Ancaman Beach Club Raffi Ahmad terhadap Ekosistem dan Kesejahteraan Masyarakat

Sandya Azzahra
Mahasiswa Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
16 Juni 2024 14:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sandya Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kabupaten Gunungkidul telah menjadi wilayah yang semakin menarik bagi para investor. Iklim investasi di daerah ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meskipun sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19 pada periode 2019-2022, investasi di Kabupaten Gunungkidul menunjukkan pemulihan dan peningkatan signifikan pada tahun 2023. Pada tahun tersebut, nilai realisasi investasi di wilayah ini mencapai Rp 451,4 Miliar, melampaui target yang seharusnya Rp 447 Miliar. Kabupaten Gunungkidul telah berubah menjadi daerah yang berhasil menarik investasi besar.
ADVERTISEMENT
Beberapa faktor utama yang mendorong meningkatnya minat investasi di Kabupaten Gunungkidul meliputi pembangunan infrastruktur jalan yang masif dan kemajuan aksesibilitas. Selain itu, keberadaan banyak objek wisata yang menarik juga menjadi magnet bagi para investor. Kombinasi dari faktor-faktor ini membuat iklim investasi di Kabupaten Gunungkidul semakin meningkat.
Pembangunan Resort dan Beach Club yang dimiliki oleh selebriti Raffi Ahmad telah menarik perhatian luas, tidak hanya karena kepopuleran pemiliknya tetapi juga karena proyek ini akan dibangun di atas wilayah yang dilindungi, yaitu kawasan bentangan alam karst (KBAK) Gunung Sewu bagian timur.
Kawasan ini memiliki keunikan tersendiri karena keterkaitannya dengan sumber air, yang meliputi sungai bawah tanah dan gua-gua yang berfungsi sebagai cadangan air bagi masyarakat setempat. Dengan demikian, pembangunan di wilayah ini berpotensi mengancam keberlanjutan sumber air yang vital bagi penduduk. Pentingnya perlindungan KBAK Gunung Sewu tidak hanya berdasarkan aspek lingkungan, tetapi juga melibatkan kebutuhan masyarakat akan air bersih. Sehingga, pembangunan infrastruktur besar seperti Resort dan Beach Club harus dipertimbangkan dengan hati-hati agar tidak mengganggu ekosistem karst yang sensitif dan mengancam ketersediaan air untuk kehidupan sehari-hari penduduk lokal.
ADVERTISEMENT
Pada Desember 2023, proyek pembangunan Resort dan Beach Club Raffi Ahmad telah memasuki tahap peletakan batu pertama, dengan kehadiran Bupati Gunungkidul. Kehadiran bupati tersebut secara tersirat menunjukkan dukungan terhadap proyek ini. Namun, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) mengungkapkan bahwa proyek tersebut belum mengantongi izin atau bahkan mengajukan permohonan izin. Pembangunan ini juga dilakukan tanpa analisis dampak lingkungan (Amdal) yang memadai.
Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan ini menimbulkan kekhawatiran serius, terutama karena kawasan karst memiliki peran penting sebagai sumber air bagi masyarakat setempat. Kerusakan pada ekosistem karst akan berdampak pada krisis air bersih, banjir, longsor, dan berbagai bencana alam lainnya.
ADVERTISEMENT
Pemerintah daerah Gunungkidul mengklaim bahwa investasi besar yang dilakukan di wilayah tersebut bertujuan untuk menggerakkan pembangunan dan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal. Dengan adanya investasi dari luar akan menciptakan trickle-down effect sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Namun, kenyataannya, meskipun investasi pada tahun 2023 mencapai jumlah yang signifikan bahkan melebihi target yang ditetapkan, hal ini tidak sejalan dengan penurunan angka kemiskinan di Gunungkidul. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di Gunungkidul hanya mengalami penurunan tipis pada tahun 2023, yaitu sebesar 0,26%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan penurunan yang tercatat pada tahun 2022, yang mencapai 1,83%.
Penurunan yang minim ini menunjukkan adanya ketimpangan antara investasi yang masif dan dampak langsungnya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meskipun terdapat aliran dana besar ke dalam wilayah tersebut, hal itu belum cukup efektif dalam mengurangi tingkat kemiskinan secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Konsep teori trickle-down effect sendiri terus mengalami evolusi dari masa ke masa. Teori pembangunan trickle-down tradisional memiliki prinsip inti bahwa mekanisme pasar bebas tidak hanya merangsang pertumbuhan ekonomi namun secara makro juga memberikan manfaat pembangunan pada masyarakat luas. Berdasarkan pemikiran tersebut, ketimpangan pendapatan serta kemiskinan dapat berkurang secara otomatis seiring dengan membaiknya perekonomian dan perbaikan sistem pasar.
Namun, dalam banyak kasus, pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan tidak dapat diwujudkan hanya melalui ekspansi makroekonomi yang didorong oleh kekuatan pasar. Bila melihat dari kondisi Gunungkidul pun juga demikian, jumlah investasi yang besar di wilayah tersebut tidak selalu diikuti dengan penurunan angka kemiskinan yang signifikan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat yang dibutuhkan dalam mengentas kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Namun, pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup untuk menciptakan efek domino dalam mengentas kemiskinan dan pemerataan sesuai yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Intervensi pemerintah dalam hal kebijakan memainkan peran krusial dalam mengarahkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi. Orientasi kebijakan yang berbeda akan menghasilkan dampak yang berbeda pula, tergantung pada siapa yang menjadi fokus kebijakan tersebut.
Secara keseluruhan, pembangunan Resort dan Beach Club yang direncanakan oleh Raffi Ahmad di Gunungkidul menimbulkan sejumlah ancaman serius terhadap ekosistem karst dan kesejahteraan masyarakat setempat. Meskipun Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menyoroti manfaat ekonomi yang diharapkan dari investasi ini, dampak langsungnya terhadap penurunan angka kemiskinan masih minim. Investasi yang besar pada tahun 2023 tidak sejalan dengan penurunan kemiskinan yang signifikan menurut data BPS, menunjukkan ketimpangan yang perlu diatasi antara pertumbuhan ekonomi yang besar dan kesejahteraan masyarakat secara luas.
ADVERTISEMENT
Konsep trickle-down effect dalam teori pembangunan ekonomi menunjukkan evolusi yang terus berkembang. Sementara pertumbuhan ekonomi tetap menjadi prasyarat penting dalam mengurangi kemiskinan, intervensi pemerintah melalui kebijakan yang tepat guna sangat diperlukan untuk mengarahkan manfaat dari pertumbuhan tersebut kepada seluruh lapisan masyarakat.
Dalam konteks ini, perlindungan terhadap ekosistem karst yang sensitif di Gunungkidul tidak hanya penting untuk menjaga lingkungan, tetapi juga untuk memastikan keberlanjutan sumber daya alam bagi kehidupan masyarakat setempat. Keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan harus dijaga agar Gunungkidul dapat mencapai tujuan pembangunan yang diharapkan dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat setempat, termasuk dalam hal penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup.
Foto: Designed by Freepik