Konten dari Pengguna

ARM vs Qualcomm: Perseteruan yang Mengancam Industri Chip

Samuel Berrit Olam
Pecinta teknologi yang berkomitmen mengeksplorasi inovasi digital untuk menciptakan solusi kreatif dan berdampak positif. Teknologi dapat mengubah kehidupan manusia dan membuka peluang baru untuk masa depan.
9 Desember 2024 12:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Samuel Berrit Olam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Chip Snapdragon by Qualcomm. Sumber: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Chip Snapdragon by Qualcomm. Sumber: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Konflik panas antara ARM, perusahaan arsitektur chip terkemuka, dan Qualcomm, raksasa pembuat chip, terus memanas. Sengketa ini tak hanya melibatkan lisensi teknologi tetapi juga memengaruhi masa depan industri chip global. Ketegangan bermula saat ARM menuduh Qualcomm melanggar perjanjian lisensi setelah akuisisi Nuvia, startup chip senilai USD 1,4 miliar. Perseteruan ini pun melibatkan perusahaan lain seperti Nvidia dan AMD, yang siap mengambil alih peluang.
ADVERTISEMENT
Awal Konflik
ARM dan Qualcomm telah bermitra selama tiga dekade, menciptakan inovasi dalam chip hemat daya yang mendominasi pasar ponsel dan tablet. Namun, hubungan ini mulai retak pada tahun 2021 saat Qualcomm membeli Nuvia. Langkah ini dinilai ARM sebagai pelanggaran perjanjian lisensi, sebab lisensi yang dimiliki Nuvia tidak dapat dialihkan ke pemilik baru. Qualcomm membantah tuduhan ini dan menegaskan hak mereka untuk memanfaatkan teknologi Nuvia.
Perselisihan semakin memburuk ketika ARM menggugat Qualcomm ke pengadilan distrik Delaware, Amerika Serikat. ARM menuntut penghentian penggunaan desain chip Nuvia oleh Qualcomm. Sebagai tanggapan, Qualcomm menyatakan ARM berusaha membatasi kebebasan inovasi dan menuduh ARM melakukan praktik anti-persaingan.
Dampak ke Industri
Konflik ini menciptakan gelombang besar di pasar chip global. ARM dan Qualcomm merupakan pilar utama dalam pengembangan teknologi chip untuk ponsel dan perangkat PC. Ketegangan ini membuka peluang bagi perusahaan lain seperti Nvidia dan AMD untuk memperluas pengaruh mereka.
ADVERTISEMENT
Nvidia dan AMD telah memanfaatkan situasi ini dengan memperkenalkan chip custom untuk proyek laptop berbasis kecerdasan buatan (AI). Salah satu proyek utama adalah kerja sama dengan Microsoft dalam pengembangan CoPilot Plus, sebuah inovasi PC masa depan. Langkah ini memberikan alternatif baru bagi produsen laptop yang sebelumnya sangat bergantung pada ARM dan Qualcomm.
Strategi Diversifikasi Qualcomm
Ilustrasi chip. Sumber: Pixabay.com
Dalam menghadapi ancaman lisensi ARM, Qualcomm mulai mengembangkan CPU custom berbasis teknologi Nuvia, seperti Orion. CPU ini dirancang untuk bersaing dengan prosesor Apple M-series yang mendominasi pasar PC. Strategi ini tidak hanya bertujuan mengurangi ketergantungan pada ARM tetapi juga memberikan fleksibilitas untuk beralih ke teknologi lain jika diperlukan.
Qualcomm juga menjajaki teknologi RISC-V, arsitektur open-source yang menawarkan kebebasan desain tanpa biaya lisensi tinggi. Teknologi ini mulai digunakan Qualcomm untuk perangkat wearable seperti smartwatch. Dengan dukungan dari perusahaan besar seperti Google, RISC-V menjadi alternatif strategis bagi Qualcomm dalam menghadapi tantangan hukum dari ARM.
ADVERTISEMENT
Langkah ARM Mempertahankan Kendali
Di sisi lain, ARM juga mengambil langkah tegas untuk mempertahankan kendali atas lisensinya. Dengan mencabut lisensi Nuvia dan mengancam Qualcomm dengan ultimatum 60 hari, ARM berusaha menunjukkan kekuatannya dalam mengontrol ekosistem teknologi yang telah dibangun selama 30 tahun. Strategi ini menunjukkan ARM ingin memperluas perannya dengan menyediakan desain prosesor yang lebih lengkap dan siap pakai untuk pasar PC.
Namun, tindakan ARM juga membawa risiko. Jika ARM terlalu ketat dalam mengontrol lisensinya, perusahaan lain dapat kehilangan kepercayaan terhadap ekosistemnya. Hal ini membuka peluang bagi teknologi seperti RISC-V untuk menggantikan ARM di masa depan.
Apa yang Dipertaruhkan?
Industri chip berada di titik kritis. Jika Qualcomm kalah dalam sengketa hukum ini, mereka harus menghentikan penggunaan teknologi Nuvia, yang menjadi harapan utama untuk bersaing di pasar PC. Hal ini juga dapat memperlambat inovasi Qualcomm di sektor lain, seperti perangkat berbasis kecerdasan buatan.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, jika ARM kehilangan kasus ini, kredibilitasnya sebagai pemegang lisensi utama dalam industri chip dapat terganggu. Perusahaan lain mungkin mempertimbangkan untuk beralih ke solusi open-source seperti RISC-V.
Kesimpulan
Sengketa ARM dan Qualcomm bukan sekadar konflik hukum tetapi juga pertarungan untuk menguasai masa depan industri chip. Dengan Nvidia dan AMD yang siap mengisi celah, persaingan di pasar PC semakin ketat. Semua mata kini tertuju pada hasil persidangan yang akan datang, yang berpotensi mengubah peta persaingan teknologi global.
Bagi industri, pelajaran dari konflik ini adalah pentingnya kemandirian teknologi dan kolaborasi yang fleksibel. Perusahaan perlu membangun inovasi yang tidak hanya bergantung pada satu mitra tetapi juga mampu bertahan dalam dinamika pasar yang terus berubah.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana dikatakan, masa depan tidak menunggu siapa pun. Dalam perlombaan teknologi, hanya yang paling adaptif yang akan bertahan.