Mami Nenden: Nenek Lincah Para Bocah Vespa

24 Maret 2017 8:06 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Putra, Mami Nenden, dan Ketty. (Foto: Dok. Muhammad Putra, Sari Kusuma Dewi, dan Ketty Mauli Andiny)
Vespa klasik. Tampilan yang antik membuatnya tetap dicari. Keunikan memang tak lekang masa. Dan pada era modern seperti sekarang ini, Vespa klasik tetap jadi daya tarik tersendiri bagi pecintanya. Entah untuk dipakai atau menjadi koleksi kesayangan di rumah.
ADVERTISEMENT
“Vespa klasik itu memiliki nilai seni,” kata Mami Nenden kepada kumparan (kumparan.com), Senin (13/3).
Mami Nenden. (Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan)
Nama Mami Nenden sudah cukup dikenal di kalangan pencinta Vespa. Bagaimana tidak? Usianya yang tak lagi muda, 67 tahun, tak mematahkan semangatnya untuk tetap eksis bergaul di jajaran anak-anak Vespa masa kini.
Sejak tahun 1968, Mami Nenden sudah membawa Vespa pemberian orang tua untuk berangkat sekolah. Saat itu dia masih duduk di bangku kelas 1 SMP.
“Zaman dulu belum ada motor Jepang, jadi Mami pake Vespa,” ujarnya. (Baca: )
Harley Davidson dan Ducati. (Foto: Dok. harley-davidson.com dan ducati.com)
Nenek lincah asal Bandung itu dulu tomboi. Saat masuk SMA, Mami Nenden beralih ke motor gede alias moge. Tunggangannya Harley-Davidson. Ia bahkan pernah mengikuti balapan di Ancol, Jakarta Utara, menggunakan motor Ducati.
ADVERTISEMENT
Hubungan Mami Nenden dengan Vespa sempat putus karena kesibukan pekerjaan dan mengurus anak serta keluarga. Namun Vespa tetap di hatinya.
Pada usia 40-an, Mami Nenden aktif kembali menggunakan Vespa. Sampai sekarang ia memiliki empat Vespa di rumah.
Mami Nenden sangat suka touring bersama teman-teman Vespanya. Selama touring, ia menyinggahi beberapa kota dan pulau di nusantara, dari Bandung, Surabaya, Malang, Manado, Makassar, Medan, sampai Aceh.
“Kalo lagi touring, hotelnya anak-anak Vespa ya di pom bensin,” kata Mami Nenden, tertawa.
Meski perlengkapan dalam bagasi Vespanya itu sudah komplet saat mengikuti touring, Mami Nenden tetap tak dapat menghindari hal-hal yang tak terduga seperti Vespa mogok.
“Kalau sudah mogok ya udah deh. Apalagi kalau ban kempes, sudah nggak bisa kompromi. Mau-nggak mau (dorong Vespa),” kata Mami Nenden. (Baca: )
ADVERTISEMENT
Mami Nenden bergabung dalam satu komunitas Vespa bernama Scoowatt (Scooter Wanita Tangguh). Naik Vespa, ujarnya, dibawa happy saja.
“Kebetulan Mami nggak punya penyakit --nggak punya darah tinggi, diabetes, asam urat, (penyakit) jantung. Jadi naik Vespa ya senang-senang saja,” kata nenek gesit kelahiran 22 Februari 1950 itu.
Vespa, tentu saja, bukan cuma punya orang tua. (Baca juga )
Muhammad Putra (17), pengguna vespa. (Foto: Dok. Muhammad Putra)
Berbeda dengan Mami Nenden yang sudah puluhan tahun berpengalaman di dunia Vespa, Muhammad Putra dan Ketty Mauli Andiny berasal dari generasi masa kini. Usia mereka masih amat muda, 17 tahun.
Muhammad Putra ialah seorang pelajar kelas 3 di SMA Negeri 74 Jakarta. Ia menyukai Vespa sejak akhir SMP. Semula ia hanya coba-coba menggunakan Vespa karena orang-orang di lingkungannya dekat dengan pengguna Vespa.
ADVERTISEMENT
Namun dari sekadar iseng mencoba, Putra jadi ketagihan Vespa sampai sekarang.
“Sekarang ke mana-mana, saya pengennya naik Vespa,” kata dia. (Baca juga )
Putra dan teman-temannya saat touring. (Foto: Dok. Muhammad Putra)
Putra sudah dua kali ganti Vespa. Namun ia tak pernah mengalami permasalahan berarti dengan Vespa-vespanya.
“Alhamdulillah, saya belum pernah mengalami mogok sampai parah banget, sampai harus didorong. Cuma mogok biasa, terus ujungnya saya benerin dan akhirnya bisa lagi,” ujarnya.
Ketty dan sang ibu, pecinta vespa. (Foto: Dok. Ketty Mauli Andiny)
Sejak kecil, Ketty Mauli Andiny sudah dikenalkan dengan Vespa oleh orang tuanya. Kedua orang tua Ketty memang pencinta Vespa sejak mereka zaman pacaran dulu. So sweet, ya.
Jadi tak heran jika sang anak juga menyukai Vespa.
“Dari dulu ngeliatnya (Vespa) udah asyik aja gitu. Terus banyak yang pake. Ya udah jadi ikut-ikut aja,” ujar Ketty.
Ketty dan kedua orang tuanya pecinta vespa. (Foto: Dok. Ketty Mauli Andiny)
Ketty menggunakan Vespa mulai kelas 1 SMK. Sekarang dia sudah kelas 3 di SMK 28 Jakarta. Selama ini, Ketty belajar Vespa secara otodidak.
ADVERTISEMENT
Suatu ketika, Vespa Ketty pernah mogok di jalan. Tapi persoalan itu dengan cepat tertangani.
“Kalau lagi ada masalah, anak-anak Vespa pada solid jadi suka bantuin,” kata Ketty.
“(Vespa) aku udah beberapa kali mogok dan kehabisan bensin di jalan, tapi aku tetap suka Vespa. Asyik aja, gitu. Seru deh pokoknya sama (anak Vespa) yang lain,” imbuhnya.
Ketty berharap jika sudah bekerja, ia dapat membeli Vespa sendiri, bahkan mengoleksi sejumlah Vespa.
“Aku bakal suka terus sama Vespa. Pengennya nanti jadi kolektor Vespa kalau udah kerja. Sekarang kan Vespaku masih punya orang tua,” kata Ketty.
Pengguna vespa di Jakarta. (Foto: Dok. Chubby Scooter)
Ketty, Putra, dan Mami Nenden hanya satu dari sekian banyak pencinta Vespa di Indonesia. Mereka memiliki pandangan sama tentang para penggemar Vespa --yang dijuluki anak Vespa, yaitu memiliki rasa persaudaraan amat kuat.
ADVERTISEMENT
“Kalau di jalan ya saling tegur sapa sama orang yang pakai Vespa juga,” kata Mami Nenden.
“Anak-anak Vespa itu kompak dan damai. Solidaritasnya tinggi banget. Apalagi kalau cewek yang bawa Vespa (sering dibantu), saling menghargai satu sama lain,” ujar Mami lagi.
Ah, kalau saja semua orang seperti itu, betapa indah dunia.
Infografis Sejarah Vespa (Foto: Bagus Permadi/kumparan)