Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Berbhineka dalam Nasionalisme
29 September 2024 10:56 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Sartana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika. Meskipun kita berbeda-beda namun kita satu, yaitu Indonesia. Semboyan ini melekat kuat dalam ingatan dan keyakinan kolektif masyarakat. Ia merupakan salah satu yang mengemuka pertama kali dalam kesadaran ketika kita mengingat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Semboyan Bhineka Tunggal Ika mengandaikan Indonesia sebagai bangsa yang terbentuk dari banyak kelompok sosial dan berbeda-beda. Indonesia terdiri dari beragam suku, budaya, agama, bahasa, dan sumber identitas lainnya. Namun demikian, kita sudah sepakat, kita adalah satu bangsa di tengah keberagaman tersebut.
Sebagai warga bangsa, kita perlu mengembangkan beberapa sikap dan perilaku dasar yang mendukung semboyan tersebut. Di antaranya kita perlu bersikap terbuka, toleran, menghormati, dan menghargai kelompok yang berbeda dengan kita. Di sisi lain, kita tidak boleh bersikap bersikap rasis dan diskriminatif terhadap sesama anak bangsa.
Kita juga perlu menyadari bahwa keberagaman latar belakang tersebut berdampak pada keberagaman pandangan dan aspirasi kebangsaan masyarakat. Dalam arti, karena keberagaman tersebut, setiap orang atau kelompok masyarakat sangat mungkin untuk mengembangkan nasionalisme yang khas.
ADVERTISEMENT
Memang sebagai sesama warga bangsa, kita memiliki irisan-irisan yang sama terkait dengan gagasan keindonesian. Kita sepakat Indonesia adalah negara republik, dasar negaranya adalah Pancasila, dasar hukumnya adalah UUD 1945, semboyan bangsanya adalah Bhineka Tunggal Ika dan sebagainya.
Namun demikian, dalam beberapa hal yang lain, kita memiliki gagasan yang tidak sama tentang Indonesia dan menjadi Indonesia. Tiap kelompok sosial, bahkan tiap individu, memiliki imajinasi dan narasi tentang Indonesia yang khas.
Orang yang tinggal di lokasi yang jauh dari kekuasaan, akan mengimajinasikan Indonesia secara berbeda dengan orang yang tinggal di lingkar pusat kekuasaan. Mereka yang tinggal di kota-kota besar membayangkan Indonesia secara berbeda dengan orang yang tinggal di kampung-kampung di pinggiran Indonesia. Para buruh dan pengusaha juga mengimajinasikan Indonesia dengan cara yang tidak sama.
ADVERTISEMENT
Keberagaman gagasan keindonesiaan tersebut timbul karena pengalaman mereka yang berbeda-beda sebagai orang Indonesia. Orang juga mengembangkan harapan dan aspirasi tertentu berdasarkan kondisi lingkugan, juga kebutuhan dan kepentingannya.
Oleh karena itu, sebagai warga bangsa kita perlu memperkuat wacana bahwa keberagaman nasionalisme pada masyarakat merupakan hal yang wajar. Ia tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi berlangsung di mana saja. Karena gagasan kebangsaan warga sebuah bangsa selalu bersifat plural dan berbeda-beda.
Tidak hanya beragam, gagasan kebangsaan masyarakat juga dinamis dan fluktuatif. Ia berubah-ubah antar konteks atau situasi. Orang mengimajinasikan Indonesia dengan cara berbeda pada ruang dan waktu berbeda. Selain itu, apa yang kita yakini mengenai Indonesia satu dekade lalu, bisa jadi berbeda keyakinan tentang Indonesia hari ini.
ADVERTISEMENT
Kesadaran bahwa nasionalisme bersifat plural dan beragam tersebut dapat mendorong orang untuk lebih terbuka, menghormati dan menghargai terhadap gagasan nasional yang berbeda-beda. Orang menjadi dapat menerima pandangan kelompok lain yang memiliki aspirasi keindonesiaan yang tidak serupa dengan dirinya.
Sementara itu, pandangan bahwa nasionalisme bersifat homogen atau monolitik potensial membimbing orang untuk bersikap diskriminatif terhadap warga bangsa lain yang memiliki gagasan kebangsaan berbeda. Misalnya, sekelompok orang dapat melakukan persekusi terhadap kelompok tertentu hanya karena mereka tidak setuju terhadap proyek pertambangan di daerah tertentu. Padahal, kelompok yang menolak tersebut bisa jadi justru yang akan menyelamatkan Indonesia dari kerusakan di masa depan. Dan banyak kasus persekusi semacam ini terjadi di banyak tempat.
Lebih lanjut, pandangan bahwa keindonesiaan bersifat dinamis membimbing kita untuk memahami gagasan keindonesian sebagai sebuah wacana yang belum selesai. Ia masih terus berproses. Ia bukan sebuah doktrin yang kaku, melainkan wacana yang terus menerus didiskusikan dan dinegosiasikan. Dalam proses itu, setiap masyarakat punya hak yang sama untuk menyuarakan gagasan dan pandangan keindonesiaannya.
ADVERTISEMENT
Mempertimbangkan penjelasan demikian, penting kiranya bagi kita untuk merefleksikan secara mendalam keyakinan dan pandangan kita tentang bangsa Indonesia. Supaya semboyan Bhineka Tunggal Ika yang melekat dalam diri kita tidak sekedar ada sebagai sebuah jargon, melainkan ia hidup sebagai sebuah gagasan yang membimbing sikap dan perilaku kebangsaan yang ideal. Dan pada akhirnya, kita tumbuh menjadi bangsa yang lebih inklusif, yaitu bangsa yang memberikan kesempatan kepada semua anak bangsanya untuk menggemakan aspirasi dan cita-cita keindonesiannya.
Sartana, M.A.
Dosen Psikologi Sosial di Departemen Psikologi FK Universitas Andalas