Konten dari Pengguna

Sagu Lempeng: Gelatinisasi sebagai Kunci Tekstur Unik dan Inovasi Pangan Lokal

SALMA NUR HANIYAH
Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
8 Oktober 2024 10:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SALMA NUR HANIYAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sagu Lempeng (Sumber : Camera)
zoom-in-whitePerbesar
Sagu Lempeng (Sumber : Camera)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sagu lempeng adalah salah satu produk olahan sagu tradisional yang sangat digemari di beberapa wilayah Indonesia, terutama di Maluku dan Papua. Assagaf et al. (2009) menemukan bahwa ubi kayu adalah satu-satunya bahan yang membuat sagu lempeng memiliki kadar protein yang rendah (1,43%). Oleh karena itu, orang-orang di Maluku Utara sering makan sagu lempeng sebagai pengganti beras. Untuk membuat sagu lempeng, kulit ubi kayu harus dikupas, dicuci dengan air bersih, dan kemudian diparut. Setelah serat ubi kayu telah kering, proses pengepresan dilakukan. Setelah itu, proses penggilingan dilakukan hingga tepung ubi kayu, juga dikenal sebagai tepung sagu kasbi, dihasilkan. Setelah itu, proses pengayakan dilakukan untuk menghaluskan bagian yang masih kasar.
ADVERTISEMENT
Berbentuk pipih dan keras, sagu lempeng adalah pangan lokal yang sederhana namun menyimpan berbagai keistimewaan. Salah satu proses penting dalam pembuatan sagu lempeng adalah "gelatinisasi". Proses ini tidak hanya mempengaruhi tekstur dan rasa, tetapi juga memberikan karakteristik unik pada produk akhir.
Apa Itu Gelatinisasi?
Gelatinisasi adalah proses fisikokimia di mana pati (karbohidrat kompleks yang terkandung dalam sagu) mengalami perubahan struktur ketika dipanaskan dengan air. Pada suhu tertentu, molekul-molekul pati menyerap air dan membengkak, kemudian pecah dan membentuk gel. Sifat gelatinisasi pati antara lain dipengaruhi oleh ratio amilosa dan amilopektinnya. Kandungan amilosa dan amilopektin dalam masing-masing jenis pati bervariasi tergantung pada sumber botaninya. Pada umumnya kandungan amilosa pati berkisar antara 15-20% dan amilopektin 70-85%. Menurut Polnaya et al. (2008) kadar amilosa pati sagu sekitar 24-28%, bahkan dapat mencapai 31% (Nafchi et al., 2012) Amilosa dan amilopektin tidak larut dalam air dingin dan dapat larut bila dipanaskan.
ADVERTISEMENT
Gelatinisasi pada Sagu Lempeng
Pada proses pembuatan sagu lempeng, gelatinisasi terjadi saat sagu yang sudah diayak dan dibasahi dipanaskan. Berikut adalah langkah-langkah yang menggambarkan bagaimana gelatinisasi terjadi:
1. Penggilingan dan Pengayakan Sagu, Sagu mentah digiling hingga halus dan kemudian diayak untuk mendapatkan tepung sagu yang bersih dari kotoran.
2. Pencampuran dengan Air, Tepung sagu kemudian dicampur dengan air untuk memulai proses gelatinisasi. Pada tahap ini, air berfungsi sebagai media yang memungkinkan pati dalam sagu menyerap cairan dan membengkak.
3. Pemanasan, Tepung sagu yang sudah dibasahi dipanggang atau dikukus pada suhu yang cukup tinggi. Pada suhu sekitar 60-70°C, molekul-molekul pati mulai menyerap air dan mengalami pembengkakan. Ketika suhu meningkat, butiran pati pecah dan melepaskan molekul-molekul amilosa dan amilopektin yang kemudian membentuk struktur gel.
ADVERTISEMENT
4. Pendinginan dan Pembentukan Lempeng, Setelah proses pemanasan, campuran sagu akan mengental dan membentuk adonan yang lebih solid. Setelah didinginkan, adonan ini dipadatkan dan dipotong menjadi lempeng-lempeng tipis.
Pengaruh Gelatinisasi Terhadap Tekstur dan Rasa
Proses gelatinisasi pada sagu lempeng memainkan peran penting dalam menentukan tekstur dan rasa produk akhir. Gelatinisasi membuat sagu lempeng menjadi lebih kenyal dan lebih mudah dikonsumsi, meski dalam keadaan kering. Selain itu, dengan gelatinisasi, sagu lempeng memiliki daya tahan yang lebih lama karena perubahan struktural pada pati yang membuatnya lebih tahan terhadap kerusakan mikroba.
Tekstur : Proses gelatinisasi mengubah butiran pati yang keras menjadi lebih lunak dan elastis, meskipun sagu lempeng sering kali disajikan dalam bentuk yang keras. Ketika disiram air panas atau direbus, sagu lempeng akan melembut dan teksturnya berubah menjadi kenyal, yang membuatnya mudah dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
Rasa : Proses ini juga mempengaruhi rasa dari sagu lempeng. Meski pada dasarnya sagu memiliki rasa yang netral, gelatinisasi menciptakan rasa yang lebih ringan dan sedikit manis ketika dikonsumsi dalam bentuk matang.
Nilai Gizi Sagu Lempeng
Sagu lempeng tidak hanya menawarkan cita rasa lokal yang otentik, tetapi juga memiliki manfaat gizi yang penting. Sagu adalah sumber karbohidrat kompleks yang rendah lemak dan bebas gluten, menjadikannya pilihan yang baik untuk orang-orang yang memiliki intoleransi terhadap gluten atau sedang mengurangi konsumsi lemak. Proses gelatinisasi juga membantu meningkatkan kecernaan sagu, membuatnya lebih mudah diurai oleh tubuh dan memberikan energi secara perlahan.
Di daerah asalnya, sagu lempeng sering kali menjadi makanan pokok yang disantap bersama hidangan pendamping seperti ikan atau sayuran. Sagu lempeng yang telah mengalami gelatinisasi biasanya direbus sebelum dikonsumsi, atau dipanggang kembali agar mendapatkan tekstur yang lebih renyah.
ADVERTISEMENT
Produk ini juga menjadi contoh nyata dari bagaimana pangan lokal bisa bertahan di tengah gempuran pangan modern. Sagu lempeng, dengan segala kesederhanaannya, mencerminkan kearifan lokal yang tetap relevan dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat modern.
Proses gelatinisasi pada sagu lempeng memberikan keunikan tersendiri, baik dalam hal tekstur, rasa, maupun daya tahan produk. Di tengah-tengah perkembangan teknologi pangan, sagu lempeng tetap menjadi simbol kekuatan tradisi dan potensi pangan lokal. Dengan memahami proses gelatinisasi ini, kita semakin menghargai kekayaan kuliner Indonesia yang penuh dengan inovasi alami dan nilai budaya yang tinggi.
Salma Nur Haniyah, mahasiswa Tenologi Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa