Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Pola Asuh Orang Tua dalam Serial Drama Korea Sky Castle
15 Desember 2022 17:11 WIB
Tulisan dari Salma Aprilia Mustafa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era globalisasi saat ini tentunya teknologi berkembang dengan pesat. Teknologi ini memudahkan masyarakat untuk mengakses berbagai informasi dan hiburan dari penjuru negeri melalui internet. Melalui internet kita bisa mendapatkan informasi atau hiburan yang kita butuhkan tanpa menunggu lama. Salah satu hiburan yang sedang ramai di kalangan masyarakat saat ini terutama remaja adalah budaya pop Korea di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Budaya Korea ini sudah menyebar sejak tahun 1990-an namun puncaknya ketika covid-19 menyerang yang mana mewajibkan masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Untuk membunuh rasa bosan banyak masyarakat yang memilih untuk menonton film atau drama di rumah dan drama Korea adalah salah satu opsi yang mereka pilih. Hal inilah yang kemudian menyebabkan penyebaran budaya Korea berkembang dengan pesat khususnya di Indonesia.
Kreativitas dan imajinasi adalah kunci sukses populernya drama Korea. Ceritanya yang menarik dan unik membuat banyak masyarakat Indonesia tertarik. Tim penulis dan sutradara drama Korea seringkali menyoroti isu-isu atau masalah yang bersifat realitas sebagai bentuk kritik mereka terhadap keadaan sosial masyarakat. Salah satu serial drama Korea yang pernah ramai dan mengangkat tentang isu sosial adalah 'Sky Castle'.
ADVERTISEMENT
'Sky Castle' adalah drama Korea karya Yoo Hyunmi yang terinspirasi dari kondisi realitas pendidikan di Korea Selatan. Drama ini ditayangkan pada tahun 2018 hingga 2019 dengan jumlah sebanyak 20 episode dan mendapatkan rating sebesar 23,78 persen. Penulis menulis cerita ini dengan maksud ingin menyampaikan pesan berupa kritik sosial terhadap lingkungan pendidikan di Korea Selatan. Drama ini menceritakan bagaimana orang tua dengan finasial yang sangat berkecukupan bersaing untuk dapat memasukkan anak mereka ke perguruan tinggi bergengsi.
'Sky Castle' sendiri merupakan nama perumahan elite yang dihuni oleh keluarga dengan latar belakang dan pendidikan yang berkualitas dan terpandang. SKY ini merupakan singkatan dari nama-nama perguruan tinggi bergengsi di Korea Selatan yaitu Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University. Orang-orang yang tinggal di sana rata-rata merupakan lulusan dari universitas tersebut dan berprofesi sebagai dokter. Para orang tua yang tinggal di perumahan tersebut kemudian saling bersaing untuk dapat memasukkan anak mereka ke salah satu dari tiga universitas tersebut untuk menjaga kualitas sosial, keluarga, dan pendidikan mereka.
ADVERTISEMENT
Awal cerita ini dimulai ketika anak dari Park Soo Chang dan Lee Myung Joo yang bernama Park Young Jae diterima masuk jurusan kedokteran Seoul National University tanpa melakukan tes. Diterimanya Park Young Jae masuk jurusan kedokteran Seoul National University menjadi topik hangat di perumahan hingga banyak orang tua menanyakan tips untuk mendidik anak mereka pada Lee Myung Joo. Untuk merayakan keberhasilan Park Young Jae para penghuni 'Sky Castle' mengadakan pesta perayaan untuk Park Young Jae serta orangtuanya. Para penguhi 'Sky Castle' beranggapan bahwa orang tua Park Young Jae berhasil mendidik anaknya menjadi sukses dan membanggakan keluarga mereka.
Terdapat hal tidak terduga di awal episode yang mempelihatkan bahwa ternyata Park Young Jae tidak bahagia dengan penerimaannya sebagai mahasiswa kedokteran dari universitas ternama. Ia merasa tertekan dengan tekanan yang orang tuanya berikan untuk menjadi penerus karir sang ayah sebagai dokter. Setelah pesta perayaan selesai, keesokan harinya ia pergi meninggalkan rumah dengan alasan ingin mempersiapkan diri untuk masuk perkuliahan. Berhari-hari setalah kepergiannya dari rumah, Lee Myung Joo mulai khawatir karena anaknya tidak dapat dihubungi kemudian ia menemukan gawai milik anaknya yang tertinggal dan ternyata dalam gawai itu berisi kemarahannya akan tekanan yang orang tuanya telah berikan.
ADVERTISEMENT
Hal ini membuat Lee Myung Joo terkejut karena ia tidak pernah menyangka bahwa anaknya akan semarah itu hingga memilih untuk kabur dari rumah dan ingin memutus hubungan darah dengan orang tuanya. Tanpa menunggu lama, Lee Myung Joo segera mencari tahu keberadaan Park Young Jae. Setelah mendapat informasi Lee Myung Joo menyusul anaknya yang ternyata ada di salah satu desa terpencil di ibu kota dan saat mereka bertemu terjadilah pertengkaran hebat. Mengetahui bahwa anaknya tidak ingin menjadi bagian dari keluarga serta suaminya yang tidak peduli dengan hal itu membuat Lee Myung Joo terpukul dan sedih. Karena itu akhirnya ia membuat keputusan untuk mengakhiri hidupnya di saat tengah malam di dekat danau perumahan 'Sky Castle'. Meninggalnya Lee Myung Joo ini menjadi teka-teki bagi para keluarga yang tinggal di perumahan 'Sky Castle' karena bagi mereka keluarga Lee Myung Joo merupakan keluarga yang sangat harmonis dan jarang diterpa isu rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Dari episode ke episode penonton dibawa melihat bagaimana tamak dan serakahnya para orang tua dari setiap keluarga yang tinggal di 'Sky Castle'. Mereka memaksa anak mereka untuk terus belajar dan mendapatkan nilai tertinggi. Ketamakan dan tekanan yang para orang tua berikan pada anak mereka berdampak pada psikologis mereka. Mereka kesulitan untuk mengeskpresikan emosi dan mengutarakan hal yang mereka inginkan. Apabila mereka mengatakan perasaan dan pendapat mereka maka para orang tua akan menentang dengan alasan bahwa pilihan para orang tua lah yang terbaik bagi masa depan mereka.
Selain itu anak-anak mereka juga diajarkan untuk selalu bersaing dan melihat teman mereka sebagai musuh. Hal itu lah yang kemudian membuat anak-anak mereka memiliki sikap dan perilaku yang kurang terpuji seperti berbohong, mencuri, memandang rendah orang lain, sombong, egois, dan lain-lain.
Menurut studi, pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada drama 'Sky Castle' merupakan ilustrasi dari 'tiger parenting style'. Gaya pola asuh ini menerapkan cara yang ekstrim dan mengontrol anak agar dapat berhasil di masa depan khususnya lingkungan akademik. Amy Chua, profesor hukum Yale Law School dan penulis Amerika Serikat, mengatakan bahwa pola asuh ini merupakan perpaduan dari pola asuh otoriter dan kontrol ketat. Jenis pola asuh ini seringkali dianggap keras dan ekstrem karena terlalu menuntut anak dan mengesampingkan perasaan anak.
ADVERTISEMENT
Anak-anak pada umumnya membutuhkan kasih sayang dan rasa cinta dari orang tua mereka namun orang tua dengan pola asuh ini menyalurkan kasih sayang dan rasa cinta mereka melalui tuntutan. Seperti anak tidak boleh mengeluh mengenai tugas, harus mendapatkan nilai A untuk ujian,harus menempati posisi teratas, tidak boleh menonton televisi jika nilai menurun, dan lain-lain. Pola asuh ini diilustrasikan dengan sangat jelas dalam drama Korea 'Sky Castle'. Salah satu contohnya pada episode 4 pada saat Park Young Jae menempati rangking ke dua di kelasnya lalu Lee Myung Joo memarahinya untuk segera belajar dan tidak memperbolehkan Park Young Jae untuk tidur.
Menurut Asosiasi Psikologi Amerika, pola asuh ini merupakan pola asuh yang menggabungkan pola asuh yang berlawanan, yaitu pola asuh suportif dan otoriter yang mana pola asuh suportif merupakan pola asuh positif sedangkan pola asuh otoriter merupakan pola asuh negatif. Pola asuh ini akan bersifat baik jika anak dapat menuruti keinginan orang tua dan orang tua memberikan apresiasi ketika keinginan mereka dapat tercapai oleh anak. Namun jika kedua hal itu tidak terjadi maka pola asuh ini akan berdampak negatif pada anak terutama pada psikologis anak.
ADVERTISEMENT
Asosiasi Psikologi Amerika tidak merekomendasikan pola asuh ini untuk diterapkan karena pola asuh ini lebih besar dampak negatifnya daripada dampak positif. Pada pola asuh ini anak-anak dituntut untuk mencapai keinginan para orang tua dan mengesampingkan perasaan sang anak. Hal ini bukannya membantu anak untuk berkembang namun malah memperlambat pertumbuhan anak baik secara sosial maupun emosional.