Konten dari Pengguna

Efektivitas Kurikulum Merdeka di Tengah Maraknya Bullying di Kalangan Pelajar

Salsabila Faidah Paramita Wardani
Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Surabaya
13 Oktober 2023 18:33 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salsabila Faidah Paramita Wardani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bullying di Korea Selatan. Foto: CGN089/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bullying di Korea Selatan. Foto: CGN089/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kini sudah tak asing lagi di telinga kita dengan kata Kurikulum Merdeka. Kurikulum yang diluncurkan pada tahun 2022 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang kemudian dijadikan kurikulum nasional pada tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Kurikulum ini dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.
Kurikulum ini memberikan keleluasaan pada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Karakteristik utama dalam kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran ialah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Projek yang menguatkan pencapaian profil belajar pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat oleh konten mata pelajaran.
Efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif.
Perubahan kurikulum mengarah pada struktur kurikulum yang lebih fleksibel. Jam pelajaran ditargetkan untuk dipenuhi dalam satu tahun. Selanjutnya fokus pada materi yang esensial. Capaian pembelajaran diatur per fase, bukan per tahun.
Memberikan keleluasaan bagi pendidik menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Dan adanya aplikasi yang menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk dapat terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.
ADVERTISEMENT
Prinsip pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka mencakup tiga tipe kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
Pelaksanaan pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka merupakan siklus yang melalui tiga tahapan berikut:
ADVERTISEMENT

Lalu, apa sebenarnya P5 yang diterapkan pada peserta didik?

Salah satu bagian pada kurikulum ini yaitu menerapkan pada proyek penguatan profil pelajar Pancasila. P5 merupakan upaya untuk mewujudkan pelajar pancasila yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila, yaitu beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, kebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
IKM P5 menjadi istimewa karena penerapannya yang tidak terintegrasi dalam pembelajaran setiap mata pelajaran melainkan melainkan memiliki porsi khusus dalam setiap alokasi jam mata pelajaran.
Dan, itu yang membuat peserta didik memiliki kesempatan untuk dapat mengembangkan kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka dengan belajar dari teman mereka, pendidik, bahkan sampai tokoh masyarakat sekitar dalam menganalisis isu-isu hangat yang terjadi di lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT

Efektivitas kurikulum merdeka di tengah maraknya kasus bullying peserta didik

Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Semakin maraknya kasus bullying di tengah penerapan proyek penguatan profil pelajar pancasila dalam Kurikulum Merdeka. Padahal tujuan dari kurikulum merdeka ialah membangun dan mewujudkan pelajar Pancasila.
Namun, balik halnya dengan fenomena yang terjadi, sehingga Kurikulum Merdeka malah tak menghasilkan pelajar yang menganut prinsip pancasila.
Ketidakefektifan evaluasi dan monitoring Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terhadap Kurikulum Merdeka perlu dipertanyakan. Apa kurikulum seperti ini yang diinginkan? Lalu bagaimana tindak lanjut dari peristiwa ini?
Sikap kepala sekolah yang justru tidak efektif dalam membuat standardisasi mengenai sistem belajar dan mengajar, sehingga mengakibatkan potensi kekerasan kerap terjadi di lingkungan sekolah. Dengan demikian Kemendikbudristek, pemerintah daerah melalui dinas pendidikan harus memperbaiki sistem belajar dan mengajar secara berkala.
ADVERTISEMENT
Ketika satuan pendidikan mampu mengimplementasikan p5 ini sesuai dengan esensi, alur, dan penilaiannya tentunya akan memberikan manfaat bagi satuan pendidikan, yaitu menjadikan satuan pendidikan yang lebih terbuka dan berpartisipasi aktif dan berkontribusi di lingkungan sekitarnya.
Bagi pendidik akan dapat mengembangkan kompetensinya untuk dapat bekerjasama dan berkolaborasi dalam merancang setiap alur pembelajaran projek. Bagi peserta didik maka memberi ruang dan waktu untuk dapat peserta didik mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter dan profil pelajar Pancasila, merencanakan proses pembelajaran projek profil dengan tujuan akhir yang jelas.
Semoga regulasi ini diharapkan dapat membantu satuan pendidikan dalam mengatasi dan menangani kasus-kasus kekerasan yang mencangkup kekerasan fisik dan psikis yang berorientasi pada korban.
ADVERTISEMENT