Seni Menertawakan Diri Sendiri ala Peter Dinklage

Rully Desthian Pahlephi
Mahasiswa jurusan hubungan internasional di Universitas Pasundan
Konten dari Pengguna
1 Juli 2022 15:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rully Desthian Pahlephi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: The Independent
zoom-in-whitePerbesar
Foto: The Independent
ADVERTISEMENT
Bagi Anda yang menonton serial Game of Thrones pasti sudah tidak asing dengan sosok yang satu ini. Dia adalah Peter Dinklage, sosok yang memainkan peran sebagai Tyrion ‘The Imp’ Lannister dengan begitu apik. Saat ini dia adalah salah satu aktor dengan bayaran tertinggi di dunia pertelevisian Inggris dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT

Terlahir Abnormal

Sejak lahir Peter terdiagnosa mengidap penyakit genetik bernama Akondroplasia. Kondisi ini adalah kelainan atau cacat lahir pada bayi ketika tulang rawan tidak berkembang dengan sempurna.
Akondroplasia termasuk dalam karakter dwarfisme di mana penderitanya akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan sehingga memiliki tubuh yang pendek saat dewasa. Hal ini membuat Peter tumbuh dengan badan yang kerdil, tetapi dengan ukuran kepala yang normal. Di usia dewasanya, tinggi badan Peter hanya mencapai 135 cm.

Menemukan Kesedihan

Fakta bahwa Peter lahir dengan kondisi yang tidak normal membuat kehidupan Peter muda diisi dengan rasa frustasi dan kemarahan terhadap dirinya sendiri. Pasalnya, kondisinya itu membuatnya menjadi pusat perhatian di dalam lingkungannya dalam konotasi yang negatif.
ADVERTISEMENT
Di masa remajanya, Peter selalu mendapat cacian dan hinaan karena kondisi fisik yang dimilikinya. Keinginannya menjadi aktor juga mendapat banyak sekali rintangan. Dia kehilangan banyak sekali kesempatan manjadi aktor karena kondisi fisiknya, tentu itu merupakan suatu hal yang begitu menyakitkan bagi dirinya.
Penerimaan Peter terhadap kondisinya yang sempat denial merupakan penerimaan yang tidak sehat karena rasa frustasi dan kekecewaannya terhadap dirinya sendiri.

Perjalanan Karir Peter Dinklage

Peter selalu tertarik dengan dunia teater, musik, dan film. Dia dan temannya pindah ke New York dan berniat untuk mendirikan sebuah teater seni di sana, Namun hal itu urung dilakukannya karena butuh biaya yang begitu besar untuk mendirikannya. Peter juga sempat bekerja di beberapa tempat agar bisa menyambung hidupnya di New York.
ADVERTISEMENT
Karir sebagai aktor pun dilaluinya dengan penuh perjuangan, ini karena Peter selalu mendapat penolakan dari berbagai agensi film. Kalau pun ada, Peter selalu mendapat peran yang mengeksploitasi kekurangan fisiknya. Dia selalu menolak penawaran yang seperti itu karena merasa mereka telah menghinanya dengan kekurangan fisiknya.

Menertawakan diri sendiri

Peter pernah berkata “You just need a sense of humor, you have to know that it’s not your problem, it’s theirs” Di titik ini tentu saja Peter telah berdamai dengan fakta bahwa dirinya adalah seorang manusia kerdil yang tidak sempurna.
Walaupun sempat frustasi dengan fisiknya, akhirnya Peter menerima kondisinya dengan lebih baik seiring berjalannya waktu. Ia sadar bahwa kondisi kelahirannya adalah hal yang tidak bisa dikendalikannya. Karena itu, ia memilih untuk menjalani hidup dan fokus terhadap sesuatu yang bisa ia kendalikan.
ADVERTISEMENT
Alih-alih mengutuk nasib yang tak pernah ia inginkan, dia memilih untuk memeluknya erat-erat. Peter memilih untuk menjalani hidup dengan hinaan dan memamerkan kekurangannya. Baginya, itu lebih baik daripada bersembunyi dan meratapi kesedihan karena kekurangannya.
Ia pun sudah tidak keberatan dengan tawaran untuk memainkan peran sebagai dwarf di berbagai film. Peter menjalankan peran itu dengan baik dan penuh rasa bangga akan bentuk fisiknya.
Sampai akhirnya peran Peter sebagai Tyrion Lannister di serial Game of Thrones merubah hidupnya. Penampilannya sebagai Tyrion mendapat banyak sekali pujian dari para penonton dan kritikus. Peter memenangkan piala Emmy Awards (2011, 2015, 2018, dan 2019) serta Golden Globe Award (2012) atas perannya di serial tersebut.
Hidup kita ini memang dipenuhi dengan penderitaan dan permasalahan. Menghentikan penderitaan menjadi salah satu tujuan utamanya. Menerimanya dan menertawakannya sebagai humor merupakan salah satu jalan keluarnya. Hidup ini terlalu singkat untuk dibikin ruwet, bukan?
ADVERTISEMENT