, tanpa diketahui oleh si pengemis itu sendiri.
Peserta Kemah Pemuda Indonesia Tahun 2011 (Foto: Dok. pribadi)

Potensi Pemuda Indonesia

Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2022 sebanyak 68,82 juta jiwa penduduk Indonesia masuk kategori pemuda. Angka tersebut porsinya mencapai 24% dari total penduduk. Kondisi ini sangat mendukung untuk bonus demografi yang ingin dicapai oleh indonesia. Bonus demografi yang ditandai dengan produktivitas yang tinggi dari penduduk usia produktif. Banyaknya jumlah pemuda tentu sangat mendukung proses pencapaian hal ini.
ADVERTISEMENT
Bonus demografi sendiri diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030, hanya lima belas tahun sebelum puncak Indonesia Emas 2045 yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. Survei pemuda Indonesia yang tertuang dalam buku Statistik Pemuda Indonesia yang disusun oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pemuda Indonesia saat ini sudah memiliki tingkat pendidikan yang relatif baik. Di indonesia, pemuda merupakan penduduk pada kelompok usia 16 s.d. 30 tahun.
Pencanangan wajib belajar dua belas tahun oleh pemerintah sudah mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan, dengan rata-rata tingkat pendidikan penduduk Indonesia semakin meningkat. Sejalan dengan hal tersebut, tingkat pendidikan pemuda Indonesia juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Semakin banyak pemuda Indonesia yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi bahkan hingga pascasarjana. Meskipun secara kumulatif capaian tingkat pendidikan pemuda Indonesia masih perlu ditingkatkan, namun secara umum hal ini sudah mencapai hasil sesuai harapan.
ADVERTISEMENT
Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah pemerataan tingkat pendidikan pemuda Indonesia antara laki-laki dan perempuan yang masih kurang merata, serta perbandingan tingkat pendidikan pemuda Indonesia di daerah kota dengan di desa yang masih belum menunjukkan perbandingan yang relatif merata. Pada tingkat kesejahteraan terlihat bahwa tingkat kesejahteraan pemuda Indonesia secara umum semakin membaik yang juga dibarengi dengan angka kesakitan pemuda yang mulai menurun. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda Indonesia semakin siap menyongsong bonus demografi, ditandai dengan produktivitas yang semakin meningkat dan kesejahteraan yang semakin membaik.
Dengan jumlah yang sangat besar, ditambah dengan kenyataan angkatan kerja berada pada kelompok usia yang memiliki irisan besar dengan kelompok usia pemuda maka pemuda Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pembangunan bangsa. Jumlah yang mencapai sepertiga jumlah penduduk tentunya membawa potensi perubahan yang sangat signifikan.
ADVERTISEMENT
Sebaran pemuda Indonesia yang relatif merata hingga seluruh pelosok wilayah Indonesia menjadikan pemuda Indonesia sangat berpotensi untuk berperan sebagai unsur perekat bangsa Indonesia yang majemuk. Sebagai tiang punggung pembangunan bangsa dan calon penerus estafet kepemimpinan negara, pemuda dapat menjadi perekat penduduk Indonesia yang memiliki sangat banyak perbedaan.
Ilustrasi persatuan yang diwakili tangan dari berbagai warna kulit (Foto: truthseeker08/Pixabay.com)

Pemuda, Moderasi Beragama dan Multikulturalisme

Kenyataan hari ini menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia yang semakin tumbuh kesadaran beragamanya dan semakin kuat menjalankan ajaran agama. Hal ini terutama sangat terlihat di kalangan penganut agama Islam sebagai agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia. Sejalan dengan fakta tersebut dapat diperkirakan bahwa pertumbuhan kesadaran beragam juga tumbuh subur di kalangan pemuda Indonesia.
Namun disayangkan bahwa tumbuhnya kesadaran beragama ini kadang kala tidak dibarengi dengan literasi yang baik. Hal ini menjadikan sebagian masyarakat terjebak pada pemahaman dan praktik beragama yang tidak sesuai, di antaranya yang mengajarkan ekstremitas dalam beragama. Karena penganut agama Islam berjumlah mayoritas, tentunya tudingan ekstremitas beragama menjadi sangat sering disematkan pada agama ini. Hal ini terjadi karena di Indonesia, pemahaman dan praktik beragama yang ekstrem sering ditemukan di kalangan penganut Islam. Meskipun sebenarnya ajaran beragama yang ekstrem juga terdapat di agama-agama lainnya.
ADVERTISEMENT
Dikatakan sebagai pemahaman dan praktik yang ekstrem karena ajaran yang diberikan menafsirkan ajaran Rasulullah SAW secara serampangan terutama dalam konteks hubungan sosial antar umat beragama. Perintah untuk memerangi mereka yang bermusuhan dengan umat Islam dimaknai secara sempit sehingga menimbulkan golongan yang menunjukkan sikap bermusuhan terhadap penganut agama selain Islam. Muncul kelompok atau golongan yang merasa ajaran yang ia terima adalah lebih benar daripada ajaran kelompok lainnya. Tentunya hal ini menimbulkan perpecahan, keretakan dan bahkan tidak jarang hingga saling ejek.
Allah subhanahu wa Ta‘ala berfirman dalam surat Al Hujurat ayat 11:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
ADVERTISEMENT
Artinya: Wahai orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) bisa jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Perbedaan agama maupun perbedaan ajaran agama dari agama yang sama seyogianya tidaklah menjadi alasan bagi timbulnya perpecahan. Hal ini sejalan dengan yang termaktub dalam surat Al Hujurat ayat 13 di atas. Allah memang menciptakan kita semua dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar dapat saling mengenal, bukan saling bermusuhan dan saling berperang.
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW bersabda bahwa perbedaan di kalangan umatnya merupakan suatu rahmat. Sebagai rahmat tentunya tidak layak perbedaan tersebut menjadi sumber perpecahan. Terlebih lagi Rasulullah SAW pernah mengingatkan bahwa umat Islam selaiknya menjadi rahmat bagi alam semesta. Rahmat yang Allah SWT turunkan bagi alam semesta tentunya tidak akan membawa perpecahan dan permusuhan apalagi kerusakan.
Multikulturalisme di tengah masyarakat muslim Indonesia selaiknya justru menjadi unsur perekat, perbedaan yang saling melengkapi antara anggota masyarakat. Terlebih bagi masyarakat muslim Indonesia yang merupakan kelompok mayoritas di Indonesia. Sebagai khalifatullah fil ardh atau perwakilan Allah di muka bumi seharusnya masyarakat muslim Indonesia menebar manfaat dan kasih sayang di bumi Indonesia.
Untuk mengatasi multikulturalisme yang dapat berujung pada perpecahan terutama pada sisi keberagaman agama yang dianut maka diperlukan moderasi beragama dari seluruh lapisan masyarakat. Perlu dibangun cara pandang dan sikap yang baik dalam beragama agar dapat menerima keberagaman sebagai perbedaan yang saling melengkapi.
ADVERTISEMENT
Di sisi inilah pemuda Indonesia dapat menjalankan peran yang sentral. Dengan jumlah yang sangat banyak dan tersebar di seluruh wilayah dan lapisan masyarakat, pemuda Indonesia dapat menjadi unsur utama yang merekatkan bangsa Indonesia dan menjauhkan dari desintegrasi. Pemuda Indonesia dapat dan harus berperan aktif menangkal paham ekstremitas beragama yang merupakan salah satu potensi bahaya destruktif yang dihadapi bangsa Indonesia.
Bahaya desintegrasi yang dibawa oleh perpecahan merupakan potensi bahaya laten yang sangat berbahaya, yang mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda Indonesia merupakan unsur bangsa yang sangat menentukan dalam upaya menangkal potensi bahaya tersebut.
Sifat pemuda yang dinamis, kreatif, mandiri, berinisiatif dan bermotivasi menjadi bekal yang sangat kuat untuk menangkal bahaya desintegrasi, sekaligus mendudukkan multikulturalisme sebagai keragaman yang menyatukan.
ADVERTISEMENT
Allah memerintahkan dalam surat Al Jumu’ah ayat 10:
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ
Artinya: Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi
Perintah untuk menyebar dan menebar rahmat ini dapat dijalankan dengan baik oleh para pemuda Indonesia dengan jumlahnya yang sangat banyak dan sifatnya yang dinamis.
Sesungguhnya upaya pemuda dalam menebar rahmat dan manfaat dapat mengurangi potensi desintegrasi dengan menggaungkan moderasi beragama dalam keberagaman. Hal ini merupakan pengejawantahan firman Allah dalam surat As Saff ayat 11:
تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمْوَٰلِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ
Artinya: (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.
ADVERTISEMENT
Berjalan di muka bumi Indonesia, berda’wah menebar rahmat dan manfaat serta berperan aktif menekan ekstremitas beragama yang berpotensi mendatangkan perpecahan dan desintegrasi merupakan bentuk jihad di jalan Allah. Bentuk jihad seperti inilah yang selaiknya dilakukan oleh pemuda Indonesia. Sesungguhnya pemuda Indonesia memiliki semua potensi untuk menjalankannya.
Demikianlah, pemuda Indonesia dengan segala kedinamisan, kreativitas, kemandirian, inovasi, inisiatif dan vitalitasnya dapat dan harus menjadi unsur perekat bangsa dengan menjadi agen utama pembawa moderasi beragam di tengah masyarakat multikultural Indonesia.
Pemuda Indonesia harus menjalankan perannya sebagai anasir at taghyir (agen perubahan) yang menjadikan keberagaman sebagai rahmat dan pemersatu, bukan sebagai perbedaan yang membawa pada perpecahan dan desintegrasi.