Konten dari Pengguna

Samudera Plastik: Memahami Dampak Marine Plastic Debris di Asia bagi Ekosistem

M Saiful Farisin
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya
23 September 2023 14:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Saiful Farisin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Marine Plastic Debris. Foto: Pixabay/TheDigitalArtist
zoom-in-whitePerbesar
Marine Plastic Debris. Foto: Pixabay/TheDigitalArtist
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Permasalahan lingkungan hidup di masa ini menjadi sebuah isu yang menjadi perbincangan global. Pencemaran serta kerusakan lingkungan hidup juga menjadi permasalahan yang cukup serius bagi kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Berbagai macam permasalahan tersebut nantinya akan menuntun pada kesetaraan dan kesejahteraan suatu negara serta terjadinya permasalahan kesehatan masyarakat global. Berbagai permasalahan lingkungan hidup tersebut di antaranya global warming, food waste, mulai hilangnya keanekaragaman hayati, serta polusi dari sampah plastik.
Empat permasalahan tersebut merupakan permasalahan lingkungan hidup teratas yang harus dihadapi oleh umat hidup manusia terlebih lagi di beberapa tahun terakhir dan sangat diperlukan adanya upaya penyelesaiannya, karena keberadaan kasus-kasus ini yang juga semakin meningkat setiap tahunnya.
Keberadaan sampah plastik menjadi salah satu permasalahan yang cukup harus diperhatikan, baik itu limbah sampah plastik di daratan maupun lautan. Sampah plastik di laut biasa dikenal dengan sebutan marine plastic debris di mana hal tersebut dipercaya mampu menjadi suatu ancaman utama terhadap keberadaan keanekaragaman hayati yang berada di laut serta pesisir.
ADVERTISEMENT
National Geographic menjelaskan pengertian marine plastic debris sebagai sampah yang secara sengaja dibuang ke laut atau secara tidak sengaja terseret oleh arus air atau diakibatkan oleh faktor cuaca yang akhirnya membuat sampah mencapai kawasan laut, samudra, serta kawasan air luas lain.
Hal ini dirasa sebagai sebuah permasalahan yang sangat signifikan bagi lingkungan di wilayah laut serta dianggap sebagai suatu permasalahan nyata yang mampu mengancam bagi kesehatan ekosistem laut serta bagi manusia itu sendiri.
Jumlah mikroplastik setiap meter kubik di Perairan Pasifik. Foto: IAEA 2020
Ancaman marine plastic debris yang ada pada dasarnya terjadi di berbagai belahan dunia, namun permasalahan ini menjadi sebuah masalah yang cukup utama bagi wilayah Samudera Pasifik, di mana di dalamnya terdapat Benua Asia.
Berdasarkan data yang telah disajikan di atas, dapat dilihat bahwa wilayah tersebut saja memperoleh peningkatan permasalahan mikroplastik lebih dari dua kali lipat antara tahun 2008 hingga tahun 2020, dan juga diprediksi bahwa akan terjadi kenaikan secara berkala dan cukup signifikan di tahun 2030 dan 2050 serta diperkirakan akan menyentuh angka yang sangat tinggi pada tahun 2100.
ADVERTISEMENT
Data yang ada tersebut hanya dihitung di wilayah Samudera Pasifik saja dan belum terhitung pada seluruh penjuru dunia, sehingga angka yang ada tersebut akan bertambah banyak jika dihitung berdasarkan keberadaan sampah plastik yang ada di laut pada saat ini di seluruh dunia.
Dikutip dari sebuah artikel yang ada di Science.org, wilayah laut Asia menjadi wilayah laut paling tercemar sampah plastik di dunia. Berdasarkan data tersebut juga disebutkan bahwasanya terdapat lima negara di wilayah ini yang masuk ke dalam daftar sepuluh negara di dunia yang menyumbangkan marine plastics debris terbanyak.
Sehingga keberadaan laut wilayah Asia Timur sebagai wilayah paling tercemar juga disebabkan oleh sampah yang disumbangkan oleh kelima negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Kelima negara tersebut antara lain China dengan perkiraan sebanyak 1.23 hingga 3.53 juta metrik ton, Indonesia dengan perkiraan sebanyak 0.48 hingga 1.29 juta metrik ton, disusul dengan Filipina 0.28 hingga 0.75 juta metrik ton, Vietnam dengan angka selisih yang cukup sedikit dengan perkiraan sebanyak 0.28 hingga 0.73 juta metrik ton, dan terakhir terdapat Thailand dengan perkiraan sebanyak 0.15 hingga 0.41 juta metrik ton.
Sampah plastik di tepi pantai Pulau Pari. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Dengan beberapa data yang telah dijabarkan di atas, pastinya permasalahan yang ada tersebut memberikan dampak yang buruk bagi ekosistem laut maupun manusia itu sendiri.
Dampak bagi ekosistem laut yakni, yang pertama mampu membunuh fauna yang tinggal di area laut, di mana fauna yang tidak sengaja memakan serpihan plastik ataupun terjebak dalam sampah plastik akan berakibat pada gangguan pencernaan maupun cedera fisik hingga berujung pada kematian.
ADVERTISEMENT
Kedua adalah kerusakan terumbu karang, di mana saat sampah plastik yang mengapung di lautan mulai perlahan tenggelam akan bertumpuk pada terumbu karang yang ada di dasar laut sehingga nantinya menyebabkan terumbu karang tidak dapat tumbuh dan mati, selain merusak hal ini juga berdampak pada kotornya dasar laut.
Ketiga adalah gangguan pada migrasi fauna laut, saat sampah yang sangat banyak berada di lautan lepas, hal ini menimbulkan sulitnya hewan yang tinggal di laut untuk melakukan migrasi di mana mereka akan terjebak oleh sampah yang ada, juga menimbulkan hambatan bagi proses reproduksi mereka.
Selain dampak bagi ekosistem di atas, permasalahan plastic marine debris juga memiliki dampak bagi manusia, di mana dampak yang paling utama adalah dampak kesehatan jangka panjang. Hal ini berkaitan dengan partikel-partikel mikro yang ada dalam plastik menyebabkan terkontaminasinya air serta makanan laut yang dikonsumsi oleh manusia.
ADVERTISEMENT
Paparan partikel mikro tersebut dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi kesehatan manusia. Selain permasalahan kesehatan, dampak lainnya adalah kerugian ekonomi yang disebabkan sampah plastik di laut lepas tersebut mulai terbawa arus dan menuju pantai, sehingga merugikan manusia saat perlu mengeluarkan biaya untuk membersihkannya.
Di samping itu bagi daerah wisata munculnya sampah ini mampu mengurangi minat pengunjung dan menyebabkan sepi serta menurunnya minat atas wisata yang ada tersebut dan berdampak langsung kepada kerugian ekonomi bagi manusia.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahan marine plastic debris ini menjadi suatu masalah yang cukup serius dan membutuhkan sebuah usaha yang maksimal untuk mengurangi keberadaan sampah plastik di laut demi tercapainya lingkungan laut yang sehat. Usaha-usaha yang ada dan dilakukan tersebut juga tidak lepas dari upaya yang dilakukan bersama-sama oleh individu, negara, maupun sebuah organisasi internasional.
ADVERTISEMENT