news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Penggunaan Bahasa Daerah di Lingkungan Sekolah

Rizka Febrina
Mahasiswa UIN Jakarta
Konten dari Pengguna
24 November 2022 21:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizka Febrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bahasa Daerah (Sumber : https://pixabay.com/id/photos/sedang-belajar-sekolah-1782430/)
zoom-in-whitePerbesar
Bahasa Daerah (Sumber : https://pixabay.com/id/photos/sedang-belajar-sekolah-1782430/)
ADVERTISEMENT
Bahasa daerah merupakan aset berharga suatu bangsa. Akan tetapi, paradigma masyarakat abad 21 menilai bahwa bahasa asing memiliki prestise lebih tinggi dibandingkan bahasa nasional dan bahasa daerah. Dengan kata lain, bahasa daerah berada di prioritas ketiga dalam penggunaannya setelah bahasa nasional dan bahasa asing. Masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa nasional dan bahasa asing dalam berkomunikasi. Penutur bahasa asing juga dinilai lebih berpendidikan dan memiliki strata sosial lebih tinggi. Begitu pula sebaliknya, penutur bahasa daerah dinilai memiliki strata sosial di bawah penutur bahasa nasional dan bahasa asing.
ADVERTISEMENT
Dalam suatu wilayah dimungkinkan hidup beberapa variasi bahasa secara berdampingan sehingga bentuk interaksinya cenderung bersifat alih kode dan campur kode. Hal tersebut terjadi akibat masyarakat tuturnya berbahasa secara multilingual. Aktivitas komunikasi dalam masyarakat multilingual tidak lagi hanya berkiblat pada budaya setempat. Akibatnya, peran bahasa daerah seperti bahasa Jawa, Sunda, Bugis, dan lainnya tidak menjadi prioritas utama dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa Jawa hanya hadir dalam komunikasi sosial terbatas, seperti keluarga dan masyarakat seetnis.
Di sisi lain, bahasa daerah merupakan kekayaan suatu masyarakat. Bahasa daerah dapat dikatakan sebagai citra suatu masyarakat yang berdikari dalam kehidupan. Bahasa daerah memuat kearifan suatu masyarakat pula. Ada nilai-nilai kebudayaan yang terkandung dalam bahasa daerah. Oleh sebab itu, bahasa daerah dapat dikatakan sebagai cerminan suatu masyarakat tuturnya. Bahasa daerah warisan yang luhur bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai bangsa multikultural juga dikenal memiliki banyak bahasa daerah. Tercatat tidak kurang dari 748 bahasa daerah di Indonesia. Akan tetapi, eksistensi penutur bahasa daerah dari masa ke masa kian berkurang. Kondisi tersebut selaras dengan era global dan modernisasi. Komunikasi secara global akhirnya didominasi dengan bahasa internasional atau bahasa asing. Bahkan, berdasarkan data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa terdapat 139 bahasa daerah yang terancam punah.
Salah satu langkah dalam mempertahankan bahasa daerah dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan merupakan gerbang pertama dan utama dalam mempersiapkan generasi masa depan. Oleh sebab itu, pemertahanan bahasa daerah melalui pendidikan merupakan langkah strategis jangka panjang dalam upaya megonservasi atau melestarikan bahasa daerah sebagai aset budaya bangsa.
ADVERTISEMENT
Rizka Febrina, Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.